Organisasi itu ibarat keluarga. Kalau ada aib dalam keluarga, maka tutupilah. Kalau ada tetangga yang coba-coba berbicara tentangnya, maka diam saja. Paling tidak, dengan diam itu, hilanglah potensi penambahan orang yang membicarakan aib itu. Demikian pula dalam organisasi. Kalau merasa sudah tidak sejalan dengan organisasi itu, maka tinggalkanlah dengan  ramah tanpa harus menyumpah serapah.
Tapi ingat, menutup aib itu bukan bermakna menutup pintu kritik dan dialog. Jika ada kesalahan yang harus diperbaiki maka perbaikilah dengan kritik dan dialog. Berdebat bahkan. Inilah pentingnya kemampuan komunikasi tadi. Ketika dialog menemui jalan buntu, maka berhentilah sejenak. Dan apabila kebuntuan itu berujung pada perpecahan, maka berpisahlah dengan lapang dada. Ingat, salah satu fungsi organisasi adalah sebagai alat pembangun silaturahim, karenanya jangan sampai gara-gara organisasi, Kita justeru merusak silaturahim.
5. Terbuka dengan Perubahan
Tidak ada hal di dunia ini yang tidak berubah. Bahkan satu-satunya hal didunia ini yang tidak pernah berubah justru adalah perubahan itu sendiri. Demikian pula organisasi. Meski memiliki budaya yang kuat, didukung oleh AD/ART yang mumpuni, namun itu tidak menjamin bahwa perubahan tidak dibutuhkan.Â
Konflik paling sering terjadi dalam sebuah organisasi ketika ada orang atau kelompok yang membawa ide-ide baru yang sekilas bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang dibangun lama oleh organisasi itu.Â
Pada umumnya, ini terjadi ketika pemimpin baru membuat kebijakan baru yang tidak lazim digunakan dalam organisasi. Padahal, bisa jadi si pembawa ide baru itu memiliki dasar kapasitas yang kuat untuk menyampaikan idenya demi kelangsungan organisasi. Menutup diri dan gegabah menilai sebuah perubahan atau kebijakan baru bisa berakibat pada munculnya distrust. Padahal organisasi sendiri adalah sebuah akumulasi kepercayaan yang dituangkan dalam visi dan misi.Â
Itulah tadi pelajaran ber-organisasi yang bisa Kita petik dari pemberitaan mengenai kemelut yang tengah melanda sebuah partai politik di negeri Kita ini.Â
Poin pentingnya adalah, jangan jadikan berita-berita tentang konflik atau persoalan semacam ini hanya sebagai angin lalu dan obrolan di warung kopi, tetapi jadikanlah Ia sebagai referensi baru sehingga dapat dijadikan pembelajaran. Karena dengan mengambil pelajaran, maka setiap kemelut yang ada dapat membawa nilai positif bagi pemikiran Kita. Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H