Mohon tunggu...
Yani Dwi Rahayu
Yani Dwi Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Hubungan Internasional, FISIPOL, Universitas Jember

Menyukai lagu mozzart, violinis yang memiliki minat tinggi terhadap sastra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Siapkan Negara-negara ASEAN untuk Lambaikan Tangan terhadap Dollar

30 Maret 2023   21:54 Diperbarui: 30 Maret 2023   21:58 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peran cukup besar bagi ASEAN. Keikut sertaan sebagi negara pendiri ASEAN menjadi salah satu andil terbesar bagi Indonesia. Khususnya andil untuk membangun ekonomi yang kuat di Kawasan Asia Tenggara.

Demi tujuan pembangunan ekonomi Kawasan Asia Tenggara, Indonesia selalu berusaha memberikan solusi yang terbaik. Seperti halnya ketika Indonesia secara resmi menjadi keketuaan ASEAN Selama tiga kali yaitu pada tahun 1976,2003, 2011. Tanggung jawab yang di emban Indonesia dalam keketuaan tersebut berhasil memberikan capaian-capaian untuk memajukan perekonomian negara-negara ASEAN.

Keketuaan Indonesia dalam ASEAN juga dilakukan untuk menjaga kesejahteraan kawasan. Baik secara regional maupun global. Dengan begitu Indonesia juga memiliki porsi dan kedudukan yang kuat untuk berperan dalam perekonomian ASEAN dan juga dunia global.

Dalam konteks dunia global, Indonesia dapat memainkan peran yang penting. Lantara  keikut sertaan Indonesia dalam keketuaan ASEAN sebagai salah satu forum regional terbesar di dunia juga memiliki peran yang strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dunia.

Jika ditelisik mendalam dari konsep liberalisme, kedudukan Indonesia dalam ASEAN dan juga dunia global dapat memberikan aksi nyata untuk ikut serta membangun dunia menjadi damai dari segi perekonomian. Terlepas dari potensi Indonesia sendiri yang menjadi salah satu ekonomi besar dunia dalam G20.

Dewasa ini kedudukan tersebut semakin diperkuat dengan peran Indonesia dalam presidensi ASEAN 2023. Dimana Indonesia dapat menjadi wadah untuk menyuarakan segala kepentingan Kawasan Asia Tenggara dalam forum regional. Sekaligus dapat memberikan solusi dari setiap tantangan dan risiko yang dihadapi oleh ASEAN. Baik dalam konteks tantangan regional maupun tantangan global.

Sejauh ini negara-negara yang tergabung dalam ASEAN memiliki tantangannya sendiri. Secara general forum ASEAN memiliki kesulitan dalam hal keuangan ekslusif. Begitu juga dengan bayang-bayang resesi yang mengangkat tren keuangan inklusi. Dimana saat ini negara-negara Kawasan Asia Tenggara yang menjadi bagian dari forum regional ASEAN masih memiliki tingkat inklusi keuangan yang cukup rendah.

Kondisi tersebut juga sempat disinggung Menteri Keuangan Indonesia Rabu lalu (29/3/2023) oleh ibu Sri Mulyani pada rangkaian cara ASEAN Finance Minister and Central Bank Governor Meetings. Beliau mengatakan bahwa "inklusi keuangan yang terjadi pada beberapa negara ASEAN disebabkan oleh kurangnya partisipasi pelaku usaha sektor UMKM dalam produk keuangan formal. Padahal UMKM tersebut memiliki peran yang penitng untuk menopang perekonomian ASEAN".

Tantangan yang di hadapi ASEAN sebagai forum regional juga dapat ditinjau dalam perekonomian global. Dimana masih adanya bayang-bayang pelemahan ekonomi global. Seperti inflasi yang terjadi di negara-negara besar yang juga memiliki dampak pada Kawasan Asia Tenggara. Kondisi tersebut sejalan dengan tindakn agresif yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat guna memerangi inflasi secara tidak langsung dapat menjadi bom waktu bagi Kawasan Asia Tenggara.

Hiruk pikuk permasalahan negara besar sangat berpengaruh. Seperti yang dijelaskan oleh seorang ekonom dalam situs resmi Asian Development Bank (23/3/2023) bahwa "kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh the fed dan juga bank sentral di seluruh dunia memiliki dampak yang sangat signifikan pada Kawasan Asia, sehingga para pembuat kebijakan dituntut ketelitian untuk memilih kebijakan yang tepat bagi perekonomian mereka".

Permasalahan yang dihadapi oleh negara core, khususnya Amerika Serikat memiliki pengaruh yang cukup besar. Terutama kenaikan suku bunga yang juga melahirkan polemik nilai pertukaran dollar terhadap negara berkembang di Kawasan Asia Tenggara. Kondisi tersebut dapat memicu penurunan nilai mata uang. Serta dapat mempengaruhi perkembangan aset-aset beresiko yang dimiliki oleh negara-negara ASEAN.

Nilai dollar Amerika Serikat menjadi instrument yang sangat dibutuhkan. Bagaimana tidak dewasa ini negara-negara berkembang seperti negara-negara dalam ASEAN bergantung penuh terhadap nilai dollar Amerika Serikat. Dengan begitu semakin jelas bahwa dollar memiliki pengaruh yang besar dalam perekonomian negara-negara ASEAN.

Adanya inflasi dan kenaikan suku bunga oleh the fed, tentu menjadi biang masalah. Terutama masalah yang akan diraskan pada nilai dollar, terhadap mata uang dari negara lain. Kejatuhan nilai dollar akan berpengaruh terhadap perekonomian negara-negara dunia. Tidak terlewat juga negara-negara yang tergabung dalam ASEAN.

Inflasi di negara core membuktikan taringnya. Lantaran hingga detik ini sistem keuangan Amerika Serikat masih menghawatirkan negara-negara lain. Dollar yang di jadikan sebagai instrumen pembayaran oleh mayoritas negara di dunia juga turut dilanda kecemasan yang mendalam.

Dengan kondisi tersebut semakin jelas penggunaan dollar memiliki dampak yang besar. Terutama jika dollar digunakan sebagai satu-satunya instrument pembayaran internasional oleh suatu negara.

Ketidak pastian nilai dollar tentu menjadi gejolak ekonomi global yang dirasakan oleh negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. Carut marut pemilik mata uang juga akan berpengaruh terhadap nilai mata uang tersebut seperti inflasi Amerika Serikat.

Melihat kondisi tersebut Indonesia berusaha untuk mendorong negara-negara ASEAN keluar dari ketidak pastian dollar. Indonesia menggunakan ajang presidensi ASEAN untuk bersama-sama mengurangi ketergantungan terhadap dollar Amerika Serikat sebagai dominan currency.

Langkah tersebut dilakukan Indonesia untuk mewujudkan perekonomian ASEAN yang sehat dan tangguh, serta mewujudkan 3 pilar priorities economic deliverables ASEAN.

Namun demi kepentingan bersama Indonesia juga membutuhkan concrete collective actions oleh negara-negara ASEAN yang lain. Upaya tersebut dengan mulai mempersiapkan negaranya untuk melakukan kerja sama dalam bidang local currency transaction, dan juga real time gross settlement.

Tidak hanya itu Indonesia juga akan mendorong kelanjutan negara-negara ASEAN dalam sistem pembayaran regional payment connectivity (RPC). Kemudian kebangkitan China yang dapat menyusul Amerika serikat dalam dunia internasional membuat Indonesi juga mendorong mata uang yuan sebagai alternatif instrument pembayaran internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun