Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Adakah Isu yang Membuatmu Galau, Anakku?

25 Januari 2020   10:10 Diperbarui: 25 Januari 2020   10:15 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vision Board 2020 (dokpri)

Jika kebiasaan tersebut sudah terjalin, perubahan ini akan berlangsung lama. Setidaknya sampai adik saya dewasa nanti ketika penggunaan gawai untuk usianya sudah cocok dan memang sudah banyak menggunakan gawai dalam kebutuhan sekolah dan kehidupan sehari-hari.

Walau langkah ini kecil menurut beberapa orang, tapi saya optimis akan menghasilkan hasil yang besar!!!

Kejujuran dan semangat perubahan yang terpancar dari tulisannya, membuat saya berpikir berulang kali untuk meneruskan tulisannya. Saya yakin tulisan bernasnya akan menggugah kesadaran orangtua untuk mau belajar mengasuh lebih baik.

Jeritan batin seorang kakak perempuan mampu menyentuh kalbu perempuan-perempuan yang menjadi ibu dan membuatnya sadar akan pentingnya menjalankan pengasuhan positif. Terima kasih anakku. Kamu telah menjadi pelopor kebaikan sejati dengan mempercayakan kisah keseharianmu kepada ibu. 

Vision Board 2020 (dokpri)
Vision Board 2020 (dokpri)
Gagasan berikutnya masih tentang kasih sayang kakak perempuan kepada adik-adiknya. Gagasan unik ini ditulis remaja perempuan dari Bandung sesaat setelah menerima rangkaian pertanyaan dari saya melalui wa.

Sebagai seorang siswa, kita menghabiskan sebagian besar waktu di sekolah. Meskipun begitu, seringkali waktu tersebut tidak terasa menyenangkan. Salah satunya faktor yang menyebabkannya adalah hubungan kita dengan angkatan di atas (kakak kelas) atau di bawah (adik kelas). Ketika kita menjadi adik kelas, kita merasa bahwa kakak kelas tidak memperlakukan kita dengan adil. 

Rasanya mereka menuntut kita untuk menghormatinya dan melakukan hal-hal yang mereka minta sementara mereka sendiri tidak mau melakukan hal yang sama kepada kita. Contoh sederhananya adalah kebiasaan senyum, sapa, salam yang harus dilakukan adik kelas tapi tak masalah jika kakak kelas tidak melakukan hal yang sama untuk kita

Lalu akhirnya kita beranjak ke tingkat selanjutnya ketika kita sendiri menjadi kakak kelas. Bukannya belajar dari kesalahan, kita malah melakukan hal yang sama persis dengan apa yang dulu kakak kelas kita lakukan. Padahal, dulu kita sendiri yang merasa perlakuan seperti itu tidak adil. 

Pada kumpul tiga angkatan yang sering saya ikuti, hampir selalu kakak kelas melontarkan perkataan yang menyalahkan adik kelas. Bahkan ketika penyampaian visi misi calon ketua OSIS baru pun, selalu ada pertanyaan yang dilontarkan mengenai adik kelas seperti, "Bagaimana cara kalian mengatasi angkatan (bawah) yang tidak sopan kepada kakak kelas?"

Hal-hal yang saya amati ini membuat saya tidak nyaman. Mengapa kita harus mengulangi hal yang sama jika kita sendiri tahu bahwa hal itu tidak membuat hubungan kita semakin baik? Kenapa harus selalu adik kelas yang menyapa? Saya pribadi merasa bahwa rasa hormat tidak akan muncul dengan cara paksaan seperti ini. Rasa hormat muncul ketika kita saling menghargai dengan berbuat baik satu sama lain. 

Alhamdulillah saya alami hal ini di ekskul yang saya ikuti selama SMA. Angkatan yang berperan sebagai kakak tidak pernah meminta adiknya untuk menyapa tetapi hal tersebut muncul sendiri ketika kita saling bertemu, baik oleh adik kelas maupun kakak kelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun