"Selama sebulan itu lah, bang Tafsir mencari anaknya sekaligus menjadi orang yang paling tenang yang saya tau dan bisa memberikan usulan-usulan serta hasil yg baik...."
"Huhuhu, anaknya selama itu ngungsi di gunung bersama keluarga yang gak dikenal. Pas mereka baru pada turun, anak bang Tafsir yang masih SD itu pulang sendiri ke rumah neneknya. Ia sempat ke rumahnya tapi hancur".
Sigap Kerlip Indonesia
Sejak aktif menggiatkan kemanusiaan pasca gempabumi tsunami di Provinsi NAD 26 Desember 2004, Jamjam dan saya kerap bertemu dengan para penyintas tangguh.Â
Informasi sekilas  tentang bang Tafsir pernah saya baca di wag Pos Pendidikan Sulteng, tapi saya tetap tak kuasa menahan haru membaca kisah yang dikirim Jamjam.Â
"Mewek pagi-pagi baca ini safe flight Aa @Zamzam Muzaki SM".
Bukan hanya saya, Nurlinda Taco pun terharu menyimak kisah bang Tafsir. Jamjam, saya, dan Nurlinda akhirnya sepakat mengukuhkan Tim Sigap KerLiP menjadi Yayasan Sigap KerLiP Indonesia.Â
Rere, Dahlan, Taufiq, dan Alamsyah, relawan Sulsel bergabung di Tim Sigap Palu sejak hari pertama pasca gempabumi tsunami likuifaksi menimpa Pasigala. Bersama para penyintas tangguh Pasigala, kami tumbuh bersama 500 fasilitator sebaya dalam program Gembira Aktifkan Kelas Sementara Ramah Anak. Para penyintas remaja dan kawula muda Palu, yakni Beby, Linda, Fitry, Hikmah, dan Iqbal pun menjadi Satuan Istimewa Siaga Pendidikan di bawah pimpinan Nurlinda Taco.Â
Jamjam membina para penyintas tangguh ini dengan memobilisasi sumber daya dalam jangkauannya. Satuan Istimewa Siaga Pendidikan ini terus bergiat mengaktifkan Pos Pendidikan di lokasi yang terdampak bencana. Dari Palu ke  Mamasa Sulbar, lanjut ke Pandeglang pasca tsunami Banten dan Lampung, Takalar, Jeneponto, Gowa, dan Bulukumba pasca banjir Sulsel, Konawe, Kolaka Timur, dan Konawe Utara pasca banjir bandang Sultra serta  Halmahera Selatan pasca gempabumi bersama Wahana Visi Indonesia.Â