Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jamjam Muzaky dan Para Penyintas Tangguh Pasigala

28 Agustus 2019   12:49 Diperbarui: 28 Agustus 2019   13:25 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya selalu ingin saya ketemu Mas Tafsir kalau bertugas ke Palu, ia teman diskusi yg bisa mengkritisi dan selalu tersenyum. Semalam pas diajak teman-teman pusdatin saya minta mas Tafsir datang"

Gempa bumi dan tsunami yang diikuti likuifaksi di Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Muotong pada saat adzan magrib, 28 September 2018 meluluhlantakkan rumah, jalan, jembatan, dan fasilitas publik lainnya termasuk sekolah. Jamjam Muzaki, Direktur Litbang Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan yang bekerja sebagai tenaga ahli pendidikan inklusif dan penanggulangan bencana di Kemdikbud selalu hadir paling awal di lokasi yang terkena bencana  termasuk di Palu untuk membantu LPMP Sulteng mengaktifkan Pos Pendidikan.

Kisah Bang Tafsir melengkapi pesan yang dikirim Jamjam menjelang boarding dari Palu ke Jakarta pagi ini. 

"Bang Tafsir ini yang awal-awal di pos pendidikan membantu saya menstrukturiaasi data. Posisi beliau adalah operator BOS".

"Orangnya irit bicara, tapi kerjanya efektif. Minggu-minggu pertama disana, bang Tafsir ini helpfull banget, padahal dia sendiri adalah korban, rumahnya hancur, katanya saat itu dia tinggal sembarang, cari2 kontrakan, dst..."

"Cuma dia gak bisa selalu datang pagi, kalau ke pos pendidikan datang agak siang, tapi bisa sampai malam standby di pos sampe mengeluarkan rekap-rekap dan laporan harian".

"Belakangan saya tahu, anaknya hilang dan baru kembali setelah 28 hari. Semalam dia bilang ke saya, mas Zam saya dulu gak bisa datang pagi ke pos pendidikan karena tiap pagi saya keliling cari anak saya, agak siangan baru bisa ke kantor atau ke pos pendidikan. Sontak langsung saya rangkul bahunya".

"Ya Allah bang Tafsiiiir, sungguh luar biasa mentalnya... masih bisa melayani dengan tersenyum, meskipun terlihat kusut saat itu... bahkan dia sering antar saya pakai motornya... "

"Bu Lisma dan bang Chusni teman kerjanya di pusdapendik saja baru tahu semalam..."

"Kalau saya, akan langsung pingsan bangun pingsan lagi, boro-boro bisa kerja, "ujar bu Lisma

"kalau saya saya tak bisa, saya mau pegi cari anak, bodo amat atasan nyuruh saya,"imbuhnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun