Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen | Pulang

1 Juni 2019   12:50 Diperbarui: 1 Juni 2019   12:54 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak bisakah kamu menerima anakku? Aku ini ayahnya, yang telah menelantarkannya demi memenuhi permintaan syarat pernikahanmu dulu." Suara yang mengandung kemarahan terlontar dari dapur dan sampai ke telinga Hendri.

"Jika Ayah menyesal memilihku jadi istrimu, tinggalkan aku. Aku bawa Ade. Silakan Ayah menikmati lebaran dan memulai kehidupan tanpaku, karena anak kesayanganmu telah pulang. Bukankah Ayah dulu bersedia memulai hidup baru denganku tanpa ada embel-embel anak tiri."

Setelah itu senyap. Udara dari dapur tidak menghantarkan bunyi apa-apa lagi. Hendri termenung. Ia mengerti sekarang kenapa dulu ia diminta tinggal bersama bibinya. Waktu itu ayah menjelaskan bahwa bibi akan punya anak setelah memiliki anak pemancing.

"Biasanya naluri keibuan akan muncul setelah merawat anak," ujar Ayah dengan meyakinkan. Hendri yang baru saja kehilangan ibu, harus pula kehilangan ayah. Kegamangan itu dihapus ayah dengan iming-iming-iming Hendri telah menolong menyelamatkan bibinya dari perceraian jika bersedia tinggal bersamanya dan menjadi pemancing bagi jabang bayi di rahimnya. Setelah itu yang Hendri tahu, ayahnya memiliki istri baru yang hampir seusia dengannya.

4.

Rumah indah minimalis terasa sempit bagi Hendri. Pulang yang diinginkanna untuk menjalin hubungan ayah-anak tidak akan terjadi. Lama ia termenung. Siksaan mendera batinnya setiap kali terngiang syarat pernikahan ayahnya adalah dengan memutuskan hubungan ayah-anak; ibu tirinya jelas-jelas tidak mau mengurus anak tiri yang seumuran dengannya.

Hendri sangat tahu ayahnya adalah orang yang tidak akan pernah mencedarai janji. Bersumpah memilih istri baru dan melepaskan anak yang dijadikan mahar akan dipenuhinya dengan bayaran apapun. Hendri menimbang-nimbang pilihan untuk tetap berlebaran atau kembali pulang ke rumahnya. Hendri bisa membayangkan bagaimana bibinya akan tersenyum dan berkata, "Benar kan Dri? Keluargamu di sini, bukan di sana. Pulang berlebaran sambil menjenguk ayahmu, bukan pilihan yang tepat."

Pulang kembali ke rumahnya dan berlebaran dengan bibinya yang ia panggil Mama memenuhi isi kepalanya. Hendri mengajak istri dan anaknya berkemas untuk pulang.

5.

Kapal Motor Arista merupakan kapal nelayan yang bersedia menyeberangkan Hendri dan keluarganya ke Makassar. Perjalanan pulang terasa berat ketika kakinya meninggalkan pelabuhan Paotere. Hendri menyaksikan nakhoda memasukkan mobil, motor dan barang-barang lainnya ke dalam kapal. Kapal nelayan itu terasa terlalu sempit untuk menyeberangkan segala kesedihannya dan menggantinya dengan ceria canda bibinya yang menunggunya di pulau Baranglompo.

Lebaran ini menjadi perjalanan yang aneh bagi Hendri. Dirinya merasa bisa pulang ketika bertemu ayahnya. Tapi ayahnya merasa bisa pulang jika hanya berlebaran dengan istri baru dan anaknya saja. Sedangkan Hendri dipaksa harus merasa pulang ke bibinya yang mengakuinya sebagai darah dagingnya. Urusan pulang ini memusingkan Hendri, dan mengolengkan kapal yang ditumpanginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun