Mohon tunggu...
Yandra Susanto
Yandra Susanto Mohon Tunggu... Guru - Guru terbaik adalah yang mampu merubah iblis jadi malaikat, merubah maling jadi ustad

Impian tertinggi, berkumpul bersama orang tercinta di JannahNya nanti

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Alif: Jejak Leluhur (Bagian 1)

14 Maret 2023   16:07 Diperbarui: 14 Maret 2023   16:08 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Setelah menyelesaikan pemindahan kepemilikan, Leoni mengusir tim hukumnya. Ali Akbar juga segera kembali kerumah sakit. Bagaimanapun sampai sekarang meskipun dokter mengatakan kondisi Bu Halimah baik-baik saja, tetapi kesembuhan orang tua Alif adalah kunci kariernya seumur hidup.

"Ayo ikut kakak!" Ucap Leoni dan menarik tangan Siti ke mobilnya. Tapi Siti malah menengok pada Alif ingin meminta pendapatnya.

"Kita perlu beli beberapa pakaian. Jangan sampai kau dibuat malu, kemana-mana udamu seperti pengemis. Hahaha!" Ucap Alif menjawab kebingungan gadis itu.

"Baiklah. Tapi kurasa, cukup untuk Uda saja. Pakaian aku masih layak dan ada beberapa potong dalam bungkusan ku!" Jawab Siti polos.

"Kau jangan cemas. Uang udamu banyak sekali. Aku akan bantu kau menghabiskannya hari ini, " kata Leoni sambil tertawa dan menjalankan mobilnya.

Siti melongo dan menatap Alif yang merentang kan tangan membuat ekspresi tak berdaya. "Jangan cemas. Kakak punya uang!"

Dengan cepat, mereka sampai di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota Selasih. Akhir pekan membuat pusat perbelanjaan menjadi sangat ramai. Alif menggelengkan kepalanya melihat kedua wanita itu yang berlari meninggalkannya memasuki pusat perbelanjaan.

Alif memperhatikan gedung mewah belasan lantai itu dengan tersenyum. Dalam dekade ini, perkembangan kota Selasih sangat cepat. Meskipun belum berkembang menjadi kota metropolitan, kota Selasih sudah bisa dimasukkan kedalam lima puluh kota besar Nusentara. Sebuah prestise yang luar biasa. Apalagi dengan ikon unik sebagai kota Padi. Hebat.

"Bruk!"

Sibuk melihat kanan kiri, tanpa sengaja Alif menabrak seseorang. Sosok itu terdorrong hampir jatuh. Untung saja, seorang lelaki muda menahan dari belakang. Yang di tabrak Alif ternyata seorang perempuan tua.

"Kawan! Perhatikan jalanmu. Meskipun mungkin kali pertama engkau ke kota, kau tetap harus memperhatikan keselamatan diri dan orang lain. Minta maaflah sama nenekku. Kau hampir membuatnya jatuh!" Ucap lelaki muda itu

Alif tersenyum malu. Didepannya, seorang wanita berpakaian rapi dengan songket berkilau tersenyum sambil memegang tangan anak muda itu. "Tidak apa-apa. Nenek tidak apa-apa. Berjalan di nan rami, ini sesuatu yang biasa!"

Alif jadi semakin malu. Dia maju sambil mengulurkan tangan dan menundukkan kepala. "Nenek tidak apa-apa? Maafkan aku yang khilaf"

Melihat Alif mengulurkan tangannya, pemuda didepannya maju selangkah. Kemudian wajahnya menjadi dingin. "Sudahlah kawan! Lain kali perhatikan jalanmu!"

Dia melirik pakaian Alif yang compang camping dan lusuh. Ada beberapa tempat yang robek. Dan masih ada beberapa tambalan disana. Dia harus sangat berhati-hati. Jangan-jangan pengemis ini mau berbuat aneh aneh.

"Malin Endah, perhatikan cara bicaramu!" Tegur sang nenek. Lalu perempuan tua itu menatap Alif dengan tajam. Matanya berkedut beberapa kali. Ada bayangan keterkejutan dibalik mata tua tanpa kacamata itu. Dia menjadi penasaran dengan pemuda aneh didepannya.

"Tapi, Nenek...! Dia.."

"Berbuat baiklah di kala cerah, niscahaya akan ada orang meminjamkan patung dikala hujan!" Ucap sang nenek samar. Lalu dia menerima tangan Alif yang masih terulur. 

Alif tersenyum tulus. Tapi segera dia merasakan aliran energi murni ditangannya. Jenis tenaga itu sangat dikenalnya dan membuat tubuhnya terasa sangat nyaman. Wajah Alif berubah.

"Siapa kau!"

"Siapa anda?"

Hampir bersamaan mereka berseru kaget. Dilain saat seruan keterkejutan itu berubah menjadi senyum penuh kesungguhan dan penghargaan. Alif ingin menarik tangannya tapi tidak bisa. 

"Nenek, Nama saya Alif. Saya...."

"Alif? Maksudmu kau adalah.... Dia memegang telapak tangan Alif dengan dua tangan dan membalikkan tangannya. Telapak tangan Alif terbuka. Wajah wanita tua itu makin terkejut. Dia gemetar dan mundur beberapa langkah sambil menatap Alif dengan tatapan rumit.

"Nenek! Ada apa?!" Kata pemuda itu dengan wajah penuh ancaman. Samar-samar Alif bisa merasakan energi pemuda itu tidaklah kecil. Pemuda itu memeluk bahu wanita tua itu.

Setelah menenangkan diri, wanita itu tersenyum.  "Anak muda, ohya Nak Alif, kami dari pusat negeri Kurungan Batu. Ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan kepadamu. Hanya saja, tempat ini terlalu ramai. Dan ini pertemuan pertama kita. Bolehkah Nenek meminta nomor teleponmu?"

Alif mengerutkan alisnya. Dia terdiam sesaat dan merasa penasaran sekali dengan energi wanita tua dan anak muda itu. Mungkinkah mereka berasal dari guru yang sama? 

Bersambung..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun