Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebiasaan Menciptakan Kemerdekaan

26 Mei 2022   11:51 Diperbarui: 26 Mei 2022   12:05 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beragam episode Merdeka Belajar terus meluncur menandai babak baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mas Menteri Nadiem menjadikan Kemdikbudristek lokomotif yang membawa anak-anak bangsa menjadi Profil Pelajar Pancasila sejati. Ribuan bahkan jutaan guru dan pendidik bergegas masuk dalam barisan penggerak perubahan ini. 

Bagaimana dengan Anda?  Apa yang bisa kita lakukan agar tidak kehilangan momentum untuk meng-Indonesia ?

James Clear dalam bukunya Atomic Habits menegaskan bahwa kebiasaan mengurangi beban kognitif dan membebaskan kapasitas mental sehingga kita dapat mengalokasikan perhatian pada tugas-tugas lain. Ia membantah dikotomi yang keliru yang membuat banyak orang harus memilih antara membangun kebiasaan dan meraih kebebasan. 

Tanpa kebiasaan belajar yang baik, kita akan selalu merasa tertinggal. Jatah kebebasan kita akan terus tergerus jika kita harus selalu dipaksa melakukan kegiatan sehari-hari yang sangat sederhana, seperti kapan aku harus bangun, makan, olahraga, membayar tagihan. Manusia akan berpikir bebas menghadapi tantangan-tantangan baru ketika hal-hal mendasar dalam kehidupan sehari-hari sudah tertangani dengan baik. Tingkat aktivitas otak kita akan berkurang manakala kebiasaan sudah terbentuk.

Merujuk pada buku tersebut, ada empat pertanyaan kunci ini yang perlu dijawab ketika kita ingin mengubah perilaku

1. Bagaimana saya dapat menjadikannya terlihat?

2. Bagaimana saya dapat menjadikannya menarik?

3. Bagaimana saya dapat menjadikannya mudah?

4. Bagaimana saya dapat menjadikannya memuaskan.

Sebelum menjawab keempat pertanyaan tersebut, James Clear menuntun kita untuk fokus pada sosok atau identitas baru yang ingin kita raih dalam jangka waktu tertentu.  Motivasi saja tidak cukup. Kebiasaan baru tersebut harus sesuatu yang menjadi bagian dari identitas. Kita juga  perlu terus menerus menekankan aspek-aspek baru yang efektif mendukung identitas tersebut. 

Secara harfiah, identitas berarti "ada yang diulang". jika kita ingin memperkuat identitas maka lakukan perilaku yang mendukung identitas tersebut berulangkali hingga menjadi kebiasaan. Setiap kebiasaan kecil dapat mengubah identitas kita secara bermakna dan membuat kita percaya mampu meraihnya. 

Gembira Menerapkan Merdeka Belajar

Membiasakan orang-orang dewasa untuk menghargai pendapat anak dalam arti mendengarkan dan menanggapi anak dengan sungguh-sungguh menjadi fokus gerakan yang saya kemas dalam program Gembira. Perjalanan panjang saya bersama sahabat-sahabat KerLiP, menunjukkan bahwa program ini memberi daya ungkit yang cukup bermakna dalam upaya menuju Satuan Pendidikan Ramah Anak (MeSRA) bersama masyarakat, orangtua dan sekolah (Bertuah),  Program Gembira terdiri dari:

1. Ragam 20 menit yang memukau

2. Obrolan Pendidikan Ramah Anak (Opera)

3. Obrolan Kesehatan, Keselamatan, Kesiapsiagaan Terpadu Eamah Anak (Ork3stra)

4. Semarak Indonesia Maju Perkuat Harmoni (Simphoni) Keluarga dan Bangsa

Beranjak dari pemikiran bahwa untuk meraih hasil yang lebih baik, kita harus fokus pada sistem, saya dan sahabat-sahabaf kerlip berupaya melakukan perbaikan-perbaikan 1% melalui program Gembira di daerah tertinggal sebagai pengungkit Profil Pelajar Pancasila. Tantangan terbesarnya adalah upaya untuk melibatkan orangtua sebagai pendidik pertama dan utama dalam membangun kebiasaan tersebut. Sambil berembuk mencari solusi untuk menghadapi tantangan tersebut, saya memutuskan untuk memulai perbaikan pada identitas diri.  Dan saya pun menikmati kebebasan berpikir karena 15 kebiasaan efektif yang mendukung identitas baru sudah melekat dalam keseharian. 

Saya mulai dengan membuat tabel aktivitas harian untuk memantau kegiatan-kegiatan dalam 2 kategori utama, yakni pribadi dan komunitas. Saya memilih komunitas  yang terbukti mengubah puluhan ribu orang jadi tumbuh bersama meraih impian masing-masing. Komunitas ini menyediakan mentor-mentor profesional yang selalu sabar melakukan coaching. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun