Mohon tunggu...
Yandi Hasibuan
Yandi Hasibuan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa yang sangat menyukai sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Nasib Petugas Kebersihan Candi Kalasan Yogyakarta, Gaji Minim dengan Risiko Pekerjaan Besar

24 Juni 2024   18:46 Diperbarui: 24 Juni 2024   18:52 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Slamet Raharjo petugas kebersihan Candi Kalasan, Sleman 7 Juni 2024. Foto: Rieke Deska Nur Aini.

"Untuk perbulan saya masih honorer, belum termasuk PNS, dapatnya sekitar Rp 1 jutaan," tutur Slamet, menjelaskan gaji yang ia dapat sebagai petugas kebersihan di Candi Kalasan.

Slamet mengungkapkan pembersihan atap candi mendapatkan jumlah penghasilan yang berbeda. Sebelum bergabung dengan Balai Pelestarian Jawa Tengah masing-masing pekerja mendapatkan sekitar Rp80.000. Setelah bergabung, penghasilan yang didapatkan naik sekitar Rp100.000 per orangnya.

Menurut Akbar Rizki Perwira Utama, seorang warga yang tinggal di sekitar Candi Kalasan mengungkapkan bahwa kegiatan bersih-bersih yang dilakukan oleh juru kebersihan itu tidak mengganggu warga lokal.

"Kalau menurut saya sih, pembersihan di area Candi Kalasan tidak mengganggu aktivitas penduduk sekitar karena tidak menimbulkan banyak kegaduhan," urai lelaki berusia 21 tahun itu saat diwawancara via direct message (DM) Instagram, Kamis (13/6/2024).

Akbar juga menilai kontribusi para petugas kebersihan cukup penting, karena merupakan salah satu cara untuk melestarikan dan merawat bangunan bersejarah tersebut.

"Pelestarian Candi juga tidak hanya dengan cara merawat dan menjaga bangunannya saja, tetapi juga harus melestarikan sejarahnya juga," ujarnya.

Di sisi lain, Try Mukti (20) salah satu mahasiswa program studi Ilmu Sejarah  Universitas Sebelas Maret mengungkapkan bahwa pekerjaan dengan risiko keselamatan yang rendah, perlu diperhatikan dan seharusnya mendapat pengawasan yang ketat dari pihak pengelola.

"Seharusnya lebih dihargai dengan gaji setimpal, bila pekerjaan tersebut memiliki risiko kesehatan yang tinggi, maka perlu diperhatikan oleh pengelolanya," ungkap pemuda berusia 20 tahun.

Terakhir, Try berharap seharusnya gaji yang diberikan juga harus sesuai dengan risiko yang dihadapi. Hal ini dapat menjadi salah satu bentuk penyemangat bagi para pekerja agar dapat bekerja dengan lebih giat.

"Gaji yang sesuai dengan risikonya bisa menjadi penyemangat para pekerja untuk bekerja lebih giat," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun