Perjalanan penuh liku kami lalui. Pengalaman berharga ketika mengunjungi Mbak yang sedang sakit.
Keinginan untuk menengok Saudara yang sedang sakit sudah lama saya impikan. Namun, baru kemarin, Sabtu 26 Agustus keinginan tersebut terwujud. Saya, suami dan adik serta satu keponakan bersama menuju Sukorejo, Kendal.
Pagi pukul 08.00 saya dan suami sudah keluar rumah untuk menjemput dulu adik yang ada di Ungaran. Pukul 09.00 kami bersama-sama melakukan perjalanan ke Sukorejo lewat Gunungpati Semarang.
Udara pagi cerah. Sinar terang menyertai perjalanan kami. Lagu nostalgia selalu menjadi  menu favorit saat dalam mobil. Lalu lintas dari Ungaran ke Gunungpati amat lancar. Kami bercanda ria dengan adik-adik dengan ngemil jajanan yang kami bawa. Sesekali saya menyodorkan jajanan ke suami selalu driver. Tak lupa minuman yang sudah kami persiapkan. Ngobrol pun tiada henti agar Pak Sopir tidak ngantuk.
Kami pun berbelok ke kiri untuk menuju kota Boja. Tak diduga sampai di Boja ada karnaval.
"Pak, lewat jalan sana ya," ucap seorang pengatur jalan.
Bunyi peluit terus berbunyi. Iring-iringan mobil berbagai arah dalam satu titik. Benar-benar ruwet saat itu. Segera kami menuruti anjuran bapak tadi. Pelan-pelan kami menyusuri jalan sempit. Tampak beberapa orang dengan pakaian adat dengan dandanan cantik berlalu lalang. Ada juga mobil hias siap mengikuti karnaval.
Sampai di  perkampungan, jalanan macet. Ternyata bukan satu jalur saja. Dari arah berlawanan juga ada mobil dan sepeda motor yang lewat. Kami pun hanya diam di dalam mobil. Tak bergerak sama sekali. Suami mulai berang.
"Ya, gimana lagi. Kita sabar ya Pak. Semoga segera bisa jalan," hiburku sambil memberikan jeruk yang sudah saya kupas.
Yang menarik perhatian adalah dua sepeda motor dari arah berlawanan beradu mulut. Sama-sama ingin mempertahankan diri agar bisa jalan.
Akhirnya salah satu mundur agar yang depan bisa jalan. Setelah beberapa menit kemudian, jalanan lancar. Karena berbeda jalur utama kami pun berulang kali bertanya ketika menemui jalan yang kurang paham. Saya pun selalu memperhatikan rambu-rambu. Berusaha agar suami nyaman nyetir. Â Alhamdulillah setiap bertanya pada seseorang selalu dijawab dengan ramah. Tak lupa saya ucapkan terima kasih.
Akhirnya kami menemukan jalan yang kami tuju yaitu ke Sukorejo. Perjalanan berliku dengan pemandangan indah. Kami pun enjoy menikmatinya.
Rasanya sudah tenang karena sebentar lagi sampai di tempat tujuan. Sampailah kami di tempat Mbak Fatimah yang sedang sakit.
Tangis pun pecah kala kami memasuki rumah bercat biru. Kami berpelukan. Mbak Fatimah, kakak beda ibu ini tampak lemah tak berdaya. Air matanya mengalir kala kami bersalaman.
Suaranya jelas tetapi kaki dan badan tak bisa gerak bebas. Kakinya kecil. Beberapa waktu lalu baru pulang dari rumah sakit Yogjakarta. Ngobrol sana sini sambil terus mengajak Mbak untuk selalu mengingat-Nya.
"Jangan lupa untuk salat lima waktu ya Mbak," ucapku sambil mengelus-elus tangannya yang sudah keriput. Sang Suami dengan setia menemani.
Adikku mengupas jeruk lalu diberikan dengan penuh kasih sayang. Walaupun kami tidak satu kandung, kami saling menyayangi. Apalagi anak perempuannya baru saja pulang ke Rahmatullah terlebih dahulu.
Karena sudah agak lama, kami pun pulang. Tangis kembali datang. Rasanya tak tega. Segera saya bersalaman untuk pulang. Â Perpisahan yang penuh haru
Tak diduga saat pulang kami terjebak macet lagi karena karnaval. Ya lagi-lagi kami harus melewati jalan lain agar mobil bisa jalan.
Kesabaran diuji lagi. Jalan sempit kami lalui. Walaupun tidak lewat jalur karnaval, lali yang kami lalui tak jua mulus. Setiap beberapa menit ada sekolompok orang yang mengatur jalan sambil menyodorkan tempat agar para mobil yang lewat memberi uang seikhlasnya. Hal ini bukan hanya satu titik saja. Namun, setiap ujung jalan ada orang yang menarik uang. Untung persediaan uang receh lumayan.
Alhamdulillah akhirnya kami bisa keluar dari kemacetan. Walaupun terjebak macet berangkat dan pulang hati kami bahagia karena kami bisa menengok Mbak yang sedang sakit. Semoga Mbak diberi kesembuhan. Kami pun bisa melanjutkan perjalanan menuju rumah.
Ambarawa, 28 Agustus 2022
#10
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI