Mad Rohim menjelaskan bahwa sebagai calon guru penggerak menuntut dirinya untuk melakukan tindakan yang membuat muridnya berkesempatan berlatih melakukan kebiasaan positif. Tujuannya agar para murid menjadi individu dengan profil Pancasila. Tanggung jawab bukan sebagai kata sifat yang menandai karakter murid, tetapi sebagai sebuah keterampilan yang menjadi pembeda dengan murid lainnya. Itulah murid yang berkarakter Pancasila.
Melatih murid memiliki tanggung jawab memerlukan waktu dan dukungan dari orangtua murid. Mad Rohim memaparkan bahwa waktu satu bulan belum cukup sebagai patokan bahwa murid terampil bertanggungjawab membantu orangtua mengerjakan pekerjaan kecil di rumah.Â
Kartu Kempot sebagai alat pantau harian memberikan data bahwa dalam satu bulan berlatih, masih terdapat beberapa murid yang belum terampil menerapkan disiplin mengerjakan Kempot. Hal ini ditandai dengan hanya ada tiga kolom yang diisi murid sebagai laporan melakukan Kempot.Â
Walaupun ada kabar gembira yakni sebagian besar murid mengisi kartu artinya mereka melakukan Kempot. Peran orangtua dalam memantau dan melaporkan kegiatan Kempot sangat penting dalam mengonfirmasi jujur tidaknya murid mengisi kartu Kempot.Â
Program guru penggerak yang diikuti Mad Rohim berada pada bulan kedua. Semoga pada bulan-bulan selanjutnya, inovasi, kreasi, dan strategi melatihkan karakter dan profil Pancasila terus bergulir.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H