Mohon tunggu...
yang dhiyya
yang dhiyya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

sedang sibuk memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Rendahnya Budaya Berjalan Kaki di Indonesia, Apa Alasannya?

4 Juni 2024   21:05 Diperbarui: 4 Juni 2024   22:34 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transportasi umum yang kurang memadai

Kurang memadainya transportasi umum ini membuat masyarakat malas untuk menggunakannya, masih terdapat banyak masalah yang muncul dari pelayanan transportasi umum seperti ketidakteraturan jadwal, kepadatan penumpang yang berlerlebihan, atau bahkan kualitas kendaraan yang buruk. Ketidaknyamanan yang muncul ini membuat banyak orang lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi atau bahkan menunda perjalanan mereka. 

Akibatnya, ketergantungan pada kendaraan pribadi meningkat sedangkan keinginan untuk berjalan kaki sebagai alternatif transportasi yang lebih ramah lingkungan menjadi terlupakan. Padahal jika transportasi umum lebih memadai dan terintegrasi dengan baik, masyarakat pasti akan menjadikannya opsi utama untuk bepergian, yang pada akhirnya dapat meningkatkan budaya berjalan kaki.

Kurangnya keamanan terutama bagi perempuan

Saat ini, perilaku pelecehan terutama terhadap perempuan masih marak terjadi di Indonesia. Pelecehan verbal seperti catcalling atau perlakuan tidak mengenakkan lainnya sering kali terjadi di jalanan, termasuk saat seseorang sedang berjalan kaki. Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak aman dan membuat perempuan merasa rentan saat berada di jalanan. Rasa takut akan pelecehan atau hal tidak mengenakkan lainnya memengaruhi keputusan seseorang untuk menggunakan transportasi lain atau bahkan memilih untuk tidak berpergian sendiri. 

Ketidaknyamanan dan ketegangan yang dialami oleh perempuan di saat mereka hanya ingin menikmati berjalan kaki di jalanan dapat menganggu kesehatan mental dan meningkatkan tingkat stres. Hal ini bukan hanya dapat menghambat mobilitas individu tetapi juga bagi banyak orang, terutama perempuan, untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat.

Stigma negatif yang beredar di masyarakat

Stigma dan stereotip negatif terhadap orang yang berjalan kaki yang dianggap seperti pengemis atau orang gila sering kali membuat orang enggan untuk berjalan kaki. Selain itu, ada juga asumsi lain bahwa orang yang berjalan kaki pasti tidak memiliki kendaraan pribadi menciptakan kesan bahwa mereka tidak memiliki status sosial yang tinggi dan perlu dikasihani. 

Persepsi-persepsi seperti ini dapat mengakibatkan ketidaknyamanan atau bahkan rasa takut bagi individu yang sebenarnya hanya ingin melakukan aktivitas fisik sederhana. Hal ini bukan hanya dapat memengaruhi mobilitas seseorang, tetapi juga dapat memengaruhi kepercayaan diri dan kesehatan mentalnya.

Oleh karena itu, perlu upaya kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat agar dapat membudayakan berjalan kaki sebagai aktivitas fisik sehari-hari. Pemerintah dapat membantu dengan meningkatkan infrastruktur, memberikan fasilitas yang memadai agar tercipta lingkungan yang nyaman bagi pejalan kaki. 

Selain itu, kebijakan transportasi yang ketat juga perlu untuk diberlakukan, dimana kebijakan ini harus mengutamakan kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki, seperti memberikan pembatas jalan di pinggir trotoar, menyediakan rambu lalu lintas dan penyebrangan yang jelas, serta memantau pengendara motor agar tidak menggunakan trotoar untuk menerobos jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun