Munculnya 5 pertanyaan, dan kemudian kelima pertanyaan terjawab melalui perjalanan panjang tokoh utama “Ray” . Sosok ray yang benar-benar mengagumi indahnya cahaya rembulan, yang setiap kali memandangnya, ia selalu berterimakasih kepada Tuhan. Merasakan kuasa Tuhan selalu menjejak setiap sudut bumi dimana cahaya rembulan menyentuhnya. Sosok Ray memang mengutuk, membantah, berprasangka buruk kepada Tuhan, tetapi ia selalu jujur dan tidak pernah berdusta setiap kali ia menatap rembulan, ia selalu memujinya dan merasakan sebuah ketenangan dibalik Indahnya cahaya rembulan yang menyelimutinya.
Kritik
Menurut saya, novel ini awalnya memang benar-benar membosankan, ceritanya yang sulit sekali dipahami. Dan ada bagian bab yang diceritakan terlalu singkat, dibeberapa bab diceritakan, dibab selanjutnya sudah tidak ada dan muncul kembali di bab terakhir. Bahasa yang digunakan juga sulit dipahami,banyak ditemukan kata-kata yang menurut saya, memang benar-benar memutar otak untuk bisa memahaminya. Ya, terlalu tinggi gaya bahasa yang digunakan bagi para pemula seperti saya.
Sinopsis
Novel ini memceritakan tentang perjalanan hidup seseorang, disini disebutkan bahwa pemeran tokoh utamanya adalah “Ray / Reihan”. Ray yang merasa hidupnya dipenuhi dengan berbagai ujian, yang menyebabkan ia berfikir langit telah mengutuknya. Tuhan tidak pernah memihaknya, dan berbagai pertanyaan muncul dihidupnya. Ya, 5 pertanyaan yang menemaninya melewati perjalanan panjang kembali ke masalalu yang kemudian mampu menjawab 5 pertanyaan dengan 5 jawaban yang muncul dari dalam dirinya. Disetiap perjalanan hidupnya, selalu muncul tokoh dan entah siapa itu yang seringkali disebutkan “malaikat” / pasien berumur sekian tahun “orang dengan wajah menyenangkan” yang menjadi pemeran serba tahu.
Perjalanan hidup yang panjang bagi seorang Ray, dengan segala macam rasa pahit-manisnya kehidupan telah dirasanya dari sejak ia masih kecil. Ray anak yatim-piatu yang tinggal disebuah panti asuhan dengan penjaga panti yang seringkali memukulinya, kemudian ia kabur.. pergi dari panti tersebut. Yang kemudian menjadi bandar judi disebuah terminal kota, kemudian melanjutkan perjalanan kerumah singgah. Dimana rumah tersebut memberikan banyak warna, dan memberikan arti keluarga untuk pertama kalinya bagi Ray. Tertulis sebuah kalimat “ Kalian akan menjadi saudara di mana pun berada, kalian sungguh akan menjadi saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang hilang adri sebuah kenangan. Kalian sungguh akan tetap menjadi saudara”. Namun setelah 6tahun bertempat tinggal dirumah singgah, Ray terlibat dengan perkelahian yang tiada henti, yang akhirnya memutuskan ia untuk pergi.
Perjalanan masih berlanjut 6tahun kemudian ia jalani dengan menjadi pengamen jalanan digerbong kereta api. Hingga akhirnya ia bertemu dengan sesosok lelaki paruh baya, yang akhirnya menjadi sahabatnya ,“Plee”. Plee merupakan pedagang besar yang berbeda dengan pedagang lain, ia hanya menjual berlian tanpa harus membeli. Ya, Plee adalah seorang pencuri yang hebat, bahkan ia merencakan dengan jeli pencurian yang luar biasa yakni pencurian berlian seribu karat yang berada tepat dipusaran ibukota, yang semua itu melibatkan keahlian Ray. Hampir meraih keberhasilan, mereka tertangkap basah oleh petugas, namun Ray terselamatkan, dan Plee menjerat hukuman eksekusi mati. Pahitnya lagi, Plee merupakan pelaku utama terjadinya kebakaran besar yang telah melenyapkan segala harta bendanya, rumah, dan merenggut nyawa kedua orangtuanya.
Ray mencoba melanjutkan perjalanan hidup, hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang gadis cantik disebuah gerbong makan, ia mencoba mendekatinya, meski awalnya gadis itu enggan, karena ternyata gadis itu adalah seorang pelacur. Namun, setelah mendengar penjelasan dari wanita yang amat sangat dicintainya tersebutlah mereka tetap melanjutkan kisah kasih mereka kejenjang pernikahan. Ray yang sekarang menjadi mandor sukses ditemani istrinya yang amat sayang peduli terhadapnya. Wanita sederhana yang selalu ada, yang membuat hari-hari Ray menjadi lebih bersemangat.Namun sayang, kebahagiaan Ray hanyar berkisar 6Tahun, istrinya meninggal, dan itu artinya ia sendiri lagi. Berbagai cobaan kembali menghampirinya, pertanyaan-pertanyaan yang lalu kembali menyelimuti fikiranya. Perusahaannya hancur, Kerabat satu persatu meninggal dunia, kemudian ia terbaring lemah dirumah saki menjalani operasi, hingga terserang komplikasi, dan ia menderita penyakit juga selama 6tahun, lagi dan lagi ia kembali sendiri. Hingga 5 jawaban dari 5 pertanyaan perjalanan hidupnya terjawab satu persatu.
“Kau benar, Ray. Ada satu janji Tuhan. Janji Tuhan yang sungguh hebat, yang nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan menatap rembulan ciptaanNya. Tahukah kau ? Itulah janji menatap wajahNya. Menatap Wajah Tuhan. Tanpa tabir, tanpa pembatas.. Saat itu terjadi maka sungguh seluruh rembulan di semesta alam tenggelam tiada artinya. Sungguh seluruh pesona dunia akan layu. Percayalah selalu atas janji itu, Ray, maka hidup kita akanterasa indah....” Orang dengan wajah menyenangkan itu menyentuh lembut bahu pasien dihadapannya.