Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seporsi Nasi untuk Tetangga

29 April 2020   20:30 Diperbarui: 30 April 2020   04:41 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan lewat Pak RT, Bu! Setiap kali ada pembagian bantuan selalu mendahulukan keluarganya. Ibu bilang anak yatim? Ya dia memang anak yatim dengan nenek yang kaya. Di depan gang ada 4 anak yatim piatu yang kelaparan karena kaka sulung mereka kehilangan pekerjaannya!" Perempuan lanjut usia itu setengah berteriak menjelaskan. Ia datang bersama relawan kami.

Aku benar-benar menyesal telah mengontak ketua RT kami. "Teteh hanya menghubungi pak RT kita, Bu. Daerah lainnya dipercayakan kepada  relawan setempat yang dulu bekerja di rumah kita, "aku menjelaskan sebelum ibu bertanya. 

Persis di hari ulang tahunku yang ke-28, adik kecilku menginisiasi pembuatan paket sebelas bahan pokok atau Sebbako. Ibuku mendukung idenya untuk membantu tetangga di sekitar rumah kami dengan mengajak teman-teman sealmamaternya menjadi donatur. 

Gayung bersambut. Lebih dari 50 donatur mendukung aksibaik adikku. Sampai hari ini, tante Jenni, salah satu di antara mereka masih memberikan donasi paket Sebbako. Aku mendukung adikku menggunakan website kofi untuk menggalang donasi dari para pemilik paypall dst. 

Sudah hampir sebulan, ibu menggalang bantuan APD untuk tenaga kesehatan di Sulawesi Selatan, Barat, Tengah, dan Tenggara. Ia mengerahkan segala cara untuk meyakinkan kolega-koleganya agar mendukung aksi kemanusiaan yang diusungnya sebagai pengurus Dewan Ekonomi Indonesia Timur bersama Sigap Kerlip Indonesia yang dibinanya sejak 12 Januari 2019. Alhamdulillah ibu sudah mendistribusikan  11.250 masker N95, 500 APD, mendukung Kak Linda membina perempuan di desa nelayan membuat masker kain a la Jepang yang aku terjemahkan,  dan mendorong para pihak untuk membelinya. Ibu juga membina Koordinator Kecamatan dan desa KKN UIN Alaudin Makassar untuk membentuk sargas COVID-19 di 270 desa se Sulawesi Selatan juga penggerak Rumah KerLiP Maros, Gowa, Kuoang, Bandung, Pesisir Barat, dan Pandeglang. Kemarin ibu meminta Teh Elis mendistribusikan leaflet Gembira Belajar dari Rumah kepada anak-anak sekolah di Dago Pojok setelah mengirimkan ke Pandeglang dan Jakarta. Ibu juga membina RJ membuka 100 titik pos  GA-COVID-19 di Jakarta dan bergabung dengan SEJAJAR nya Pujiono Center.

"Teh, ibu benar-benar malu. Ternyata di belakang rumah kita banyak janda lansia dan anak yatum piatu. Setahu ibu Prof Anang rutin menyantuni mereka atas nama Yayasan Masjid Allatif. Jadi ibu fokus bantu ke wilayah timur Indonesia,"ujar ibu saat melepas penat. Pasca gempabumi, tsunami, likuifaksi Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Muotong, ibu terus menjangkau para penyintas anak, orangtua, dan guru di daerah bencana di wilayah timur NKRI. Ibu bahkan memutuskan untuk hijrah ke Sulawesi Selatan dan membuka usaha dagang di Takalar bersama tim Sigap KerLiP yang dipimpin Kak Linda.

Setiap hari ibu menyediakan waktu 2 sampai 3 kali untuk membina belasan ribu guru dan tenaga kependidikan di seluruh Nusantara.  Ibu selalu punya cara untuk terus terhubung dengan peserta bimtek, diklat, seminar, lokakarya yang diikutinya sebagai narasumber, fasilitator, pengajar, atau pembahas. Ibuku yakin, pelatihan sebagus apapun hanya sampai menginspirasi. Perlu pendampingan agar menjadikan peserta tergerak melaksanakannya secara konsisten. 

Awalnya ibu meneruskan infografis terkait Cegah COVID-19. Seiring dengan pemberlakuan Belajar di Rumah, ibu meramu ulang model-model pendidikan anak merdeka yang dilaksanakannya bersama tante Lovely dan sahabat-sahabat di Sandi Kerlip Institute. Ibu mengikuti rapat, pelatihan, dan lokakarya daring yang diselenggarakan Sekretariat Nasional (Seknas) Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan Kemenpppa di sela-sela kesibukannya itu. Tidak hanya itu, ibu juga membuka seri Diskusi Pendidikan dengan Mbak Titi dkk pegiat SPAB. Peserta diskusinya sampai melebihi 380 orang.  Sudah dua kali Jumat, ibu dan tante Lovely menyelenggarakan OPEreT atau Obrolan Perempuan Tangguh sebagai wahana saling menguatkan antara perempuan.

"Alhamdulillah, adek tergerak untuk membantu tetangga sekitar Rumah KerLiP Kanayakan ya, Teh, "ujarnya lagi sambil bersiap mengikuti zoommeeting Seknas SPAB. 

Ah, Ibu, perempuan tangguh. Bekerja dari rumah benar-benar dinikmatinya. Ia bisa melakukan banyak hal dari rumah. Tentu saja seperti pengakuannya, ibuku bahagia bekerja dari rumah karena bisa menemani adikku saat pengumuman SNMPTN. 

Hari ini ibu mengajakku dan adik untuk bersama menyiapkan #SeporsiNasiUntukTetangga ke dalam bekal makan siang pemberian Tante Lis dari Jotun sebagai wadah.

 "Bu, kita pakai istilah istana atau rukun tetangga?" Aku bertanya sekaligus mengingatkan ibuku yang suka lompat-lompat dari  satu ide ke ide berikutnya tanpa jeda. Aku memang sparing partner yang kritis untuk ibuku. 

Sejak 15 April aku menemaninya melengkapi persyaratan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan tempatnya berkiprah sebagai Organisasi Penggerak Kememdikbud.  Kami jadi makin lekat karena COVID-19, apalagi ada banyak keajaiban yang kami alami selama bekerja. 

Aku sebenarnya masih sangat lelah, saat ibuku bergegas menyiapkan makanan berbuka untuk tetangga. Kami baru saja memutuskan untuk melepas keinginan membantu Kak Linda menuntaskan persyaratan Sigap Kerlip Indonesia sebagai calon Organisasi Penggerak. Ibu sudah cukup membantu tante Linda sampai SPT 2019 dan laporan auditor independen terbit. Sebelumnya ibu juga menjadi mentor tante Tety Ketua umum DPP FGII, mengajak Prima Mandiri Komunikasi,  Skala Indonesia, Botol Kosong untuk bergabung di OP nya kemendikbud.  Ibu juga berusaha memenuhi permintaan kolaborasi Provisi Education dan Kitong di Papua.  Sayang waktunya tak cukup untuk saling percaya membangun kolaborasi.

Aku segera menghubungi Teh Iyang tetangga kami. "Aduh kaleresan, Teh! Tadi Teh Iyang baru berikan es buah untuk  takjil pan ayeuna masjid teu nyayogikeun, Teh, "ujar Teh Iyang saat tiba menjemput makan berbuka. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ini yang kami sebut keajaiban. Aku bahkan makin yakin bahwa tak ada yang namanya kebetulan. Allah selalu hadirkan dukungan yang dibutuhkan hamba-Nya ketika bekerja dengan mengedepankan prinsip tumbuh bersama demi kepentingan terbaik anak. 

#SeporsiNasiUntukTetangga sebagai kelanjutan Paket Sebbako sudah mulai disebarkan. Besar harapan kami, setiap orang bergegas untuk mencintai tetangganya dengan unjuk peduli dan empati di masa pandemik COVID-19.

#BERJARAK

Bersama Jaga Keluarga Kita

Gembira Belajar di Rumah

#SalingJaga

#SalingMendoakan

Langkah menuju #Istana Dasawisma Tangguh Bencana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun