Selalu menjadi bahan pembicaraan menarik jikalau membahas kedua obat ini, karena kedua obat yang memiliki efek antipyretic yang sama sama kuat. Namun beberapa penelitian  terkadang ada yang mengatakan I much better, terkadang kebalikannya P much better, karena tergantung dari siapa yang ikut berpartisipasi dalam uji kliniknya. Perbedaan pasien, jumlah pasien dan metode tentunya akan menghasilkan hasil yang berbeda. Jadi kalau disebut siapa sih yang menang anatara I dan P, jawabannya masih 50:50 jikalau dilihat dari efek terapi, efek samping, farmakoekonomi, dlll... tetap belum ada yang berani mengatakan dan berani bilang P lebih baik dari I atau sebaliknya. Sehingga penggunaan kedua obat ini I dan P tetap menjadi perhatian untuk terus diteliti, ya tujuannya untuk mendapatkan nilai yang absolut, siapa nih yang mejadi pemenang, walaupun sepertinya akan sulit, karena tidak pernah ada yang bisa mengatakan obat I atau P AMAN 100%. Ya begitulah yang namanya obat.. selalu ada sisi lain yang tidak menyenangkan.
Hasil pembicaraan dengan beberapa teman di link ini, ada beberapa teman dokter mengatakan.." jangan dianggap sama dengan kasus di luar, karena kita berbeda pasien dan berbeda pola penyakit" ...
ehmmm...  OOhh ya donk  dok semua juga mengatakan hal tersebut , tapi bagaimana dengan negara kita yang jumlah penelitian sangat minim, haruskah kita menggunakan obat dengan tidak rasional, dan menganggap penelitian dari negara luar ga berarti untuk negara kita ???
Sepertinya jawaban terbaik versi saya, kita manfaatkan saja hasil penelitian orang, walupun jutaan mil jaraknya, tetap saja harus jadi pertimbangan utuk mempelajari apa yang harus dilakukan dalam mengobati panasnya anak dengan serasional mungkin plus menghindari semaksimal mungkin munculnya  efek samping  dari penggunaan obat, karena walaupun minimal yang muncul pada pasien, tetap saja namanya efek samping bukanlah  efek  yang diharapkan dari sebuah obat.
Jadi bagaimana donk ya???
Jawaban general ... gunakan I dan P Â sesuai kebutuhan...
Pilihan pertama dan hampir digunakan dimana saja, P adalah pilihan pertama, alasan utama adalah obat P ditemukan jauh sebelum I, dan memiliki data hasil penelitian yang jauh lebih banyak mengenai kemananan P untuk anak, jika digunakan sesuai dengan dosisnya, efek samping yang muncul akan sangat minimal. Obat I, adalah new comer , walupun banyak penelitian mengatakan mampu menurunkan panas lebih cepat, ingat lebih cepat!!! bukan lebih baik, tapi mengingat I adalah golongan AINS yang memiliki segudang efek samping seperti gangguan saluran cerna, sehingga penggunaan I selalu menjadi kontroversial. Sehingga ada beberapa negara yang mengatakan I dilarang untuk anak dibawah 6 tahun... dan ada beberapa negara yang memperbolehkan asal digunakan dengan pengawasan ketat. Perbedaan pandangan dari departemen kesehatan di setiap negara, menandakan hasil uji yang berbeda untuk varietas pasien di tiap negara. Kalau di negara tercinta kita  ini memang belum menjadi perhatian penuh, karena masih banyak problem kesehatan lain yang menjadi fokus utama.
Penggunaan obat I dan P Â sesuai kebutuhan sehingga penghentian penggunaan obat I dan P dilakukan jika anak sudah memperlihatkan tanda penurunan suhu harus menjadi perhatian para orang tua. Mengingat efek sampingnya adalah hepatotoksik dalam penggunaan jangka panjang, jadi gunakan sangat wise..Wise untuk I dan P tentunya.
Yang dimaksud wise :
1. Anak dibawah 12 bulan, gunakan sediaan drop untuk memastikan keakuratan dosis. Karena sudah dihitung dari berbagai hasil uji, dosis terapi yang tepat  akan memberikan hasil terapi maksimal.
2. Jikalau anak kita sudah melampui lebih dari suhu 38,5 derajat, bisa dipertimbangkan untuk memberikan obat, dan ini dikhususkan untuk pasien anak yang tidak memiliki kasus kejang karena panas. Namun banyak penelitian mengkategorikan anak diberikan obat panas jika diatas 37,8 derajat, jadi anda bisa memilih dimana suhu yang tepat untuk memulai pengobatan, diseuaikan dengan kondisi anak.