Senin ini, 23 Juli 2018, seperti biasa saya telah bersiap mengajar. Pertemuan kedua pada awal tahun ajaran baru. Pertemuan pertama  telah digunakan untuk negosiasi silabus dan membuat nota kesepahaman antara siswa dengan guru.Â
Pertemuan yang menyenangkan, para siswa menyambut kehadiran guru dengan harapan kemampuan berbahasa Inggrisnya bertambah; guru merasa tertantang untuk mengisi kehidupan remaja kelas 11 SMA dengan pengalaman berbahasa Inggris yang sesuai dengan konteks kehidupannya. Kedua harapan ini bertemu pada pertemuan kedua.Â
Seperangkat rancangan pembelajaran telah disiapkan. Saya telah merancang agar para siswa mampu menyampaikan saran dan tawaran secara lisan dan tulis dengan menggunakan berbagai cara. Pertama, para siswa akan disodori gambar sungai bersih dan sungai kotor.Â
Berdasarkan gambar diharapkan para siswa dapat berbagi seperti apa kira-kira orang yang tinggal di dekat sungai yang kotor dan seperti apa mental orang-orang yang tinggal di dekat sungai yang bersih. Setelah itu, para siswa akan diajak menyimak ungkapan yang menunjukkan tawaran agar menjaga lingkungan supaya bersih dengan berbagai variasi ungkapan. Kedua, para siswa akan diajak kembali menyimak.Â
Mereka menyimak percakapan pendek yang menggunakan ungkapan saran dan tawaran, sambil menyimak mereka menandai gambar yang menunjukkan isi percakapan. Beberapa kegiatan selanjutnya yang saya pikir akan membantu para siswa mampu menggunakan ungkapan saran dan tawaran telah disiapkan dalam waktu 90 menit.
Saat masuk kelas telah tiba. Saya masuk kelas, dan kelasnya kosong! Tidak ada satu siswapun yang berada di dalam kelas. Pelajaran jatuh ke 9-10 memang riskan, jam terakhir, jam yang rapuh untuk belajar. Saya tidak menanyakan kepada siapapun kemana para siswa pergi, saya menatap kursi-kursi kosong dan mengulurkan tangan untuk mengisi agenda mengajar. Saya tersentak, pada agenda tertulis jam ke 9-10 Biologi.Â
Jangan-jangan saya salah masuk kelas. Saya kembali melihat jadwal, jelas sekali saya mengajar kelas 11 IPS ini. Saya menunggu, menunggu siswa masuk kelas sambil membaca Setelah Revolusi Tak Ada Lagi yang ditulis Goenawan Muhamad dari iPUsnas. Saya tidak mampu mencerna yang sedang dibaca, akhrinya saya duduk, menikmati kombinasi gerah kelas tanpa AC, bercampur dengan keheranan kemana para siswa pergi.
Hampir 30 menit, satu dua siswa masuk, mereka kaget melihat saya sudah ada dalam kelas. Mereka meminta maaf, katanya mereka ke perpustakaan meminjam buku. Saya tidak mempermasalahkan ketiadaan permintaan izin diawal. Setelah siswa hadir semuanya, saya mulai mengajar. Di sinilah masalah itu muncul.Â
Setelah membagikan gambar sungai bersih dan sungai kotor, saya berkata, "Observe the pictures, and find the differences."
Senyap. Saya menunggu satu dari 38 siswa yang ada dihadapan saya mengacungkan tangan dan berbagi perbedaan dari sungai bersih dan sungai kotor berdasarkan gambar. Senyap yang berlangsung lebih dari tiga menit terlalu menakutkan saya. Akhirnya saya bertanya, "Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan? Kata apa yang kamu  bisa terjemahkan?"Â
Seorang siswi menjawab, "Picture, gambar, and, dan."Â