Bantuan yang hingga hari ini  masih mengalir deras ke Palu, menunjukkan bahwa semangat memberi atau semangat tangan diatas masih membara di hati sebagian besar masyarakat Indonesia (dan manca Negara).Â
Sebenarnyalah bahwa keberhasilan dan kebahagiaan hakiki dari seorang individu, kelompok, organisasi dan bahkan sebuah bangsa Negara, ditentukan seberapa jauh yang bersangkutan memenangkan spirit memberinya dibandingkan gairah meminta/menuntut.
Semangat memberi yang membara hanya mungkin muncul dari seseorang yang hatinya merasa cukup (qonaah), penuh rasa simpati, empati dan cinta kasih kepada sesama, tidak merasa lebih baik dan lebih tinggi dari orang lain.Â
Semangat memberi juga akan membuat seseorang selalu  belajar dan  bekerja keras. Sebaliknya semangat meminta biasanya dimiliki oleh orang-orang yang merasa selalu kekurangan, malas berpikir dan malas bekerja.
Dalam salah satu ayat al qur'an Tuhan memerintahkan manusia untuk berderma/memberi baik diwaktu lapang (kaya) maupun sempit (miskin). Ada yang menarik bahwa beberapa ayat lain menggunakan kalimat, menganjurkan untuk memberi makan kepada orang kelaparan. Penggunaan kata menganjurkan berarti yang bersangkutan tidak harus memiliki  makanan terlebih dahulu.
 Dalam banyak  ayat, Allah SWT  memuji-muji orang yang memberi makan kepada yang lapar serta menyindir dan mencela orang orang yang tidak memberi makan. Dan hal ini sudah dipraktekkan oleh saudara saudara kita di dusun Dasan Belek dan dusun Tenggorong. (Lihat QS 3 :133; QS 58:4; QS 89:18; QS 90:14)
Sementara itu banyak juga hadits-hadits sahih yang membahas masalah pemberian (makan) ini. Salah satunya berbunyi ",Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasululullah, "Perbuatan apa yg terbaik di dalam agama Islam? Maka Rasul menjawab, Yaitu kamu memberi makan kepada orang lain, dan kamu mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal." (HR. Bukhari: 12 dan Muslim: 39).Â
Ada ulama ahli hadits yang menjelaskan bahwa orang yang kamu kenal adalah orang yang seiman dengan kamu sedangkan yang tidak kamu kenal adalah orang non-muslim. Artinya kanjeng nabi mengajarkan agar kita senantiasa mampu memberi dan bersikap ramah baik terhadap sesama muslim maupun terhadap saudara-saudara kita yang non muslim.
Begitulah, semangat memberi bisa mekar secara kolosal kala bencana. Namun tidak demikian saat normal, terlebih pada musim politik sekarang ini. Orang-orang lebih banyak meminta dan menuntut. Misalnya kelompok mayoritas yang menuntut diistemewakan.Â
Baru baru ini sekelompok warga  beragama A yang mayoritas disebuah kota tiba tiba menuntut supaya pihak berwenang menyegel tiga tempat ibadah agama B dengan alasan tempat  ibadah yang sudah puluhan tahun berdiri dan beroperasi itu tidak memiliki IMB.Â
Anehnya penguasa dan aparat di kota itu menuruti tuntutan yang tidak sesuai konstitusi Negara ini. Beberapa saat sebelumnya terjadi di propinsi lain, orang orang berteriak, mayoritas penduduk propinsi ini beragama A maka kami menuntut gubernur kami harus beragama A.Â