Â
 Hari sudah agak siang. Matahari mulai di atas kepala. Arif, Galih, dan Yoga masih asyik bermain lato-lato  di belakang rumah sambil menghirup udara segar. Hari ini mereka libur awal puasa. Namun, tiba-tiba Yoga, si kecil duduk diam di bawah pohon alpukat. Kepalanya disandarkan pada batang pohon. Tangannya memegang perut.
Arif tanggap pada adiknya yang masih keci. Ia dekati lalu disentuh tangan adiknya.
      "Lho, kenapa Dik," tanya Arif agak heran. Ditegakkan kepala adiknya.
      "Lapar," ucap adiknya pelan. Matanya berkaca-kaca.
      Sang kakak mengerti akan adiknya yang masih duduk di kelas 2 itu. Ia pun mengajak masuk rumah. Yoga awalnya enggan, tetapi menurut juga ajakan kakaknya. Mereka pun duduk di kursi panjang dekat dapur.
      "Dik, perutnya sakit? Mau batal puasa?
      "Tidak, aku ingin tetap puasa,tapi ...," ucap Yoga tak diteruskan.
      "Tapi apa?" Arif penasaran
      "Pinjam HP dong Mas!"
      "Lho, Mas juga gak boleh main HP kok Dik. Bagaiman kalau kita di perpustakaan Bunda saja," ajak Arif. Namun, si Yoga minta tolong dipinjamkan sama Bundanya.
      "Tidak boleh sayang," kata Bunda Dian yang tiba-tiba nongol dari dapur.
      "Bagaimana kalau Kakak dan Adik bantu Bunda di dapur, " ajak Bunda Dian penuh harap. "Bunda masak ikan bakar lho," lanjutnya.
      Yoga pun mau membantu bundanya memasak  karena ikan bakar adalah kesukaannya. Bunda Dian pun senang akhirnya anakknya tidak batal puasa.
      Tak lama kemudian kedua kakak beradik asyik membantu memasak. Yoga mengupas bawang putih. Sedangkan Arif membantu membersihkan ikan gurami. Mereka tertawa ria ketika saling bertanya tentang bumbu dapur.
      "Ini ketumbar," kata Arif
      "Bukan itu merica," sanggah Yoga.
      Akhirnya mereka tahu perbedaan merica dan tumbar setelah dijelaskan Bunda Dian.
            ***
      Usai salat asar, Arif, Galih, Yoga sudah mandi. Mereka bersiap-siap menuju masjid untuk mengaji. Dengan pakaian baju koko, bertiga siap berjalan kaki menuju Masjid At'Tagwa.
      "Mas Arif, ini dibawa ya, Bunda kejatah jaburan, nanti letakkan di meja saja," pinta Bunda Dian sambil memberi kotak bok berisi jajanan.
      " Ya, Bunda,"
      "Aku saja," Galih memindahkan box ke tangannya.
      Mereka bertiga menuju masjid untuk mengaji dan dilanjutkan berbuka puasa. Sampai di masjid sudah ada beberapa anak. Ketiga anak tersebut langsung menuju rak buku untuk mengambil Alqur'an.
      "Sini-sini duduk berjajar sini," ucap Mas Yuli sambil mengatur meja panjang. Mas Yuli, pengurus TPA mengarahkan anak-anak yang akan mengaji.
      Masjid sore itu lebih semarak dengan lantunan-lantunan ayat suci Alqur'an anak-anak. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan yang diadakan tiap sore. Namun, bulan Ramadan ini lebih banyak yang ikut daripada hari lainnya.
      Sesekali anak-anak melirik jam dinding seolah ingin mempercepat jarum jam agar lebih cepat berbuka puasa. Akhirnya waktu berbuka tiba. Pak Sigit mulai berdiri untuk mengumandangkan azan. Suaranya bergema. Inilah yang ditunggu semua umat yang menjalankan ibadah puasa. Gegas anak-anak keluar untuk duduk di serambi. Ibu-ibu telah menyediakan takjil yang disantap anak-anak.
      "Ayoo, membaca doa dulu sebelum berbuka puasa," ajak Bu Yuli dengan menangkupkan kedua tangan. anak-anak tampak bahagia karena ingin menyantap menu yang telah ada di depan mereka.
Allaahumma lakasumtu wabika aamantu wa'alla rizqiaka afthortu birahmatika ya arhamaroohimiina.Â
Artinya, Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, kepada --Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka puasa dengan rahmat-Mu, Ya Allah ya Tuhan Maha Pengasih.Â
Mereka pun langsung membatalkan puasa. Segelas air teh dan  beberapa takjil dilahapnya dengan penuh kebahagiaan.
      "Ehh jeruk makan jeruk," ucap Yoga pada Kakaknya Arif.
      "Kok bisa?" Arif bengong tak jelas yang diucapkan adiknya.
      "Tuhhh roti bolu itu kan dari Bunda," ucap Galih menimpali.
      "Oh ya to. gak apa apa kan?"
      Mereka pun tertawa sambil menikmati buka puasa. Selanjutnya mereka salat magrib berjamaah.
Kisah Ramadan (2)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H