Mohon tunggu...
Yandra Susanto
Yandra Susanto Mohon Tunggu... Guru - Guru terbaik adalah yang mampu merubah iblis jadi malaikat, merubah maling jadi ustad

Impian tertinggi, berkumpul bersama orang tercinta di JannahNya nanti

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Alif: Gadis Klan Panji (bag.3)

11 Maret 2023   12:30 Diperbarui: 11 Maret 2023   12:52 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Siti tertegun sejenak. Dia melihat kearah sang ibu yang didorong oleh petugas menuju ruang rawat inap. Wajahnya penuh kekhawatiran. "Kak, bagaimana dengan ibu?"

"Ibu baru saja selesai di operasi. Dia butuh istirahat. Kita juga perlu menjaga kesehatan. Udamu belum bertemu nasi dari kemarin. Kau juga belum makan bukan?"

Tanpa menunggu jawaban Siti, Alif sudah menarik tangannya keluar. Ali Akbar dan Dokter Rian memandang kepergian dua orang itu dengan linglung.

"Siapa pemuda itu, Direktur?"

"Dia... Dia bos baru rumah sakit ini. Tapi kau tak boleh mengungkapkan identitas dirinya tana ijin!"

Mata dokter Rian berfluktuasi sesaat.  Tapi dia menggelengkan kepalanya. "Aku tak peduli apakah dia bos atau bukan. Dia memiliki energi dalam, dimataku dia seperti dewa! Kau tenang saja! Bolehkah aku tahu identitasnya yang lain?"

Ali Akbar melihat kiri kanan. Lalu berkata ringan dan setengah berbisik. "Apakah kau pernah mendengar seorang prajurit terbaik berpangkat letnan Jenderal?"

Mata dokter Rian makin membesar. "Maksudmu Letnan Alif? Bawahan langsung Panglima Jenderal Adi Untung?"

Ali Akbar mengangguk. "Dia baru saja mengakuisisi Rumah Sakit ini dari Keluarga Panji satu jam yang lalu"

Sementara itu Alif mengajak Siti memasuki sebuah restoran tak jauh dari Rumah sakit. Tapi baru saja di pintu masuk, beberapa petugas keamanan menghalanginya dengan wajah ganas.

"Mohon maaf, manajemen kami tidak mengizinkan permintaan sumbangan dan sejenisnya. Silakan ketempat lain saja!"

Dua orang petugas keamanan itu malah memandang dengan hina pada keduanya. Sebelum Alif menjawab, Siti sudah berbicara dengan suara lemah lembut.

"Petugas, kita datang hanya untuk makan. Tidak untuk mengemis atau sejenisnya. Bolehkah kita masuk?"

Mendengar suara seperti seruling surgawi itu, beberapa petugas yang tadi menghalangi menjadi linglung. Alif sudah menarik adiknya memasuki restoran.

Mereka langsung memilih satu meja kosong dipojok ruangan. Begitu duduk, seorang pramusaji segera mendekat sambil membawa buku pesanan.

"Maaf, kalian berdua mau pesan apa? Makanan paling murah ada nasi ramas dengan warga dua puluh lima ribu...." Pramusaji itu berbicara dengan nafa skeptis. Tapi terlepas dari semuanya, dia termasuk pelayan yang sopan.

Siti kaget, tapi sebelum bicara Alif sudah menyebutkan beberapa jenis makanan kesukaannya. Dengan kening berkerut, pramusaji itu menuliskan di buku pesanan.

"Ada lagi, Tuan?" Tanya pramusaji itu tidak yakin

"Dua jus jeruk panas. Itu saja!" Jawab Alif.

Pramusaji tetap menuliskan tetapi wajahnya sudah berubah muram. "Total biayanya tiga ratus dua puluh lima ribu, tuan. Pesanan akan di proses setelah pembayaran!"

"Baik!" Alif tak banyak komentar. Dia juga paham kecemasan gadis pramusaji itu. Alif mengeluarkan satu kartu bank dan diserahkan pada gadis itu. 

Gadis itu tercengang tapi tidak berani mengambil kartu itu. Dia menyodorkan mesin pembayaran kedepan Alif. "Silakan di gesek dan masukkan kata sandinya tuan. Nanti saldo anda akan dipotong sesuai tagihan!"

"Baik" Alif segera menyelesaikan tagihan tanpa berpikir panjang. Gadis pramusaji itu tertegun dengan wajah merah. Dia sudah berfikir kedua orang ini adalah pengemis yang menyelinap masuk dan tak mungkin mampu membayar tagihan. Siapa duga dia benar-benar salah.

"Tunggu sebentar, Uda dan Uni. Pesanan akan segera diantar! Nama saya Nilam. Jika ada pesanan lain silakan panggil saya saja!" Ucap Gadis itu tersenyum manis.

Alif tak menggubris. Dia sibuk dengan adiknya yang bercerita dengan antusias. Pertemuan mereka setelah bertahun-tahun membuat banyak hal yang mereka ceritakan.

Tak lama pesanan mereka dihidangkan. Tapi belum sempat menyentuh makanan itu, telepon genggamnya berdering. Alif mengerutkan alisnya dan melihat sederetan nomor yang tidak dikenalnya.

" Siapa?" Tanya Alif dengan suara berat. 

"Maaf tuan Alif. Saya Ali Akbar! Ini ada yang ingin bertemu dengan anda, rombongan keluarga Panji tadi. Mereka sudah menunggu lama dan ingin meminta maaf!"

"Aku direstoran depan rumah sakit. Bawa mereka kesini. Aku lagi makan!"

"Baik, Bos!"

Alif melambaikan tangan pada pramusaji cantik itu. Gadis itu segera mendekat dengan setengah berlari. "Ada apa, Uda?"

"Tambahkan dua meja lagi. Tingkatkan pesanan dua kali lipat. Beberapa sahabat kami akan datang kesini!"Alif segera menggesek kartu tanpa diminta melunasi semua tagihan.

Baru saja meja dipindahkan, beberapa pelayan segera mengantarkan pesanan mereka. Sangat cepat. Saat itu pula dari pintu depan, dipimpin oleh seorang gadis cantik berpakaian formal dan anggun mengikuti Ali Akbar dan tim hukum keluarga Panji.

"Ternyata benar kamu, Letnan! Kenapa tak memberi tahuku kalau kau balik ke Swarna Dwipa?" ucap gadis itu antusias. Tanpa basa basi dia langsung duduk disamping Alif sambil memperhatikan gadis disamping kiri pemuda itu.

Bersambung.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun