"Galih ke mana? tanya Pak Cahyo yang mendapati anak keduanya tak lagi di sampingnya. Bapak yang selalu memakai sarung itu melongok keluar usai membaca niat berpuasa. Ia pun langsung keluar mencari Galih. Rupanya anaknya yang duduk kelas 3 SD Panjang 02 itu sedang ngobrol dengan anak seusianya.
      "Galih kok kamu gak ikutan berdoa tadi," ucap Pak Cahyo sambil menarik anaknya. Galih pun hanya diam sambil senyum-senyum.
      "Tadi capek kok Yah," ucapnya singkat sambil meremas-remas sarungnya.
      Bunda Dian pun keluar untuk bersama-sama pulang ke rumah. Sampai di depan masjid, bertemu dengan ketiga anakknya dan suami.
      "Mas, jatah jaburanku mana, kok aku gak dapat?" Galih melirik tangan kakak dan adiknya yang memegang jajan atau istilah lain jaburan.
      "Makanya jangan melarikan diri kalau belum selesai. Berdoa dengan membaca niat bersama-sama dulu baru keluar," ucap si kecil Yoga sambil menggandeng tangan Bundanya.
      Galih cemberut karena tak mendapat apa-apa. Wajahnya berlipat. Ia pun berlari menuju rumah. Sementara Arif dan Yoga berjalan dengan pelan. Sampai di rumah, Galih tiduran di kursi depan rumah. Diam saja seolah menyesali perbuatannya.
      "Ayo masuk!" Sang Ayah menggendong anak kedua yang badannya lumayan besar.
      Galih pun berontak lalu berusaha masuk dan duduk di menuju kamar. Gara-gara jaburan, si anak ngambek. Tanpa ada perintah kedua kakak beradik menuju kamar dan memberikan jajan yang dibawanya.
      "Ini Mas, untuk Mas saja. Aku sudah kenyang kok. " Yoga si ragil seolah tahu yang dirasakan kakaknya. Akhirnya atas saran bundanya, ketiga anak makan bersama jaburan yang dibawanya. Mereka pun tersenyum bahagia.
      "Hemm anak-anak yang begitu Bund," ucap Pak Cahyo sambil menyeruput jus jambu buatan istri tercinta. Bunda Dian pun ikutan tersenyum dengan ulah anak-anak yang semuanya cowok.