Ia tak bisa menjawab, tapi pengakuannya sudah menjadi bukti. Dan aku harus mengalah!
''Tahukah kau, bahwa aku mencintaimu dengan segenap ragaku. Tak sedikitpun kupermasalahkan kekuranganmu, sebab cintaku tak menuntut apapun. Hanya saja aku sangat kecewa mendengarnya ini?''
Ia diam mendengar perkataanku. Tapi rupanya ia masih penasaran dengan permintaannya.
''Lantas bagaimana, apa kau bersedia?'' desaknya terus.
Kutarik napas dalam-dalam dan kutatap matanya tajam.
''Tidak!'' jawabku tegas.
''Maksudmu?'' ia menatapku bodoh mirip anak kecil.
''Seharusnya kau memahami, bahwa cinta itu tak seperti ini keadaannya. Apa gunanya kita bersama, bila apa yang kulakukan padamu, hanya perlakuan begini yang kuterima. Aku tak bisa melanjutkan hubungan dengan orang yang menginginkanku sempurna, sebab dipikiranku tak pernah terlintas berbuat demikan pada dirimu.''
Akhirnya malam itu kuputuskan berpisah selamanya. Lima tahun masa pacaran, tak menyisakan apa-apa dalam cinta, selain perendahan diri dan perasaan kecewa. Hanya 6 bulan, kucecap madu pernikahan, selanjutnya kini diriku menjadi janda.
Noted :
Cerpen ini terinspirasi dari artikel yang pernah dimuat di laman situs www.wolipop.detik.com (22/02/2019)