Pepatah pernah mengatakan jika sebuah pernikahan itu seperti memilih kucing di dalam karung, entah benar atau tidaknya tapi itulah yang dialami Mirna di pernikahan keduanya.
~~~~~~~~
Mirna adalah seorang single parent dan seorang pekerja keras setelah ditinggal.mati suaminya, putri kecilnya ia titipkan ke orang tuanya di kampung dan ia mulai merantau ke kota Gudeg, Jogja untuk mematangkan kariernya, otomatis setelah kematian suami nya dialah tulang punggung keluarga.
Keseharian Mirna adalah seorang Dosen di salah satu kampus di Jogja, kesibukannya pun tak berhenti sampai disitu jika ada waktu luang ia dan beberapa rekan sering berdiskusi untuk membentuk rumah singgah bagi anak yatim piatu yang putus sekolah dengan biaya patungan, tentu saja ini tak mudah jika tak ada bantuan seorang dermawan yang baik hati mewujudkan cita citanya.Â
Dialah Herman, seorang pengusaha yang tertarik dengan visi dan misi Mirna cs.
Dari keseringan bertemu itulah yang menumbuhkan benih cinta di hati Herman, ia begitu mengagumi sikap hidup dan perjuangan Mirna sehingga tanpa sadar panah asmara menancap di hatinya.
 Toh, tak ada larangan sebab ia pun seorang duda.
Disisi lain Mirna tak lantas bisa menerima cinta Herman, sebab banyak pertimbangan yang harus ia pikirkan apalagi ini menyangkut hidup keduanya, selama ini Mirna merasa enjoy menikmati kesendiriannya tanpa laki laki di sisinya.
Herman pun tak hilang akal untuk bisa merebut hati perempuan itu, dengan kesungguhannya dan janji di depan orang tua Mirna Herman berniat meminang nya untuk menjadi pendamping hidupnya.
Hari hari pertama awal pernikahan mereka sungguh terasa kebahagiaan terpancar dari rona keduanya, dua insan yang telah lama menyendiri kini bersatu dalam ikatan suci.
Hingga di tahun kedua pernikahan mereka sesuatu yang buruk menimpa Mirna, bagai disambar geledek saat Dokter  memvonis Mirna mengidap kangker payudara, segala upaya dilakukan demi kesembuhan Mirna.
Menginjak tahun ketiga, kondisi Mirna semakin menurun meskipun kemoterapi dilakukan tapi kondisi tubuh Mirna yang lemah semakin memperparah keadaanya, disaat itulah sikap Herman mulai berubah, sering pulang malam, dan tak ada lagi kata kata motivasi untuk Mirna, Herman seakan tenggelam.dengan dunianya sendiri, bahkan pernah suatu hari ia keceplosan
 "jika kamu sakit begini siapa yang akan bikin kan aku kopi!"
Mirna hanya bisa meratapi kata kata suaminya, dengan mengelus dada
Pada saat ia sedang berada di Rumah Sakit karena keadaanya semakin menguatirkan dikarenakan kanker itu telah menyebar hingga tulang belakangnya, sehingga  Mirna sering mengalami sesak napas. Tapi Herman tak terlihat menemani Mirna di rumah sakit.
Dan dengan bantuan beberapa teman, saudara dan anak anak asuhnya mereka berinisiatif bergantian menjaga Mirna di hari hari terakhirnya.
Penyesalan Mirna kini berujung penderitaan yang dibawanya hingga liang lahat, bahwa tak selamanya janji itu ditepati
Pernikahan keduanya menjadi kuburan terahkirnyaÂ
Selamat jalan Mirna, penderitaanmu telah berakhir semoga jiwamu tenang di sisiNYA.
~~~~~~
Based on true story
Seperti yang di ceritakanya pada penulis
Lereng Merbabu, 12 februari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H