"Saya selalu ingin saya ketemu Mas Tafsir kalau bertugas ke Palu, ia teman diskusi yg bisa mengkritisi dan selalu tersenyum. Semalam pas diajak teman-teman pusdatin saya minta mas Tafsir datang"
Gempa bumi dan tsunami yang diikuti likuifaksi di Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Muotong pada saat adzan magrib, 28 September 2018 meluluhlantakkan rumah, jalan, jembatan, dan fasilitas publik lainnya termasuk sekolah. Jamjam Muzaki, Direktur Litbang Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan yang bekerja sebagai tenaga ahli pendidikan inklusif dan penanggulangan bencana di Kemdikbud selalu hadir paling awal di lokasi yang terkena bencana  termasuk di Palu untuk membantu LPMP Sulteng mengaktifkan Pos Pendidikan.
Kisah Bang Tafsir melengkapi pesan yang dikirim Jamjam menjelang boarding dari Palu ke Jakarta pagi ini.Â
"Bang Tafsir ini yang awal-awal di pos pendidikan membantu saya menstrukturiaasi data. Posisi beliau adalah operator BOS".
"Orangnya irit bicara, tapi kerjanya efektif. Minggu-minggu pertama disana, bang Tafsir ini helpfull banget, padahal dia sendiri adalah korban, rumahnya hancur, katanya saat itu dia tinggal sembarang, cari2 kontrakan, dst..."
"Cuma dia gak bisa selalu datang pagi, kalau ke pos pendidikan datang agak siang, tapi bisa sampai malam standby di pos sampe mengeluarkan rekap-rekap dan laporan harian".
"Belakangan saya tahu, anaknya hilang dan baru kembali setelah 28 hari. Semalam dia bilang ke saya, mas Zam saya dulu gak bisa datang pagi ke pos pendidikan karena tiap pagi saya keliling cari anak saya, agak siangan baru bisa ke kantor atau ke pos pendidikan. Sontak langsung saya rangkul bahunya".
"Ya Allah bang Tafsiiiir, sungguh luar biasa mentalnya... masih bisa melayani dengan tersenyum, meskipun terlihat kusut saat itu... bahkan dia sering antar saya pakai motornya... "
"Bu Lisma dan bang Chusni teman kerjanya di pusdapendik saja baru tahu semalam..."
"Kalau saya, akan langsung pingsan bangun pingsan lagi, boro-boro bisa kerja, "ujar bu Lisma
"kalau saya saya tak bisa, saya mau pegi cari anak, bodo amat atasan nyuruh saya,"imbuhnya
"Selama sebulan itu lah, bang Tafsir mencari anaknya sekaligus menjadi orang yang paling tenang yang saya tau dan bisa memberikan usulan-usulan serta hasil yg baik...."
"Huhuhu, anaknya selama itu ngungsi di gunung bersama keluarga yang gak dikenal. Pas mereka baru pada turun, anak bang Tafsir yang masih SD itu pulang sendiri ke rumah neneknya. Ia sempat ke rumahnya tapi hancur".
Sigap Kerlip Indonesia
Sejak aktif menggiatkan kemanusiaan pasca gempabumi tsunami di Provinsi NAD 26 Desember 2004, Jamjam dan saya kerap bertemu dengan para penyintas tangguh.Â
Informasi sekilas  tentang bang Tafsir pernah saya baca di wag Pos Pendidikan Sulteng, tapi saya tetap tak kuasa menahan haru membaca kisah yang dikirim Jamjam.Â
"Mewek pagi-pagi baca ini safe flight Aa @Zamzam Muzaki SM".
Bukan hanya saya, Nurlinda Taco pun terharu menyimak kisah bang Tafsir. Jamjam, saya, dan Nurlinda akhirnya sepakat mengukuhkan Tim Sigap KerLiP menjadi Yayasan Sigap KerLiP Indonesia.Â
Rere, Dahlan, Taufiq, dan Alamsyah, relawan Sulsel bergabung di Tim Sigap Palu sejak hari pertama pasca gempabumi tsunami likuifaksi menimpa Pasigala. Bersama para penyintas tangguh Pasigala, kami tumbuh bersama 500 fasilitator sebaya dalam program Gembira Aktifkan Kelas Sementara Ramah Anak. Para penyintas remaja dan kawula muda Palu, yakni Beby, Linda, Fitry, Hikmah, dan Iqbal pun menjadi Satuan Istimewa Siaga Pendidikan di bawah pimpinan Nurlinda Taco.Â
Jamjam membina para penyintas tangguh ini dengan memobilisasi sumber daya dalam jangkauannya. Satuan Istimewa Siaga Pendidikan ini terus bergiat mengaktifkan Pos Pendidikan di lokasi yang terdampak bencana. Dari Palu ke  Mamasa Sulbar, lanjut ke Pandeglang pasca tsunami Banten dan Lampung, Takalar, Jeneponto, Gowa, dan Bulukumba pasca banjir Sulsel, Konawe, Kolaka Timur, dan Konawe Utara pasca banjir bandang Sultra serta  Halmahera Selatan pasca gempabumi bersama Wahana Visi Indonesia.Â
Para penyintas tangguh bahkan pada usia anak di daerah bencana ini tak henti melakukan aksi kemanusiaan dan aksi-aksi menuju Sekolah dan Madrasah Ramah Anak., bagaimana dengan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H