Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Penuh Liku

28 Agustus 2022   20:09 Diperbarui: 28 Agustus 2022   20:11 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya salah satu mundur agar yang depan bisa jalan. Setelah beberapa menit kemudian, jalanan lancar. Karena berbeda jalur utama kami pun berulang kali bertanya ketika menemui jalan yang kurang paham. Saya pun selalu memperhatikan rambu-rambu. Berusaha agar suami nyaman nyetir.  Alhamdulillah setiap bertanya pada seseorang selalu dijawab dengan ramah. Tak lupa saya ucapkan terima kasih.

Akhirnya kami menemukan jalan yang kami tuju yaitu ke Sukorejo. Perjalanan berliku dengan pemandangan indah. Kami pun enjoy menikmatinya.

Rasanya sudah tenang karena sebentar lagi sampai di tempat tujuan. Sampailah kami di tempat Mbak Fatimah yang sedang sakit.

Tangis pun pecah kala kami memasuki rumah bercat biru. Kami berpelukan. Mbak Fatimah, kakak beda ibu ini tampak lemah tak berdaya. Air matanya mengalir kala kami bersalaman.

Suaranya jelas tetapi kaki dan badan tak bisa gerak bebas. Kakinya kecil. Beberapa waktu lalu baru pulang dari rumah sakit Yogjakarta. Ngobrol sana sini sambil terus mengajak Mbak untuk selalu mengingat-Nya.

"Jangan lupa untuk salat lima waktu ya Mbak," ucapku sambil mengelus-elus tangannya yang sudah keriput. Sang Suami dengan setia menemani.

Adikku mengupas jeruk lalu diberikan dengan penuh kasih sayang. Walaupun kami tidak satu kandung, kami saling menyayangi. Apalagi anak perempuannya baru saja pulang ke Rahmatullah terlebih dahulu.

Karena sudah agak lama, kami pun pulang. Tangis kembali datang. Rasanya tak tega. Segera saya bersalaman untuk pulang.  Perpisahan yang penuh haru

Tak diduga saat pulang kami terjebak macet lagi karena karnaval. Ya lagi-lagi kami harus melewati jalan lain agar mobil bisa jalan.

Kesabaran diuji lagi. Jalan sempit kami lalui. Walaupun tidak lewat jalur karnaval, lali yang kami lalui tak jua mulus. Setiap beberapa menit ada sekolompok orang yang mengatur jalan sambil menyodorkan tempat agar para mobil yang lewat memberi uang seikhlasnya. Hal ini bukan hanya satu titik saja. Namun, setiap ujung jalan ada orang yang menarik uang. Untung persediaan uang receh lumayan.

Alhamdulillah akhirnya kami bisa keluar dari kemacetan. Walaupun terjebak macet berangkat dan pulang hati kami bahagia karena kami bisa menengok Mbak yang sedang sakit. Semoga Mbak diberi kesembuhan. Kami pun bisa melanjutkan perjalanan menuju rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun