“Astagfirullah… bu, apa yang terjadi?”tanya Juned dengan panic.
“Tadi waktu Rini mau memasukkan motor ke dalam rumah, di teras dia di tembak maling dan membawa kabur motornya.” Jawab Bu kos penuh isak tangis.
Sudah jelas apa yang terjadi, tanpa berpikir panjang aku segera berlari untuk mengejar maling itu. Tak pedulimaling itu menaiki motor dan aku hanya lari. Padahal jika dipikir dengan tenang seharusnya aku membawa Rini ke Rumah Sakit dahulu, tapi hal itu tak terlintas dibenakku karena melihat gadis mungil itu sudah tergeletak dipelukan bundanya dengan tak berdaya dan berlumuran darah.
“SIAAAALLL… AWAS KAU MALING…AKAN KUHAJAR KAUUUU!!!!!!!!”
teriak ku kencang dengan mata yang berkaca dan kaki yang berlari menuju jalan raya sekitar kos ku. Ku tengok ke kiri tak terlihat motor matic warna hijau muda yang biasa dikendarai Rini untuk ke sekolah. Ku tengok ke kanan, Ada 1 orang yang menaiki motor bebek warna merah dan 1 lagi menaiki motor matic warna hijau muda yang sedang berhenti mengisi bensin di seberang jalan raya.
“WOOOOIIII… KAMPREEEEEET!! BERHENTI!!!!!!!”
Segera mereka kaget dan bergegas melarikin diri dengan motor rampasan itu. Aku pun juga tak peduli dengan kendaran yang lalu lalang di jalanan hadapanku ini, lari dan terus berlari mencoba mengejar mereka bukan untuk merebut motor Ibu kos kembali, tapi hanya untuk menghajar sampai puas para maling itu atas perbuatan mereka kepada Rini. Gadis mungil yang pandai menari.