Mohon tunggu...
Yansean Sianturi
Yansean Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - learn to share with others

be joyfull in hope

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manuver Surya Paloh Menggembosi Prabowo

8 Oktober 2022   16:15 Diperbarui: 11 Desember 2022   12:58 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manuver dan keberanian Surya Paloh dalam hal ini Partai Nasdem yang telah mendeklarasikan capresnya yaitu Anies Baswedan, patut diacungi jempol. Apalagi partai Demokrat dan PKS jadi berkoalisi dengan Nasdem, maka gabungan ketiga partai tersebut dapat mengusung satu pasang calon. Terlepas dari beberapa kader partai Nasdem yang telah mengundurkan diri akibat dari pencalonan Anies tersebut. 

Partai Nasdem terlihat ingin menarik simpati atau mendapatkan cocktail effect atas ceruk suara pendukung kelompok 212. Mungkin saja, hitung-hitungan partai Nasdem suara basis massa 212 lebih besar dibandingkan para pendukungnya selama ini (kaum nasionalis). Seperti diketahui bersama bahwa struktur sosial masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi berbagai diferensiasi atau perbedaan. 

Ada perbedaan berdasarkan ras, agama, suku dan wilayah. Sebagai contoh perbandingan, wilayah Indonesia Timur seperti Bali, NTT, sebagian dari Sulawesi, Maluku, Kalimantan dan Papua serta Tapanuli adalah basis suara nasionalis. Bahkan kader dari partai Nasdem ada yang menjadi Kepala Daerah (Gubernur, Bupati) di beberapa daerah tersebut.

Ijinkan penulis membedakan struktur masyarakat Indonesia berdasarkan hasil pemilu tahun 2019. 

Jika membagi pemilih Indonesia menjadi dua struktur yaitu, Pendukung Jokowi dan Prabowo. Pendukung Prabowo terdiri dari berbagai elemen bangsa termasuk diantaranya massa 212. Namun, tokoh dan massa 212 merasa ditinggalkan dan kecewa, ketika Prabowo memutuskan bergabung ke pemerintahan Jokowi. Kelompok 212 sangat dekat dengan Anies Baswedan dan merupakan pendukung utama saat pilkada DKI. Melihat Anies dideklarasikan oleh Partai Nasdem dan mendapatkan kendaraan politik walaupun mesti mencari lagi teman untuk berkoalisi. Praktis, dukungan suara ke Prabowo Subianto dari simpatisan 212 akan berkurang sebagai dampak dari deklarasi tersebut. 

Akibatnya adalah partai Gerindra perlu ekstra kerja untuk mempertahankan basis suara pemilihnya. Merujuk pada perolehan suara pilpres 2019, mayoritas pemilih Jokowi berada pada wilayah pulau Jawa yaitu Jateng, Jatim, Yogyakarta dan DKI Jakarta serta basis nasionalis di luar Pulau Jawa.  

Prediksi beberapa pengamat, wilayah tersebut akan sulit direbut oleh pendukung Anies Baswedan. Wilayah itu dikenal sebagai wilayah pertempuran sengit dan merupakan basis massa juga dari partai lainnya yaitu PDIP, Golkar, PKB, PPP dan PAN. Partai Gerindra dan Capresnya yaitu Prabowo, perlu mencari strategi yang handal untuk mengganti suara yang akan hilang dengan merebut kantong suara di wilayah tersebut dan mempertahankan basis suara sebelumnya.

Pencalonan Anies Baswedan oleh Partai Nasdem merupakan strategi jitu Surya Paloh. Deklarasi Anies diprediksi mampu merebut sebagian suara basis pendukung Prabowo yang kecewa atas bergabungnya partai Gerindra dan Prabowo ke pemerintahan Jokowi. Pertemuan kemaren, antara Anies Baswedan dengan Habib Rizieq Shihab di kediamannya yaitu di Petamburan pada hari Jumat (7/10/2022). Walaupun, dijawab bahwa kegiatan ini adalah acara maulid Nabi Muhammad SAW dan pernikahan putri Rizieq Shihab. Namun, kunjungan ini telah menimbulkan persepsi di masyarakat terkait adanya sinyal dukungan dari kelompok 212.

Kemungkinan terbelahnya suara ini merupakan peluang bagi partai yang belum mengumumkan capresnya. Partai yang belum mendeklarasikan calonnya akan lebih mudah untuk mengkalkulasi atau berhitung mengantisipasinya.

Apalagi jika basis suara pendukung Jokowi tidak terbelah, maka akan memudahkan pasangan calonnya memenangkan Pilpres tahun 2024. 

Konfigurasi suara dari Capres pendukung Jokowi, saat ini bisa dilihat  dan terbagi atas tiga dukungan, yaitu : Pendukung Puan, Airlangga dan Ganjar. Jika ketiga tokoh ini bersepakat untuk bergabung dan hanya mencalonkan satu pasangan calon, praktis suara pemilih pendukung Jokowi akan bulat dan tetap kokoh. 

Prediksi pemilihan putaran pertama akan ada pergeseran suara dan akan berkurang sedikit akibat bergabungnya PKB ke poros Prabowo. Namun pada putaran kedua suara pemilih dari Nahdliyin kemungkinan akan berbalik dan kembali ke poros nasionalis-religius (pendukung Jokowi).

Hasil pemilu tahun 2019 merupakan historis dan gambaran untuk memprediksi suara pemilih pada tahun 2024.

Prediksi yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan kemungkinan jika yang muncul adalah skenario tiga pasangan calon. Namun jika yang dicalonkan adalah 4 pasang calon, maka pada putaran pertama akan terjadi pembelahan suara pendukung Jokowi (pemilih nasionalis). 

Putaran kedua suara pendukung Jokowi akan berbalik dan terkumpul menjadi satu suara kembali. Kecuali, jika yang menang pada putaran kedua adalah sama-sama basis suara pendukung Jokowi pada tahun 2019. 

Kelemahan publik saat ini adalah belum dapat memprediksi suara pemenang untuk putaran pertama, jika yang maju adalah empat (4) pasang calon. Sedangkan pada putaran kedua lebih mudah memprediksinya. Dugaan pemilu tahun 2024, merupakan pertarungan memperebutkan basis suara pendukung Prabowo dan Jokowi seperti pada tahun 2019 sepertinya akan terulang kembali.

Penulis menduga pertarungan antara kelompok identitas dengan kelompok nasionalis atau antara cebong dengan kampret yang sekarang telah dirubah menjadi kadrun akan kembali terjadi. 

Pembelahan masyarakat akan tetap terjadi dan harapan untuk menghilangkan pembelahan tersebut sepertinya akan sulit terlaksana. 

Manuver Surya Paloh dengan partai Nasdem telah  membawa angin perubahan untuk mencerdaskan rakyat. Surya Paloh ingin mendidik masyarakat bahwa dalam politik segala sesuatu bisa saja terjadi. 

Sentimen-sentimen yang ada di masyarakat bukanlah milik satu golongan atau satu partai saja. Sentimen-sentimen tersebut bisa saja dan sah untuk diakumulasi oleh semua partai. Partai-partai lain perlu berpikir dan bekerja untuk menawarkan program baru yang up to date ke pemilihnya karena basis dukungan sentimen apalagi berdasarkan agama bisa saja diambil alih setiap saat oleh kompetitor. Partai yang lebih eksis suara pemilihnya dan sulit direbut, biasanya berdasarkan platform ideologi dengan basis program pembangunannya. Partai-partai di negara lain biasanya terbagi menjadi dua ideologi, yaitu liberal atau sosialisme.

Akhir kata,  masyarakat Indonesia belum bisa memprediksi lebih jauh, karena perlu menunggu pengumuman capres dari PDIP. 

Jika Capres dari PDIP sudah diumumkan oleh Ketumnya yaitu Megawati. Apakah Puan atau Ganjar, maka hitung-hitungan politisnya menjadi lebih mudah. 

Mari kita sama-sama menunggu hasilnya dan mensukseskan Pemilu tahun 2024 yang semakin seru dan menarik.

Salam Demokrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun