Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berharap pada Bu Nia Kurniati, Guru Penggerak yang Gemar Merdeka Belajar

20 Januari 2020   08:21 Diperbarui: 20 Januari 2020   08:36 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pegiat Pendidikan Keluarga di Asosiasi SMSG | dokpri

Guru adalah ujung tombak peningkatan kualitas pendidikan kita. Hampir semua anak Indonesia menghabiskan waktunya di bangku sekolah. Tidak mengherankan jika Mas Menteri  (MM) kita berkali-kali menyanjung guru. Bahkan secara gamblang mengeluarkan kebijakan pendidikan merdeka belajar dan guru penggerak. Meskipun belakangan MM menyatakan kesulitan melakukan perubahan yang lebih baik di pendidikan, bahkan hanya menyebut kisaran 10-20% saja.

Saya tetap berharap perubahan kecil tersebut benar-benar mendasar. Perubahan regulasi sebenarnya sangat terbuka dengan masuknya revisi UU Sisdiknas ke dalam prioritas prolegnas tahun ini.  Namun terasa nyaris tak terdengar. Dan ini mengkhawatirkan saya.

Ayo Mas Menteri perkuat kerja barengan dengan seluruh guru, pendidik, tenaga kependidikan, anak, orangtua/wali, dan masyarakat luas untuk menyediakan regulasi yang mendukung merdeka belajar dan guru penggerak yang sudah dibewarakan. Mumpung harapan masih tersisa. 

Saya yakin teknologi akan sangat membantu upaya penjaringan gagasan dan praktik-praktik baik untuk memperkuat kerjabarengan oleh MM. 

Saya sengaja menggunakan istilah kerjabarengan yang disuarakan SMSG karena mengetahui bahwa orang-orang terdekat MM sekarang adalah para pegiat di PSKP dan beberapa KOP di lingkaran Najeela Shihab. Ada banyak anak muda yang visioner di sana, namun selentingan saya menangkap keresahan beberapa orang di Kemendikbud. Banyak kawan saya  yang menyatakan wait and see meski mengaku resah. Kita tunggu poses rekrutmen pejabat eselon 1 di kemendikbud, kata salah seorang di antara mereka. 

Setahu saya PLT tidak memiliki wewenang untuk mengeluatkan keputusan apapun. Mereka pekerja lillahi taala, mengisi kekosongan sementara waktu.

Hal yang berbeda tentunya terjadi di ruang-ruang kelas. Guru dan para pendidik tidak bisa menunggu. Mereka harus memberikan pelayanan terbaik tanpa jeda untuk memastikan anak-anak kita tumbuh kembang mandiri.

Bisa dibayangkan kegelisahan guru dan pendidik kita menerjemahkan kebijakan merdeka belajar dan guru penggerak dalam keseharian. Namun demikian, kita masing bisa berharap kepada para guru penggerak yang sudah gemar merdeka belajar sejak lama.

Bu Nia Kurniati, guru SMPN 11 Bandung adalah guru andalan kami yang menyambut antusias kebijakan tersebut. Percakapan di WA ini menunjukkan komitmennya untuk bergerak, bekerja, dan bermakna, tumbuh bersama demi kepentingan terbaik anak-anak didiknya.

Bu Nia: "Laporan penelitian KI.4, KD.4.9...keren ya bu. Ini tugas untuk 2 minggu ternyata 4 hari sudah selesai dalam bentuk laporan.." 

Saya:  Wow..anak2 ngga sabar tuntaskan tugas Bu" .

Bu Nia: "Betul bu...padahal anak2 sedang banyak tugas dari mapel lain. Makanya saya beri waktu 2 minggu dan dikerjakan di waktu luang. Nanti masing2 kelompok harus melakukan pameran produknya di kelas, karena setiap kelompok dapat bahasan yang berbeda. Ini kan kelas 9, merupakan rangkaian ujian praktek.
Bangga banget lah..". 

Saya: "Alhamdulillah. Ini bisa jadi penelitian pendahuluan ya Bu. Nanti kl anak2 berminat lebih jauh membandingkan antar tanaman. Tantangan Belajar di Luar Kelas Biologi "PRB longsor"

Bu Nia: "Betul bu...bisa dipakai dalam memahami terjadinya bencana...
"Eta pisan..."
"Bikin modul nya ah.." 

Saya: "Hayu Bu. Jadi merinding". 

Bu Nia: "Nanti materinya nyambung dengan teknologi ramah lingkungan...jadi solusinya anak.bisa bikin alat berbasis teknologi sederhana". 

Saya: "Iya Bu..ini model SETS: Science Environment Technology Social, buat calon2 ecosocpreneur". 

Bu Nia: "I di kelas lain juga kebetulan dapet materi yang sama. Saya ingin membandingkan bagaimana cara berpikir ABK yang dibimbing teman sebaya...jadi modul nya bisa lengkap ya bu..." 

Saya: "Di hulu bisa dorong kultur jaringan untuk pembibitan tanaman yg mudah tumbuh dan kuat spt ilalang. Katanya Presiden mengimpor ini untuk tanah longsor". 

Bu Nia: " Iya"

Saya: "Di tengah mengemas alat dan bahan penelitian yg  bisa dikemas dan dijual  spt Planet Sains lakukan. Di ujung reknologi ramah lingkungan". 

Bu Nia: "...padahal SETS bisa jadi solusi penyelesaian". Semoga saya bisa curi start ya bu...kan harapan mas menteri inginnya seperti ini. Tahun depan yang akan diuji kelas 8, pdojectnya bisa leluasa, guru menyiapkan tema nya, bahkan kalau bisa dari kelas 7 ya bu...kan seperti Ria di project BSJ nya, dari kelas 7... Saya juga ketemu anak kls 8 yg sudah menggunakan menspad, nah rencananya dia yg akan meneruskan project BSJ.. InshaAllah tahun depan bisa diajukan ke ycm...semoga bisa bareng juga sama @allisa.pm ya bu...

Saya yakin ada banyak guru penggerak seperti bu Nia yang gemar merdeka belajar di berbagai pelosok tanah air. Kita berdoa bersama ya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun