Visa untuk memasuki negara Schengen telah disetujui, selanjutnya apa yang harus dipersiapkan untuk mengunjungi negeri es dan api (Islandia) untuk berburu aurora? Tapi sebelumnya, apa sih aurora dan kenapa saya memilih Islandia untuk berburu aurora?
Aurora merupakan fenomena alam yang terjadi akibat medan magnet bumi yang berinteraksi dengan partikel bermuatan dari matahari. Perbedaan ion menghasilkan warna auroa yang berbeda-beda, antara lain hijau, kuning, merah, biru atau ungu. Udara terdiri dari sejumlah besar atom nitrogen dan oksigen. Oksigen menjadi komponen yang lebih besar di ketinggian aurora terjadi (sekitar 60-600 mil). Atom oksigen memancarkan cahaya hijau dan kadang-kadang merah, sementara nitrogen lebih oranye atau merah (sumber).Â
Fenomena aurora bisa terjadi di Kutub Utara, yang disebut aurora borealis (dawn of the north), biasanya dapat dilihat pada musim dingin sekitar bulan September-April setiap tahunnya. Salah satu syarat melihat aurora adalah lagit harus gelap dan tidak tertutup awan. Musim dingin biasanya memiliki waktu gelap/malam lebih panjang. Beberapa negara dikenal sebagai tempat terbaik untuk menikmati aurora borealis, antara lain Kanada, Alaska, Norwegia, Finlandia dan Islandia. Sedangkan di kutub selatan, dikenal dengan Aurora Australis yang memiliki sifat-sifat serupa. Aurora ini lebih jarang terlihat karena terpusat di lingkar Antarctica dan di selatan Samudra Hindia (Sumber)
Saya memilih Islandia untuk berburu aurora karena lokasinya yang mendekati kutub utara sehingga kemungkinan melihat aurora lebih tinggi. Namun tetap saja yang namanya fenomena alam, secanggih apapun alat untuk memprediksinya, bisa saja meleset. Harus tetap banyak berdoa.
Baju musim dingin
Barang penting yang harus dibawa untuk menahan cuaca dingin adalah baju khusus untuk musim dingin. Saya mengunjungi Islandia pada pertengahan Maret, dengan suhu rata-rata 4-7C, namun terasa lebih dingin karena di Islandia termasuk negara yang berangin cukup kencang. Supaya dapat menahan dingin, perlu baju berlapis-lapis antara lain lapisan dalam baju menggunakan baju thermal (longjohn), baju berbahan fleece, jaket windbreaker dan jaket outer/down jacket. Untuk bawahan bisa menggunakan celana lapisan thermal/stocking dan celana windproof/waterproof.Â
Kayaknya kok heboh banget ya bajunya? Namanya juga persiapan, daripada harus beli jaket tambahan di Islandia, lebih baik dibawa dari Indonesia. Baju berlapis-lapis tersebut tidak selalu saya pakai, kalau merasa kegerahan, salah satu baju bisa dilepas. Agak repot sedikit tidak masalah, yang penting bisa menikmati aurora dengan nyaman, demi aurora ....
Untuk membeli baju-baju musim dingin, tidak perlu repot-repot ke luar negeri. Di pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta, Bandung dan kota lainnya banyak ditemukan baju musim dingin, kalau mau yang lebih murah bisa dibeli di toko baju sisa ekspor. Atau kalau nggak mau repot, tinggal beli secara online meskipun kadang ukurannya kurang pas atau warnanya yang tidak sesuai dengan foto.
Aksesori lainnya yang perlu dipakai antara lain sepatu tahan air (karena banyak beraktivitas di luar ruangan), kaos kaki, kaos tangan, topi kupluk, syal, dan penutup telinga (ear muff).
Satu lagi yang tidak boleh dilupakan adalah lotion untuk kulit dan lip balm karena udara dingin bisa menyebabkan kulit bersisik/kering, pecah-pecah dan perih.
Jadwal perjalanan
Saya tidak menggunakan jasa travel agent dari Indonesia untuk mengunjungi Islandia. Sehingga rincian aktivitas apa saja yang akan saya lakukan nantinya di Islandia, sudah disiapkan sejak sebelum keberangkatan. Untuk mengunjungi beberapa spot wisata dan berburu aurora di Islandia, saya mengikuti day trip dari perusahaan lokal. Lokasi wisata di Islandia letaknya cukup jauh dan angkutan umum (bis) jarang beroperasi secara full di musim dingin. Alternatif transportasi adalah dengan menyewa mobil atau mengikuti tur lokal. Bagaimana caranya memilih tur lokal? Tentu saja browsing Oom Google menjadi andalan saya. Selain itu Instagram, blog, serta brosur-brosur wisata Islandia menjadi referensi lokasi yang akan saya kunjungi.
Penginapan
Islandia merupakan salah satu negara dengan biaya hidup tertinggi. Biaya menginap untuk 1 tempat tidur di kamar berisi 6 orang, sekitar Rp800 ribu/orang/malam. Kalau mau sekamar sendiri harganya bisa jutaan, apalagi kalau kamarnya di hotel bukan hostel. Harga makanan juga cukup mahal bagi saya yang biasa makan di warteg, contohnya untuk semangkuk mi harganya sekitar Rp150-200 ribu. Untuk lebih menghemat biaya makan, saya membawa bahan makanan dari Indonesia, antara lain beras, mi instan, abon. Biasanya hostel-hostel di Islandia menyediakan dapur dengan peralatan lengkap yang bisa digunakan secara gratis. Tapi harus langsung dicuci sendiri kalau habis pakai.
Mata uang lokal Islandia adalah Iceland Krona (ISK). Berdasarkan beberapa money changer di Indonesia yang saya hubungi, mereka tidak memiliki mata uang ini. Akhirnya saya menukarkan mata uang rupiah ke euro dan rencananya akan ditukarkan menjadi ISK sesampainya di Islandia. Tapi ternyata semua transaksi di Islandia bisa dilakukan menggunakan kartu kredit. Untuk membayar hotel, tur serta belanja di supermarket semua bisa dilakukan dengan kartu kredit.
Semua persiapan sudah lengkap, tinggal packing dan tunggu hari H untuk terbang ke Eropa.
Kira-kira bisa ketemu aurora gak ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H