Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Quraish Shihab, Cendekiawan Muslim yang Menjadi Aset Indonesia

27 Mei 2019   10:10 Diperbarui: 27 Mei 2019   10:16 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Secara pribadi bagi saya dan keluarga, bulan Ramadhan menjadi bulan yang sangat ditunggu-tunggu. Selain merasa beruntung jika bisa bertemu Ramadhan lagi, merasa bahagia juga karena bisa mengikuti ulasan isi Al-Qur'an yang disajikan oleh Prof. Quraisy Shihab. Ulasan ini disajikan oleh Metro TV setiap subuh di sepanjang bulan Ramadhan. 

Nama Quraisy Shihab dekat dengan Pendidikan keislaman. Pada tahun 1998, cendekiawan muslim ini, menjabat Menteri Agama Republik Indonesia. Secara rinci biografi singkat beliau adalah sebagai berikut.

Muhammad Quraisy Shihab dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16 Februari 1944. Secara singkat pendidikan yang dilaluinya dimulai dari SD di Ujung Pandang, kemudian ketika kelas 2 MTs beliau dikirim ke Malang untuk melanjutkan pendidikan di sana sambil belajar menjadi santri dan tinggal di pondok pesantren. 

Karena kecerdasannya dalam dua tahun, beliau telah menguasai Bahasa Arab. Kecerdasannya pula yang menyebabkan ayahandanya mengirimnya ke Cairo untuk mempelajari agama lebih dalam. 

Jadi semenjak SMP, beliau telah belajar di Cairo. Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikannya di Al Azhar mengambil jurusan Tafsir dan Hadist. Tahun 1980, beliau melanjutkan lagi kuliah S3 di Al Azhar untuk memperdalam ilmu tafsir Al Qur'an.

Dalam karir pendidikannya, QUraisy Shihab merupakan pembelajar yang cepat. Pendidikan yang ditempuhnya dilaluinya dengan gelar terbaik, termasuk untuk S3 yang diperolehnya dengan gelar summa cum laude.

Penguasaan akan tafsir dan keagamaan menjadikan beliau terpilih sebagai dosen di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau juga memimpin perkumpulan Islam seperti Ikatan cendekiawan muslim Indonesia, juga beliau menjadi wakil ketua MUI. 

Selain sebagai pendidik, beliau banyak menulis buku tentang Islam, praktik Islam, kajian mengenai Islam, dan tuntutan aplikasi kehidupan yang islami. Tercatat sebanyak 67 judul buku yang telah ditulisnya. Salah satu karya tulis beliau yang sangat fenomenal adalah buku Tafsir Al Misbah. 

Tafsir ini memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk merampungkannya. Tasfir ini sangat menyejukkan ketika dibaca. Berbeda dengan tafsir lainnya, bahasa yang digunakannya sangat mudah dimengerti. 

Bangsa Indonesia sangat beruntung, bagi yang tidak dapat memperoleh tafsir ini karena berbagai alasan, Metro TV menyiarkan acara pembahasan tafsir setiap subuh sepanjang Ramadhan. 

Sebagai contoh, pada satu subuh, bagaimana penjelasan tafsir ini dikaitkan dengan kehidupan nyata saat ini. Pada bahasasan surat Al Hujarat ayat 1-6 dijelaskan bahwa ada kabar yang dibawa orang lain atau bersumber dari kita harus diperiksa ulang kebenarannya. 

Jika ada berita penting, cek kebenarannya. Jika ada berita tidak penting, tinggalkan, nanti akan menghabiskan waktu untuk hal yang sesungguhnya tidak penting. Selanjutnya, jika ada berita yang hendak disebarkan, harusnya si penyebar tahu benar apa isi berita tersebut dan benar tidaknya berita tersebut. 

Ingat berita yang tidak benar dapat mengakibatkan masalah bagi dirinya juga orang lain. Jangankah berita yang jelas-jelas tidak mengandung kebenaran, berita benar saja bisa mengakibatkan salah simpul dan salah arti. 

Sebagai contoh, suatu ketika Nabi berkata, "Siapa yang mengucapkan La ilala illalloh, maka ia akan masuk surga." mendengar ini Abu Hurairah berlari ke pasar untuk mengumumkannya.  

Syaidina Umar manahan Abu Hurairah agar tidak menyampaikan berita itu karena akan  mengakibatkan salah paham.  Orang-orang nanti mengira hanya cukup dengan mengucapkan La ilaha illaloh saja langsung masuk surga tanpa harus melakukan apa-apa lagi.

Kembali pada karya besar beliau, tafsir Al Misbah, Misbah artinya lentera. Artinya tafsir ini dapat menjadi cahaya yang menuntun pada kebenaran. Tafsir ini menggunakan Bahasa yang mudah difahami sehingga tidak menimbulkan bias dan tafsir di atas tafsir. 

Cara pemberian contoh yang kontekstual membantu memudahkan siapapun yang membaca tafsir ini memahami Al Qur'an dengan baik. Penggunaan Bahasa yang membumi membantu yang mencoba memahami kandungan Al-Qur'an dapat membedakan yang hak dengan yang batil dengan jernih.

Indonesia sangat beruntung memiliki cendekiawan muslim seperti Quraisy Shihab. Ilmunya yang luas membantu bangsa ini menjadi lebih baik jika secara cermat mengikuti bedah ayat-ayat yang disajikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun