Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SD Al Irsyad Islamiyah Bekasi Mau Menuju Sekolah Ramah Anak

22 Februari 2020   10:54 Diperbarui: 22 Februari 2020   10:57 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan bu Lastri bergegas memasuki ruang pertemuan. Terlihat ibunda Bu Amanah duduk di depan ibu bapak guru. Saya memperkenalkan diri dan bu Lastri sebagai fasilitator nasional Sekolah Ramah Anak setelah mengajak hadirin berdiri melakukan Tepuk Hak Anak.

"Bapak, Ibu, saya guru di SMPN 19 Bekasi juga. Saya mengikuti pelatihan fasilitator SRA pada 2019. Ayo kita mulai dengan Salam SRA. Anak senang, guru tenang, orangtua bahagia, " kata Bu Lastri sebelum menjelaskan praktik-praktik baik penerapan disiplin positif di sekolahnya. 

Fasilitator Nasional SRA yang sangat aktif ini juga menyampaikan beberaoa contoh terkait komponen-komponen utama dalam SRA sebelum undur diri karena tugas menyiapkan deklaraso SRA oleh Walikota Bekasi bersama 355 sekolah pada Minggu pagi.

Saya menjelaskan paparan tentang T3Mu MeSRA dan 6 Komponen Utama SRA, mengenalkan Sigap Kerlip Indonesia serta mengajak peserta untuk tidak ragu mengembangkan inovasi SRA denfan dana BOS termasuk mengikutsertakan warga sekolah untuk mengikuti tantangan belajar di luar kelas pada Bulan Aksi Semarak untuk Indonesia Maju.

Tiga Hari Belajar di Luar Kelas 

"Guru-guru SD Al Irsyad sudah menerapkan konsep Sekolah Ramah Anak. Tadi saya dengar anak-anak menyampaikan keinginannnya untuk menjadikan sekolah lain seperti disini. Sekolah  yang nyaman seperti di rumah. Bahkan ada yang mengaku lebih betah di sekolah!" Seru saya agak tertahan sambil meminta maaf kepada ibu Mila, perwakilan orangtua murid yang hadir dalam kegiatan ini. 

"Bu, tadi saya dengar bu Lastri menyampaikan beberapa contoh tentang Belajar di Luar Kelas yang tak ada kaitan langsung dengan kurikulum. Apakah ada sekolah yang menerapkan belajar di luar kelas untuk menuntaskan pembelajaran yang bersifay akademik? " pertanyaan bu guru ini mengingatkan saya pada Pak Basyar. Kepala SMA Olus PGRI Cibinong yang mengharamkan cerama dan mendorong semua guru menciptakan proses pembelajaran dengan permainan yang relevan.

Berkali-kali bu Amanah menegaskan harapannya agar guru dan orangtua seia sekata untuk menfubah sistem pembelajaran menjadi 3 hari belajar di luar kelas.  Beliau menunjukkan keinganan yang kuat untuk mendorong hal ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun