"Bu, kita pakai istilah istana atau rukun tetangga?" Aku bertanya sekaligus mengingatkan ibuku yang suka lompat-lompat dari  satu ide ke ide berikutnya tanpa jeda. Aku memang sparing partner yang kritis untuk ibuku.Â
Sejak 15 April aku menemaninya melengkapi persyaratan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan tempatnya berkiprah sebagai Organisasi Penggerak Kememdikbud. Â Kami jadi makin lekat karena COVID-19, apalagi ada banyak keajaiban yang kami alami selama bekerja.Â
Aku sebenarnya masih sangat lelah, saat ibuku bergegas menyiapkan makanan berbuka untuk tetangga. Kami baru saja memutuskan untuk melepas keinginan membantu Kak Linda menuntaskan persyaratan Sigap Kerlip Indonesia sebagai calon Organisasi Penggerak. Ibu sudah cukup membantu tante Linda sampai SPT 2019 dan laporan auditor independen terbit. Sebelumnya ibu juga menjadi mentor tante Tety Ketua umum DPP FGII, mengajak Prima Mandiri Komunikasi, Â Skala Indonesia, Botol Kosong untuk bergabung di OP nya kemendikbud. Â Ibu juga berusaha memenuhi permintaan kolaborasi Provisi Education dan Kitong di Papua. Â Sayang waktunya tak cukup untuk saling percaya membangun kolaborasi.
Aku segera menghubungi Teh Iyang tetangga kami. "Aduh kaleresan, Teh! Tadi Teh Iyang baru berikan es buah untuk  takjil pan ayeuna masjid teu nyayogikeun, Teh, "ujar Teh Iyang saat tiba menjemput makan berbuka. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ini yang kami sebut keajaiban. Aku bahkan makin yakin bahwa tak ada yang namanya kebetulan. Allah selalu hadirkan dukungan yang dibutuhkan hamba-Nya ketika bekerja dengan mengedepankan prinsip tumbuh bersama demi kepentingan terbaik anak.Â
#SeporsiNasiUntukTetangga sebagai kelanjutan Paket Sebbako sudah mulai disebarkan. Besar harapan kami, setiap orang bergegas untuk mencintai tetangganya dengan unjuk peduli dan empati di masa pandemik COVID-19.
Bersama Jaga Keluarga Kita
Gembira Belajar di Rumah
#SalingJaga
#SalingMendoakan
Langkah menuju #Istana Dasawisma Tangguh Bencana