Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Bikinan Sendiri, Melanggar Hukum?

24 Juli 2018   16:40 Diperbarui: 24 Juli 2018   19:48 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin ini, 23 Juli 2018, seperti biasa saya telah bersiap mengajar. Pertemuan kedua pada awal tahun ajaran baru. Pertemuan pertama  telah digunakan untuk negosiasi silabus dan membuat nota kesepahaman antara siswa dengan guru. 

Pertemuan yang menyenangkan, para siswa menyambut kehadiran guru dengan harapan kemampuan berbahasa Inggrisnya bertambah; guru merasa tertantang untuk mengisi kehidupan remaja kelas 11 SMA dengan pengalaman berbahasa Inggris yang sesuai dengan konteks kehidupannya. Kedua harapan ini bertemu pada pertemuan kedua. 

Seperangkat rancangan pembelajaran telah disiapkan. Saya telah merancang agar para siswa mampu menyampaikan saran dan tawaran secara lisan dan tulis dengan menggunakan berbagai cara. Pertama, para siswa akan disodori gambar sungai bersih dan sungai kotor. 

Berdasarkan gambar diharapkan para siswa dapat berbagi seperti apa kira-kira orang yang tinggal di dekat sungai yang kotor dan seperti apa mental orang-orang yang tinggal di dekat sungai yang bersih. Setelah itu, para siswa akan diajak menyimak ungkapan yang menunjukkan tawaran agar menjaga lingkungan supaya bersih dengan berbagai variasi ungkapan. Kedua, para siswa akan diajak kembali menyimak. 

Mereka menyimak percakapan pendek yang menggunakan ungkapan saran dan tawaran, sambil menyimak mereka menandai gambar yang menunjukkan isi percakapan. Beberapa kegiatan selanjutnya yang saya pikir akan membantu para siswa mampu menggunakan ungkapan saran dan tawaran telah disiapkan dalam waktu 90 menit.

Saat masuk kelas telah tiba. Saya masuk kelas, dan kelasnya kosong! Tidak ada satu siswapun yang berada di dalam kelas. Pelajaran jatuh ke 9-10 memang riskan, jam terakhir, jam yang rapuh untuk belajar. Saya tidak menanyakan kepada siapapun kemana para siswa pergi, saya menatap kursi-kursi kosong dan mengulurkan tangan untuk mengisi agenda mengajar. Saya tersentak, pada agenda tertulis jam ke 9-10 Biologi. 

Jangan-jangan saya salah masuk kelas. Saya kembali melihat jadwal, jelas sekali saya mengajar kelas 11 IPS ini. Saya menunggu, menunggu siswa masuk kelas sambil membaca Setelah Revolusi Tak Ada Lagi yang ditulis Goenawan Muhamad dari iPUsnas. Saya tidak mampu mencerna yang sedang dibaca, akhrinya saya duduk, menikmati kombinasi gerah kelas tanpa AC, bercampur dengan keheranan kemana para siswa pergi.

Hampir 30 menit, satu dua siswa masuk, mereka kaget melihat saya sudah ada dalam kelas. Mereka meminta maaf, katanya mereka ke perpustakaan meminjam buku. Saya tidak mempermasalahkan ketiadaan permintaan izin diawal. Setelah siswa hadir semuanya, saya mulai mengajar. Di sinilah masalah itu muncul. 

Setelah membagikan gambar sungai bersih dan sungai kotor, saya berkata, "Observe the pictures, and find the differences."

Senyap. Saya menunggu satu dari 38 siswa yang ada dihadapan saya mengacungkan tangan dan berbagi perbedaan dari sungai bersih dan sungai kotor berdasarkan gambar. Senyap yang berlangsung lebih dari tiga menit terlalu menakutkan saya. Akhirnya saya bertanya, "Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan? Kata apa yang kamu  bisa terjemahkan?" 

Seorang siswi menjawab, "Picture, gambar, and, dan." 

Saya diam sesaat menyembunyikan kekagetan yang luar biasa. Pada zaman milenial, era digital, artificial intelligent, siswa selalu bersentuhan dengan bahasa Inggris hampir tanpa henti ketika berselancar di Google, hanya tahu kata 'picture dan and'  dan ini kelas 11 SMA!
Saya ajak para siswa menerjemahkan kata per kata, dan dibimbing cara mengucapkan kalimat perintah tersebut. Mulut-mulut mereka diselingi senyum mencoba mengucapkan observe the picture and find the differences.  Para siswa seolah asing dengan bahasa Inggris dan baru kali ini mengenal kosa kata baru dan berlatih mengucapkannya berdasarkan kalimat yang sudah dibuat oleh guru.

Perlahan saya tambahkan kalimat dengan yang mengandung ungkapan tawaran dan saran. Mereka terbata-bata memahamkan dirinya sendiri untuk dapat menggunakan kata-kata baru sekaligus menguasai cara menuliskannya. Sebelum saya lanjutkan pada menyimak, saya meminta para siswa menuliskan kalimat buatan mereka sendiri dengan menggunakan kata yang baru saja diberikan. Senyap lagi, Para siswa terlihat memeras otak agar bisa menghasilkan kalimat. 

Sekali lagi saya merasakan sunyi yang menakutkan. Apakah para siswa sedang mencoba merangkai kata, ataukah mereka tenggelam dalam ketidakmampuannya membuat kalimat. Waktu hanya tinggal 10 menit lagi, saya umumkan bahwa waktu menulis kalimat tersisa lima menit lagi saja. Saya paksa agar mereka mengumpulkan bukunya. Para siswa menyerahkan buku diiringi permintaaan maaf katanya tidak bisa bahasa Inggris dan tidak mengerti bahasa Inggris.

Tulisan para siswa beragam karena kosa kata sebagai modal mereka untuk bisa membuat kalimat lebih dari 50 kata. Hampir semua kalimat yang dibuat membuat saya terhenyak. Sebagai contoh, "Friend me the living near their waste and me tell to friend clean environment."  Ada korelasi antara mampu memahami hanya dua kata dari kalimat perintah dengan hasil tulisannya. 

Segala pesan yang diwejangkan oleh para ahli kurikulum, Kurikulum 2013, indikator pencapaian kompetensi yang merujuk kompetensi dasar, pengajaran abad 21, membantu siswa berpikir higher order thinking skills, critical thinking; semua istilah itu, semua teori itu, berhadapan dengan intake atau kemampuan siswa yang tidak menunjukkan bahwa mereka telah belajar bahasa Inggris selama empat tahun, menjadi mentah. 

 Di luar sana para ahli menuntut harus begini, harus begitu, teori-teori yang tinggi dari luar negeri, mereka tidak melihat bahwa begitu banyak siswa di kelas yang baru melek huruf, baru mendengar kata observe dan differences. Para ahli menekankan bahwa 'tugas guru mengubah intake, ubahlah para siswa menjadi pemikir kritis, problem solver, menguasai langkah logis orang akademisi dengan membimbingnya melalui metode berbasis ilmiah.'  Tegasnya lagi, "guru harus kreatif, buat siswa menjadi pembelajar sejati, jadikan mereka mampu bersaing secara global, sekali lagi itu tanggung jawab guru." Tugas ini menjadi terlalu berat untuk ditanggung seorang guru ketika para siswa adalah individu yang tidak tahu cara belajar, tidak menghabiskan waktunya untuk memberdayakan dirinya, sekolah dipandang sebagai tempat mencari ilmu, tapi tidak diimbangi dengan belajar sendiri di rumah, dan pengetahuan bahwa sesungguhnya belajar adalah aktivitas yang mereka lalukan sendiri sesuai dengan kebutuhannya. 

Para siswa mengaku mereka tidak mengerti bahasa Inggris, dan tidak pernah belajar bahasa Inggris di rumahnya. Mereka dengan polos bertanya, kami harus belajar apa? Kan Kurikulum 2013 tidak ada PR, tidak ada lagi belajar di rumah. 

Para siswa tahu Kurikulum!

Saya abaikan pendapat para siswa, saya berkata, kamu hafalkan kalimat-kalimat ini dan minggu depan saya tes hafalannya. Saya sangat tahu, dan masih ingat ketika diwanti-wanti para profesor bahwa belajar itu bukan menghafal. 

Saya melanggar itu. Dalam menguasai bahasa Inggris, jika tidak hafal kata-kata, mau bicara apa mau nulis apa? Tanpa hafal kata-kata, kelas menjadi senyap. Kurikulumnya kini saya pakai kurikulum saya sendiri, jika mengikuti teori-teori, bukan tidak mungkin, para siswa lulus dengan hanya hafal dan tahu arti kata picture dan and saja. Mereka tidak harus hafal makna kata, toh pada saat ujian hanya memilih a, b, c saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun