Dua orang petugas keamanan itu malah memandang dengan hina pada keduanya. Sebelum Alif menjawab, Siti sudah berbicara dengan suara lemah lembut.
"Petugas, kita datang hanya untuk makan. Tidak untuk mengemis atau sejenisnya. Bolehkah kita masuk?"
Mendengar suara seperti seruling surgawi itu, beberapa petugas yang tadi menghalangi menjadi linglung. Alif sudah menarik adiknya memasuki restoran.
Mereka langsung memilih satu meja kosong dipojok ruangan. Begitu duduk, seorang pramusaji segera mendekat sambil membawa buku pesanan.
"Maaf, kalian berdua mau pesan apa? Makanan paling murah ada nasi ramas dengan warga dua puluh lima ribu...." Pramusaji itu berbicara dengan nafa skeptis. Tapi terlepas dari semuanya, dia termasuk pelayan yang sopan.
Siti kaget, tapi sebelum bicara Alif sudah menyebutkan beberapa jenis makanan kesukaannya. Dengan kening berkerut, pramusaji itu menuliskan di buku pesanan.
"Ada lagi, Tuan?" Tanya pramusaji itu tidak yakin
"Dua jus jeruk panas. Itu saja!" Jawab Alif.
Pramusaji tetap menuliskan tetapi wajahnya sudah berubah muram. "Total biayanya tiga ratus dua puluh lima ribu, tuan. Pesanan akan di proses setelah pembayaran!"
"Baik!" Alif tak banyak komentar. Dia juga paham kecemasan gadis pramusaji itu. Alif mengeluarkan satu kartu bank dan diserahkan pada gadis itu.Â
Gadis itu tercengang tapi tidak berani mengambil kartu itu. Dia menyodorkan mesin pembayaran kedepan Alif. "Silakan di gesek dan masukkan kata sandinya tuan. Nanti saldo anda akan dipotong sesuai tagihan!"