Dunia Internasional saat ini digegerkan oleh permasalahan perbankan. Dimana perbankan besar di Amerika yang mulai berguguran, kini juga di susul oleh bank raksasa di Eropa. Â Bank tersebut di kenal dengan nama Credit Suisse. Bank ini berasal dari Swiss. Sejak awal didirikan pada tahun 1856, Credit Suisse menjadi entitas kebanggan Swiss. Lantaran bank yang berusia 167 tahun ini memiliki peran yang sangat besar untuk mendongkrak perkembangan ekonomi Swiss.
Credit Suisse memiliki bank Swiss Domestik. Selain itu menurut data dari macrotrends, Credit Suisse memiliki aset yang cukup besar. Tercatat pada tahun 2022 bulan desember lalu Credit Suisse memiliki total aset sebesar USD 556,810 milliar.
Dari data diatas menunjukkan bahwa Credit Suisse menjadi salah satu bank yang pendapatannya memiliki pengaruh dalam sistemik Swiss dan juga Eropa. Oleh karena itu krisis yang dialami oleh Credit Suisse juga memiliki dampak yang cukup besar untuk kerusakan finansial Swiss, serta memunculkan crisis convidence investor maupun nasabah terhadap perbankan Eropa terutama perbankan Swiss.
Dewasa ini bank raksasa asal Swiss nmemiliki gonjang-ganjing finansial dalam kurun waktu yang cukup lama. Kondisi tersebut dapat dilihat dari banyakya skandal permasalahan yang merugikan Credit Suisse, seperti bangkrutnya dana investasi oleh jasa keuangan Grensill Capital yang berasal dari Inggris dan juga kasus Archegos Capital Management yang membuat Credit Suisse mengalami kerugian, selain itu tingginya arus finansial nasabah yang keluar juga berhasil membuat bank ini mengalami kerugian.
Permasalahan yang dialami oleh Credit Suisse menunjukkan bahwa masalah internal yang dilalui sangat berperan dalam krisis yang dialaminya saat ini. Terlebih keuangan Credit Suisse saat ini dihadapkan oleh banyaknya permasalahan framing media. Dimana banyak pemberitaan yang memberikan informasi bahwa Credit Suisse sedang meyakinkan para investornya.
Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran yang sangat tinggi. Lantaran para investor melihat tindakan yang dilakukan Credit Suisse tersebut dapat menggambarkan terjadinya guncangan dahsyat yang menimpa Credit Suisse.
Kekhawatiran investor juga dikarenakan tumbangnya beberapa perbankan Amerika Serikat seperti Sillicon Valey Bank, serta signature bank. Dengan runtuhnya bank-bank Amerika juga membuat investor semakin meragukan kemampuan Credit Suisse untuk melewati rintangan yang semakin kompleks. Point-point tersebut menjadi faktor krisis Credit Suisse, dan oleh sebab itu juga Credit Suisse mengalami penurunan saham yang menyentuh angka 24% serta kerugian yang cukup besar.
Carut marut finansial yang dialami oleh Credit Suisse juga di perparah oleh faktor eksternal. Dimana hal tersebut terjadi ketika penyokong terbesar Credit Suisse tidak lagi mau memberi bantuan lebih agar dapat keluar dari masalah finansial. Prospek yang negative dari Credit Suisse tentu membuat para investor kian ramai melepas sahamnya.
Krisis yang dialami oleh Credit Suisse membuat rivalnya yakni UBS bank juga turut andil dalam krisis ini. Lantaran perbankan yang juga berasal dari Swiss ini berusaha membantu agar Credit Suisse yang memiliki pengaruh sistemik terhadap Swiss dan Eropa tidak tumbang seperti Sillicon Valey Bank, meskipun perbankan tersebut dinilai menjadi failed bank. Hal tersebut juga dilakukan untuk menghentikan krisis perbankan secara global.
UBS sendiri merupakan bank yang memiliki fokus dibidang yang sama. UBS juga menjadi perbankan yang menggeluti dunia investasi. Bank ini beroperasi di Zurich. UBS bank menjadi salah satu bank terbesar di Swiss yang masih bertahan hingga detik ini. Bank ini didirikan beberapa tahun setelah Credit Suisse yaitu pada tahun 1862. UBS bank lahir dari hasil merger beberapa bank di Swiss. Bank ini memiliki keuntungan bersih mencapai USD 7,6 milliar dan memiliki aset sebesar USD 3,95 trilliun. oleh karena itu bank ini dianggap sebagai bank bulge bracket. Â Â
Maka tak heran jika U BS bank yang tercatat pada hari minggu, 19 Maret 2023 mampu melakukan akuisisi Credit Suisse. Aksi UBS untuk mencaplok Credit Suisse di buktikan dengan pembelian saham seharga USD 3,2 milliar. Dimana pemerintah menyetujui aksi tersebut karena dilakukan untuk mengamankan stabilitas keuangan.