''Din pengen menjadi desainer Mas.''
''Meski ibumu menentangmu?''
Ia menghela napas panjang dan memalingkan wajahnya menatap mataku.
''Dan karena itu dirimu hendak memanfaatkan aku 'kan?''
Aku tergelak mendengar tuduhan seperti itu.
Hening sesaat tak ada suara di antara kami.
Din tak tahu bahwa ia merupakan wanita yang kugilai sedari kecil, sebelum akhirnya aku pindah ke kota lain mengikuti dinas papa. Jika kamu bertanya kekuatan apa yang menarikku untuk jatuh cinta kepadanya, maka aku akan menjawab ''tidak tahu''. Ya, sebab faktanya memang demikian.
Takdir itu begitu sempit. Aku menggilai dirinya. Namun bukan berarti perjalanan ini tak pernah ada hambatan.
Keadaan dirinya yang bagi sebagian orang terbilang unik, menjadikanku harus beberapa kali menahan malu karena sikapnya. Aku tak perlu menyebutkan bagian mana saja kekonyolan gadis ini. Namun yang jelas, justru sebab itulah aku mencintainya.
Menyukai ketidak sempurnaannya dan ihklas menerima segala kekurangan dan keburukannya,
''Apa Mas enggak maLu beristrikan gadis kampung nan udik ini?'' ia menyadarkan lamunanku.