Cintaku bukan di atas kertas
Cintaku getaran yang sama
Tak perlu di paksa
Tak perlu di cari
Kerna ku yakin ada jawabnya... ohhh
Senandung merdu syair lagu Siti Nurhaliza dari balik pintu kamar Rani mengundang Rindu. Sudah seminggu Rani berkutat menguntai kata merangkai angka untuk sebuah mimpi. "Ibu sudah lama memasrahkan diri kepada Yang Mahakuasa. Hanya mengalirkan air dari hulu sungai menuju muara sambil membasahi tepian. Masih banyak panggung yang belum terisi, ya, Bu, " Ujar Rani. Ia sedikit menengadahkan muka melihat Rindu membuka pintu kamarnya. Â Wajah Rani mulai cerah. Rindu pun berhenti gundah.***
Rani memeluk Sansan, kucing kesayangannya. Ia menghela nafas. Ada sisa sedu sedan di sana. "Harus ambil jarak dulu, "Rani bergumam. Ia menutup matanya dengan lengan kanan. Rindu duduk di sampingnya. "Insya Allah kita bisa melewati puncak-puncak rasa ini, "ujar Rindu. Matanya melihat ke pojok ruang gantung pakaian. "Asyik ya, Teh kalau studionya jadi!"seru Rindu sambil mengangkat badannya dari kasur. Â
Rani mengelus dada melihat Rindu berusaha bangkit dengan susah payah. Meja berat di depan Rindu sampai bergeser tertarik kedua tangannya. Â Ah, ibuku sudah mulai renta. Lututnya yang bengkak karena jatuh itu kembali terasa sakit. Rani merasa bersalah.Â
"Sebenarnya ya, Teh. Pandemi ini membuat ibu benar-benar merasa berkelimpahan, "kata Rindu. Rani memandangnya dengan penuh kasih. "Ibu ngga tahu harus melakukan apalagi saat karyawan kita memelas minta pulang ke Bandung. Rupanya Allah bersiap membukakan pintu-pintu baru dengan teteh. Kita berdua hanya perlu mendobrak dengan kerja keras dan cerdas. Makasih ya, Teh,"imbuh Rindu lirih. Keduanya terdiam.
Bunyi alarm dispenser memecah kesunyian di antara ibu dan anak perempuan yang kini telah dewasa.Â
Rani bangkit. Ia bergegas menuruni tangga. Sansan meronta dari pelukannya. Setengah berlari Sansan mengikuti Rani mengambil pesanan dari Gofood.Â
Rindu, Rani dan Rina, adik bungsu kesayangannya melahap Bakso rusuk Samanhudi. Rani sengaja memesan mie ayam, rusuk, dan bakso besar. Ia ingin melepas penat dengan makan ketiganya. Â Tak lupa dipesannya semangkok bakso komplit untuk bapaknya.
Sakedik ewang. Pikir Rani.
"Kayaknya Sansan takut tenggelam, dech, "ujar Rani saat melihat Rindu menyodorkan kuah bakso dalam mangkuk jingga ke muka Sansan. Rani menuangkan empat sendok makan kuah ke dalam mangkuk kecil. Sansan sudah menghabiskan sesendok kuah yang disodorkan Rindu. Dragon, kucing kecil lincah titipan adik-adik mentor Rani di English Course Club sudah berlari ke sana kemari meminta jatah. Rani mengambil mangkok kecil yang lain dan menyajikan kuah bakso untuk Dragon. Â
***
nelengnengkung-nelengnengkungÂ
geura gede geura jangkung
geura sakola ka bandung
geura mikanyaah indung
Â
Rindu melahirkan Rani dan Rina di Bandung, kota tempat ia lahir dan tumbuh bersama 7 saudaranya di rumah kecil di sudut gang kecil di daerah Dago atas. Syair lagu sunda yang bermakna ajakan kepada anak agar lekas tumbuh tinggi lalu  sekolah ke Bandung, dan menyayangi ibu itu terlintas di benak Rindu.Â
"Ternyata lagu nina bobo itu jadi doa ya, Teh. Insya Allah enam remaja pelopor kebaikan dari Pandeglang akan menikmati belajar di kota Bandung menjadi calon Youth Ecosocpreneur. Bandung sudah jadi tujuan orang belajar sejak jaman baheula, "ujar Rindu.Â
"Bener, Bu. Kita harus yakin. Rupanya Allah mengajarkan nama-nama kepada Nabi Adam as agar kita bisa menyampaikan hasrat hati dalam setiap kata yang terucap, "kali ini Rani menjawab ucapan ibunya.Â
Rani pun menyambut gembira saat Rindu menyampaikan tentang kesediaan sahabatnya mengasuh Bintang Kejora akronim dari Bincang Petang Keluarga Joeang Ramah Anak. Â Obrolan pengasuhan ramah anak selepas pengajian yang dirintis Rani di Rumah KerLiP Bandung setiap Jumat Berkah. Rindu sudah menyampaikan akan membuka Bintang Kejora bagi 60 remaja putri calon pelopor kebaikan dari Pandeglang.
Rumah kita bangun dengan susah payah
Sapaan lembut tatkala sedang susah
Belaian sayang tatkala jiwa terbelah
Ketika harga diri hanya seonggok tumpukan sampah
Besar harapan Rindu, remaja-remaja putri dari Daerah Tertinggal tumbuh menjadi calon ibu yang terampil menjadikan keluarganya tangguh bencana dan cinta damai. "Draft modul panutan itu penting sekali, Bu. Untuk adik-adik Rapekan. Tapi peluang ini juga mimpi kita!" Keluhan Rani membuat Rindu mengalun sendu.
Jangan sekarang, Nak
Kita baru saja menghimpun yang terserak
Jangan sekarang, Nak
Biduk ini baru saja menemukan nakhodanyaÂ
Lebih dari 20 tahun ia menunggumu
Tumbuh bersama ibuÂ
demi kepentingan terbaik anak bangsa.
Bandung, 6 Agustus 2020
Sakedik ewang: masing-masing sedikit
Baheula: dahulu kala
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H