Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Bikinan Sendiri, Melanggar Hukum?

24 Juli 2018   16:40 Diperbarui: 24 Juli 2018   19:48 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya diam sesaat menyembunyikan kekagetan yang luar biasa. Pada zaman milenial, era digital, artificial intelligent, siswa selalu bersentuhan dengan bahasa Inggris hampir tanpa henti ketika berselancar di Google, hanya tahu kata 'picture dan and'  dan ini kelas 11 SMA!
Saya ajak para siswa menerjemahkan kata per kata, dan dibimbing cara mengucapkan kalimat perintah tersebut. Mulut-mulut mereka diselingi senyum mencoba mengucapkan observe the picture and find the differences.  Para siswa seolah asing dengan bahasa Inggris dan baru kali ini mengenal kosa kata baru dan berlatih mengucapkannya berdasarkan kalimat yang sudah dibuat oleh guru.

Perlahan saya tambahkan kalimat dengan yang mengandung ungkapan tawaran dan saran. Mereka terbata-bata memahamkan dirinya sendiri untuk dapat menggunakan kata-kata baru sekaligus menguasai cara menuliskannya. Sebelum saya lanjutkan pada menyimak, saya meminta para siswa menuliskan kalimat buatan mereka sendiri dengan menggunakan kata yang baru saja diberikan. Senyap lagi, Para siswa terlihat memeras otak agar bisa menghasilkan kalimat. 

Sekali lagi saya merasakan sunyi yang menakutkan. Apakah para siswa sedang mencoba merangkai kata, ataukah mereka tenggelam dalam ketidakmampuannya membuat kalimat. Waktu hanya tinggal 10 menit lagi, saya umumkan bahwa waktu menulis kalimat tersisa lima menit lagi saja. Saya paksa agar mereka mengumpulkan bukunya. Para siswa menyerahkan buku diiringi permintaaan maaf katanya tidak bisa bahasa Inggris dan tidak mengerti bahasa Inggris.

Dokpri
Dokpri
Tulisan para siswa beragam karena kosa kata sebagai modal mereka untuk bisa membuat kalimat lebih dari 50 kata. Hampir semua kalimat yang dibuat membuat saya terhenyak. Sebagai contoh, "Friend me the living near their waste and me tell to friend clean environment."  Ada korelasi antara mampu memahami hanya dua kata dari kalimat perintah dengan hasil tulisannya. 

Segala pesan yang diwejangkan oleh para ahli kurikulum, Kurikulum 2013, indikator pencapaian kompetensi yang merujuk kompetensi dasar, pengajaran abad 21, membantu siswa berpikir higher order thinking skills, critical thinking; semua istilah itu, semua teori itu, berhadapan dengan intake atau kemampuan siswa yang tidak menunjukkan bahwa mereka telah belajar bahasa Inggris selama empat tahun, menjadi mentah. 

 Di luar sana para ahli menuntut harus begini, harus begitu, teori-teori yang tinggi dari luar negeri, mereka tidak melihat bahwa begitu banyak siswa di kelas yang baru melek huruf, baru mendengar kata observe dan differences. Para ahli menekankan bahwa 'tugas guru mengubah intake, ubahlah para siswa menjadi pemikir kritis, problem solver, menguasai langkah logis orang akademisi dengan membimbingnya melalui metode berbasis ilmiah.'  Tegasnya lagi, "guru harus kreatif, buat siswa menjadi pembelajar sejati, jadikan mereka mampu bersaing secara global, sekali lagi itu tanggung jawab guru." Tugas ini menjadi terlalu berat untuk ditanggung seorang guru ketika para siswa adalah individu yang tidak tahu cara belajar, tidak menghabiskan waktunya untuk memberdayakan dirinya, sekolah dipandang sebagai tempat mencari ilmu, tapi tidak diimbangi dengan belajar sendiri di rumah, dan pengetahuan bahwa sesungguhnya belajar adalah aktivitas yang mereka lalukan sendiri sesuai dengan kebutuhannya. 

Para siswa mengaku mereka tidak mengerti bahasa Inggris, dan tidak pernah belajar bahasa Inggris di rumahnya. Mereka dengan polos bertanya, kami harus belajar apa? Kan Kurikulum 2013 tidak ada PR, tidak ada lagi belajar di rumah. 

Para siswa tahu Kurikulum!

Saya abaikan pendapat para siswa, saya berkata, kamu hafalkan kalimat-kalimat ini dan minggu depan saya tes hafalannya. Saya sangat tahu, dan masih ingat ketika diwanti-wanti para profesor bahwa belajar itu bukan menghafal. 

Saya melanggar itu. Dalam menguasai bahasa Inggris, jika tidak hafal kata-kata, mau bicara apa mau nulis apa? Tanpa hafal kata-kata, kelas menjadi senyap. Kurikulumnya kini saya pakai kurikulum saya sendiri, jika mengikuti teori-teori, bukan tidak mungkin, para siswa lulus dengan hanya hafal dan tahu arti kata picture dan and saja. Mereka tidak harus hafal makna kata, toh pada saat ujian hanya memilih a, b, c saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun