Kemdiknas @2011
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia telah menetapkan Anies Baswedan-Muhaimin, Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfudz sebagai pasangan calon Pilihan Presiden RI 2024-2029. Ketiga  Paslon itu tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Cawapres nomor urut 2, Gibran memiliki dua kelebihan sangat signifikan. Pertama ayahnya, Joko Widodo, saat ini masih menjadi Presiden RI. Kedua, Anwar Usman, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi adalah paman Gibran yang telah berhasil "meloloskan"nya menjadi seorang calon wakil presiden. Sidang Mahkamah Kehormatan MK memutuskan bahwa proses pelolosan ini dikategorikan sebagai pelanggaran etik berat sehingga adik ipar Presiden itu dicopot dari jabatannya sebagai Ketua MK. Dua kelebihan Cawapres paslon nomor 2 tersebut dinilai banyak pihak akan sangat mempengaruhi kualitas Pilpres yang coblosannya akan berlangsung pada tanggal 14 Februari 2024  mendatang.
Meskipun ancaman ketidaknetralan begitu kentara, namun penulis berpendapat bahwa penentunya adalah Gusti Allah dan keberanian, kecermatan dan kecerdasan kita sebagai pemilik suara. Pemilih yang cerdas akan mencermati dengan sangat seksama para paslon yang akan dicoblosnya dibalik bilik suara.
Salah satu pencermatan yang bisa dilakukan oleh para votter adalah dengan melakukan pembacaan serius terhadap "Tulisan dan tanda tangan" para kontestan Pilpres. Sebenarnyalah bahwa tulisan tangan dan tanda tangan adalah inseparable atau tidak bisa dipisahkan dari pemiliknya. Handwriting is a graphic extension of our personality, a linier pantomime of unconscious selves ( Henry Morton Robinson dalam Sibarani 1970).
Dalam konteks peraihan ketrampilan dan keahlian, secara umum otak manusia terdiri dari tiga bagian sangat penting yakni otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum) dan pangkal otak (Medulla oblongata). (R.Paryana Suryadipura, 1963).
Sebagai bagian terpenting, otak besar memiliki triliyunan sel-sel syaraf, jaringan syaraf dan pusat-pusat syaraf. Di dalam cerebrum inilah terkandung seluruh sarana prasarana pemikiran dan kesadaran, tempat bersemayamnya perasaan, ide-ide, keinginan-keinginan dan keputusan-keputusan. Ketika seseorang sedang belajar melakukan sesuatu seperti menulis, mengarang, mengendarai mobil dan semua ketrampilan teknis lainnya maka pemikiranlah yang paling banyak digunakan. Dengan demikian, pada level belajar ini kendali kegiatan didominasi sepenuhnya oleh otak besar.
Setelah melakukan pembelajaran dan pelatihan secukupnya, pusat kontrolpun berpindah ke otak kecil. Cerebellum yang mempunyai jutaan serat-serat yang menghubungkan otak besar dan pangkal otak memang berfungsi mengontrol kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara sadar tetapi tanpa pemikiran yang terkonsentrasi penuh sehingga membutuhkan energi dan usaha yang jauh lebih kecil dibanding waktu masih dikelola otak besar.
Sementara itu Medulla oblongata yang berhubungan langsung dengan spinal cord (sumsum tulang belakang) berfungsi sebagai pengendali aktifitas-aktifitas otomatis atau reflek dari badan. Ketika sudah berlatih dalam waktu cukup lama maka kita menyetir mobil, menulis atau membuat tanda tangan dengan sangat lancar bahkan secara reflek tanpa pemikiran sama sekali. Pada kondisi ini pengendalian kegiatan diambil oleh medulla oblongata dan sepenuhnya terlepas dari "campur tangan" otak besar dan otak kecil. Pada saat kita menyetir mobil maka koordinasi antara tangan dan kaki berlangsung secara otomatis dan reflek. Begitu juga ketika menulis, kita tidak berpikir tentang bagaimana bentuk tulisan, bagaimana kuat-ringannya tarikan, garis-garis itu tergores diatas kertas secara otomatis dan konsisten, kecuali kalau kita bermaksud "menyamarkan"/"memalsukan"/men-disguised tanda tangan kita sendiri.
Berdasarkan kesimpulan riset oleh Bidang Dokumen dan Uang Palsu Pusat Laboratorium Forensik Polri (2013), tanda tangan seseorang mencapai kedewasaan (unsur-unsur grafis konstan/tidak berubah) ketika yang bersangkutan berumur 23 tahun. Dalam konteks ini jika seseorang ingin meniru atau memalsukan tanda tangan orang lain maka dia harus belajar membuat tanda tangan orang lain tersebut (aktifitas dikendalikan otak besar) dan bisa dipastikan akan gagal. Sebaliknya, orang yang ingin "memalsukan" tanda tangannya sendiri, untuk maksud ssuatu saat nanti "menyangkal" bahwa itu adalah tanda tangan "asli", maka dia harus belajar lagi membuat tanda tangan model baru. Sehingga otak besarnya yang akan mengendalikan giat penyamaran itu, namun karena selama ini kendali sepenuhnya "dikuasai" oleh pangkal otak maka tarikan-tarikan asli akan muncul secara tidak disengaja sebagai dampak dari gerak reflek yang sudah mandarah daging pada yang bersangkutan. Dengan demikian baik secara teori maupun praktek, seseorang tidak mungkin bisa memalsukan tanda tangan orang lain bahkan dia juga akan gagal untuk "memalsukan" tanda tangannya sendiri. Sebenarnyalah bahwa sebagai barang bukti, TANDA TANGAN, baik dari aspek teknis maupun aspek hukum adalah SETARA dengan SIDIK JARIÂ (Hukum Grafonomi IV, Yani Nur Syamsu, 2023).
Begitulah, sebagai khalayak tentu sebagian besar kita tidak mempunyai akses untuk membaca tulisan tangan-tanda tangan dari para paslon, tetapi kita semua bisa "membaca tulisan tangan para paslon dalam bentuk yang lain" yakni rekam jejak-nya masing-masing. Sebagaimana tanda tangan, para capres-cawapres tidak akan bisa "memalsukan" rekam jejak orang lain dan "menghindar" dari rekam jejaknya sendiri.
Marilah kita baca "tulisan tangan"/rekam jejak/track record para paslon nomor urut 1, 2 dan 3 satu-persatu.
"Tulisan tangan" milik  calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan antara lain adalah pernah menjadi rektor termuda, memprakarsai program Indonesia mengajar, tentu juga termasuk "kini saatnya pribumi menjadi tuan rumah di negeri sendiri". "Tanda tangan signifikan" Anies yang lain adalah Jaklingko, kelebihan bayar, DP rumah  0 persen, Oke-oce, Jakarta Internasional Stadium dan "air hujan harusnya turun ke tanah bukan dialirkan ke laut". Sementara itu cawapres Anies, Muhaimin Iskandar memiliki "tulisan tangan" antara lain pada tahun 2008 berhasil "menggeser" Gus Dur dan menguasai Partai Kebangkitan Bangsa hingga saat ini. "Kotak kardus durian" tahun 2011 yang terjadi saat Gus Imin menjadi Menteri tenaga kerja adalah "tulisan tangan" karya cawapres nomor urut 1 yang tidak mungkin bisa "dihapus" dari lembaran buku politik-hukum Indonesia.
Capres nomor urut 2, Prabowo Subiyanto memiliki sangat banyak "tulisan tangan" yang sangat jelas, antara lain kariernya yang sangat cemerlang di militer sehingga meraih jenderal TNI bintang tiga pada usia sangat muda. Namun karier mentereng itu dihentikan secara paksa pada tahun 1998 oleh Dewan Kehormatan Perwira yang dibentuk oleh Panglima ABRI pada waktu itu, Wiranto, dengan alasan keterlibatan mantan panglima Kostrad itu dalam huru hara 1998. "Catatan lain" dari mantan menantu Presiden RI ke-2 itu adalah pembelian pesawat bekas, kegagalan program  food estate dan yang paling mutakhir "Etik Ndasmu !" . Sementara itu meskipun masih sangat muda, cawapres Prabowo, Gibran Rakabuming Raka telah memiliki banyak produk "tulisan tangan-tanda tangan". Putra sulung presiden Jokowi itu telah berhasil membawa kota Solo melesat meningalkan kota lainnya. Gibran berhasil membangun Masjid Raya Sheikh Zayed, Islamic Center, Elevated Rail Simpang Tujuh dan 13 belas proyek prestisius lainnya. Track record itu, hemat saya tetap harus diapresiasi meskipun anggaran yang digunakan adalah  APBN dan CSR tanpa "mengganggu" APBD Solo yang memang minim. "Asam sulfat" adalah "karya tulis" Gibran lain yang berhasil membetot perhatian publik.
Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo tentu saja juga memiliki produk "tulisan tangan" yang bejibun mengingat yang bersangkutan pernah duduk di DPR RI dan menjabat Gubernur Jawa Tengah masing-masing dua pereode. Kasus E-KTP harus disebut sebagai salah satu "tulisan tangan" Ganjar meskipun Novel Baswedan yang merupakan mantan penyidik KPK yang sangat terpercaya telah menyatakan bahwa Ganjar tidak terbukti menerima uang dalam kasus itu. Rekam jejak lain dari pemilik rambut putih itu antara lain adalah tiga  SMK Negeri Jateng yang berasrama dan gratis diperuntukkan siswa-siswa yang kurang mampu. "Suka nonton film Bokep" seperti nya juga harus dianggap sebagai "tulisan-tangan" dari capres nomor 3 itu selain Program tuku lemah entuk omah, lapor Gubernur, Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng, Lapak Ganjar dan masih sangat banyak lainnya. Dalam pada itu Mahfudz MD yang merupakan cawapres Ganjar adalah pendekar hukum yang "Tanda-tangan"-nya tidak mungkin bisa disaingi oleh Cawapres lainnya. Beberapa kasus high profile yang terbongkar berkat "Campur tangan-tulisan tangan" Mahfudz antar lain adalah kasus Ferdy Sambo, kasus Asabri, Penenggelaman kapal TKI, penersangkaan korban begal yang membela diri dan masih banyak lainnya. Namun demikian transaksi janggal di kementerian keuangan senilai 349 triliun yang di"tanda-tangani" oleh sang Menkopolhukam namun sampai saat ini belum jelas juntrungannya merupakan "utang" yang nanti harus kita tagih kepada Mahfudz seandainya paslon nomor 3 benar-benar terpilih sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia 2024-2029.
Begitulah "tulisan tangan-tanda tangan" dari para kontestan pilpres 2024 yang menurut hemat penulis harus secara sangat serius harus kita pelototi sebelum memutuskan siapa yang akan kita coblos. "Tanda tangan" para Capres-Cawapres memang sangat penting untuk dicermati walakin "garis tangan"lah yang menentukan siapa yang bakal menjadi Nakoda Republik Indonesia tahun 2024-2029.
Selamat menikmati Pilpres 2024 dengan cerdas, santai dan bergembira !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H