Hai, kompasianer. Salam sehat semuanya
Menjadi suatu kebahagiaan tersendiri kami, keluarga besar Gridaba masih diberi kesempatan berwisata ke Pacitan pada Sabtu-Minggu, 23-24 Juli 2022. Objek pertama yang kami kunjungi adalah Bukit Sentono . Mendengar namanya saja saya jadi penasaran akan objek yang baru saja saya dengar. Yuk Ikuti perjalanan kami.
Pukul 21.45 kami sudah berkumpul di depan SD Kebumen. Tepat pukul 22.00 Bus Panorama datang. Kami pun memasuki bus dengan penuh suka cita. Lagu demi lagu mengiringi perjalanan malam kami. Suara emas para guru dan pengawas menjadikan kami tak mengantuk lagi.
Dini hari kami sampai di Pacitan. Dingin menyusup kalbu kala kami harus turun untuk berganti dengan angkutan lain. Tampak di dekat pemberhentian bus ada bangunan yang merupakan balai desa dengan bangunan mirip istana negara
"Bapak, Ibu kita sampai di Desa Dadapan.. Selanjutnya kita akan menuju Objek Pertama yaitu Bukit Sentono Gentong. Jangan lupa bawa mukena karen kita salat subuh di bukit Sentono Gentong," ucap Mas TL
"Siap Mas," ucap kami serempak.
Kami lalu naik angkutan kecil yang terbuka. Kami terbagi dalam beberapa shuttle. Jalanan agak naik dengan melewati perkampungan yang sepi. Hanya pendar lampu hiasai rumah-demi rumah. Canda tawa kami lalui hingga tak terasa kami sampai di sebuah bukit. Dari ketinggian terlihat Kota Pacititan dengan gemerlap lampu. Benar-benar indah pemandangan dini hari itu. .Â
Sejenak kami mengitari area karena hari masih pagi sekitar pukul 03.30. Taman yang masih baru ini ada beberap gazebo merah. Bapak-bapak memilih beristirahat di tempat itu. Sementara kami masih melihat keindahan malam sambil duduk-duduk.
Ada yang menarik perhatian kami yaitu sebuah banguanan kecil yang dalamnya ada sesuatu yang belum jelas. Di depan bangunan ada papan yang bertuliskan tentang sejarah Sentono Gentong.
"Oh Sentono itu nama orang to?"
" Ya, ternyata Sentono itu yang menjaga petilasan," ucap Bu Nur Mualifah.
Segera saya menuntaskan tulisan tersebut. Yang disampaikan oleh Mas TL saat di bus benar juga. Sentono Gentong merupakan banguna purba berupa petilasan yang di dalamnya terdapat gentong berisi tulang.Â
Tempat ini terletak di Desa Dadapan, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan. Tulang tersebut merupakan tulang yang dibawa oleh Syekh Subakir dari Persia untuk menangkal roh jahat di Pulau Jawa agar  agama Islam berkembang.Â
Kata Sentono Gentong berasala dari sentono yang merupakan sebutan penjaga petilasan yang sering dipanggil Mbah Sentono. Sedangkan kata gentong karena adanya gentong di dalam petilasan tersebut.
Usai membaca teks tersebut, kami salat subuh berjamaah di mushola yang berada dekat di gazebo. Selanjutnya kami menuju pelataran yang berada di atas. Semburat merah mulai tampak. Bayang pantai mulai terlihat.Â
Tak lama kemudian makin jelas sinar matahari. Keindahan pantai pun makin terlihat jelas. Kami pun berfoto ria mengabadikan momen yang amat bagus. Tak lupa kami bersama mengucapkan yel-yel dengan tawa ria. Seru benget kala berkumpul bersama teman-teman. Dingin masih terasa walaupun semburat kuning matahari mulai tampak.
"Yuk, cari minuman hangat Bu Nur?"
"Ayoo," jawab Bu Nur sambil beranjak menuju warung yang terletak tak jauh dari pelataran. Kami masuki warung sederhana yang menyediakan aneka makanan dan cemilan. Kami pun memesan susu jahe. Alhamdulilah perut terasa hangat. Selanjutnya kami meninggalkan Bukit Sentono Gentong dengan rasa bahagia. Matahahari pun tersenyum melepas kami untuk melanjutkan perjalanan.
Ambarawa, 27 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H