2. Hierarkhi
Kira-kira ini bermakna anak tangga karir organisasi. Memang dalam beberapa teori organisasi modern, aspek hierarkhi (penjenjangan) atau senioritas sudah tidak lagi digunakan. Yang penting adalah kapasitas dan kemampuan. Perusahaan-perusahaan swasta paling banyak yang pakai prinsip begini.Â
Kalau ada kebutuhan pejabat, perusahaan akan membuka lowongan terbuka yang bebas diikuti oleh siapa saja. Yang penting bisa mendatangkan untung bagi perusahaan. Meskipun yang terpilih nantinya adalah "orang luar" dan menyisihkan "orang dalam" yang notabene sudah bertahun-tahun menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Itu oke. Karena perusahaan adalah organisasi profit yang tujuannya mencari keuntungan materi. Bagi organisasi semisal ini, malah hierarkhi bisa dianggap kuno dan bisa menjadi penghambat.Â
Tapi bagi sebuah organisasi non-profit, apalagi organisasi kader, ya termasuk partai politik di dalamnya, hierarkhi atau senioritas itu penting. Hierarkhi itulah yang membangun iklim, budaya, dan ikatan emosional sebuah organisasi.Â
Hierarkhi juga membangun relasi antar anggota-anggotanya. Yang tua menjadi guru dan pengasuh bagi yang muda. Tentu dalam level tertentu. Jika suatu saat yang lebih muda ternyata lebih menonjol, itu bukan masalah.Â
Yang jelas di level dasar iklim tadi harus ditanamkan. Sehingga ketika anggota yang lebih junior melampaui posisi seniornya, itu dipandang sebagai keberhasilan kakak dalam membimbing adik-adiknya. Bukannya dinilai sebagai bentuk kelancangan. Nah, pola pikir itu hanya bisa tumbuh dalam organisasi yang memegang kuat heirarkhi.
3. Komunikasi
Salah satu keterampilan yang laku dijual dalam ber-organisasi adalah komunikasi. Baik ber-orasi maupun dalam melakukan lobi. Tapi, seringkali juga komunikasi itu justru menjadi masalah. Itu terjadi ketika di dalam organisasi semua orang berperan sebagai orator bukan komunikator. Komunikasi itu bukan semata-mata perkara bicara tetapi juga sabar dalam mendengar.Â
Banyak organisasi pecah itu bukan karena anggota-anggota tidak pandai bicara, tetapi justeru karena tidak sabar dalam mendengar. Komunikator yang baik adalah mereka yang mampu mengkombinasikan kedua hal tadi. Komunikator yang hebat adalah adalah orang yang tahu memilih kata yang cermat kepada orang yang tepat. Dan komunikator yang bijak adalah orang yang tahu membedakan mana konten organisasi dan mana konten pribadi.
4. Tidak Gampang Membuka AibÂ
Semua orang didunia ini punya dosa, setiap lembaga punya salah. Jika organisasi Kita punya kesalahan, jangan ekspose kesalahan itu. Tutupi sekuat tenaga. Kalaupun toh kesalahan itu sudah menjadi konsumsi publik, maka diamlah saja.Â