Mohon tunggu...
Yanny Melko
Yanny Melko Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selalu mencoba

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kapsul Waktu, Kiamat dan Kuburan Harapan

6 Oktober 2015   13:43 Diperbarui: 6 Oktober 2015   13:59 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah even tak biasa digelar di sebuah sekolah dasar di Lexington Massachussets. Guru dan siswa di sekolah tersebut membongkar kapsul waktu yang ditanam 50 tahun silam. Kapsul waktu itu ternyata berisi ramalan kiamat.

Tentu saja ini kisah fiksi. Di tangan sutradara Alex Proyas dan dibintangi Nicholas Cage, film bertajuk Knowing ini menjadi salah satu film Box Office tahun 2009.

Agaknya, kapsul waktu ala Alex Proyas ini menjadi inspirasi Jokowi. Blusukan gaya baru. Presiden RI 2014-2019 itu membentuk tim guna menghimpun 7 harapan yang ditulis masyarakat di setiap daerah. Harapan tersebut dikumpulkan dalam tabung tembaga yang diberi nama Kapsul Waktu 2085. Keren sekali sepertinya.

Dalam kegiatan bernama Ekspedisi Kapsul Waktu 2085, tim akan menyinggahi 43 kota di 34 provinsi di Indonesia. Bertolak dari Aceh, yang merupakan titik nol Indonesia, tim bergerak ke arah selatan , lalu ke timur Indonesia. Hingga nanti berakhir di Merauke.

Di Merauke kapsul waktu itu akan ditanam dan dibuka kembali pada tahun 2085. Wowww. Beberapa pertanyaan kemudian mencuat, setidaknya dibenak saya. Untuk apa? Seberapa penting? Seberapa efektif? Dan berapa anggaran digelontorkan untuk ekspedisi ini?

Pertanyaan terakhir terkait anggaran dijawab Ketua Panitia Ekspedisi Nick Nurrachman dengan menyatakan tak ada campur tangan anggaran negara dalam kegiatan ini. “Ini kerja patungan saja” seperti yang dikutip portal Liputan 6.

(Baca: http: //news.liputan6.com/read/2319646/disimpan-di-merauke-kapsul-waktu-akan-dibuka-2085).

Bagaimana dengan daerah? Karena dalam kedatangan tim, Pemda mau tidak mau memberi penyambutan berupa rangkaian kegiatan seremonial. Tentu saja sedikit banyaknya pemda mengeluar biaya tidak terduga.

Selain itu, di daerah saya, Sumatera Barat, kerja pemda menjadi berkali-kali lipat. Tanpa Kapsul Waktu, pemda sudah disibukkan dengan penyelenggaran even tahunan Tour De Singkarak. Belum lagi bencana asap yang kini menyelimuti hampir seluruh wilayah Sumatera dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia.

Di sinilah muncul pertanyaan seberapa penting ekspedisi itu dilakukan. Menulis tujuh harapan yang jangankan ditindaklanjuti, diketahui saja saat kita mungkin sudah menjadi tanah, tahun 2085. Di tengah selimut asap dan saat perekonomian sedang seret? Siapa kira-kira yang peduli dengan kapsul itu?

Semoga benar-benar ada rakyat badarai (wong cilik) yang ngeh dengan kehadiran kapsul waktu ala pak presiden itu. Agar ekspedisi tidak mubazir. Agar tidak menjadi seremonial yang tidak berarti.

Memang, wajib bagi pemerintah untuk mengetahui harapan masyarakat untuk masa depan negara tentu menjadi hak dan kewajiban pemerintah. Harapan ini yang nantinya dirangkum dalam cetak biru perencanaan pembangunan.

Tapi bagaimana jika harapan itu hanya dikubur saja hingga puluhan tahun kemudian? Itukah tujuannya? Efektifkah? Atau ini cara presiden agar dikenang sampai 2085?

Berharap saja dunia belum kiamat hingga 2085, berharap NKRI masih ada dan tidak dibubarkan karena tidak sanggup bayar utang. Karena sejatinya, harapan ditulis untuk diwujudkan, bukan untuk dikubur. (*)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun