Mohon tunggu...
Yandi Hasibuan
Yandi Hasibuan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa yang sangat menyukai sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Nasib Petugas Kebersihan Candi Kalasan Yogyakarta, Gaji Minim dengan Risiko Pekerjaan Besar

24 Juni 2024   18:46 Diperbarui: 24 Juni 2024   18:52 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas yang sedang membersihkan bagian tubuh Candi Kalasan, Sleman, Jumat 7 Juni 2024. Foto: Rieke Deska Nur Aini

Sleman - Candi Kalasan, salah satu situs bersejarah di Yogyakarta, terjaga kebersihan dan perawatannya. Hal ini tak terlepas dari peran petugas kebersihan di sana. Sayang, kerja keras para petugas yang bekerja dengan resiko tinggi ini tidak diimbangi dengan upah yang setimpal.

Slamet Raharjo merupakan salah satu pekerja kebersihan di candi ini sejak tahun 1993. Ia kemudian bergabung dengan Candi Kalasan pada tahun 2017 sebagai petugas kebersihan dan perawatan.

Lelaki itu menjelaskan bahwa pembersihan candi dilakukan secara terjadwal setiap minggu. Slamet menjelaskan bahwa rutinitas pembersihan candi dilakukan dengan jadwal yang ketat. Kegiatan pembersihan dimulai dari Senin hingga Kamis pada pukul 07.00 hingga 14.00. Pada Jumat, pembersihan dilakukan dari pukul 07.00 hingga 11.00, sedangkan pada Sabtu berlangsung hingga pukul 12.30.

Selain itu, minimnya petugas yang ada menjadi salah satu kendala dan tantangan. Saat ini jumlah juru bersih Candi Kalasan semakin berkurang.

"Banyak juru bersih yang sudah tidak ada lagi, sebagian telah dipindahkan ke candi lain," ujar Slamet Raharjo saat ditemui di sekitar kawasan candi, Jumat (7/6/2024).

Kurangnya petugas menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kebersihan dan keindahan Candi Kalasan yang merupakan salah satu situs bersejarah penting di Yogyakarta.

"Sebelumnya saya sempat dikontrak kerja, saya mulai pertama masuk dan langsung berkontribusi dengan merenovasi Candi Prambanan," ungkap Slamet.

Selama tahun 2017 hingga 2024 Slamet mengatakan jika pada malam hari Candi Kalasan tetap aman, tidak ada kejahatan pencurian atau kejahatan lainnya.

Slamet Raharjo petugas kebersihan Candi Kalasan, Sleman 7 Juni 2024. Foto: Rieke Deska Nur Aini.
Slamet Raharjo petugas kebersihan Candi Kalasan, Sleman 7 Juni 2024. Foto: Rieke Deska Nur Aini.

Sebagai petugas kebersihan, Slamet hanya mendapatkan sabuk pengaman dari kantor sebagai alat kebersihannya.
"Ya cuman disediakan sabuk dan helm saja, naik ke atas juga manjat batu-batu yang ada di candi," jelas Slamet.

Terdapat dua jenis pendapatan yang diterima oleh Slamet. Pertama adalah gaji bulanan atau gaji pokok, dan yang kedua adalah gaji insentif yang diberikan saat adanya acara pembersihan dari Balai Pelestarian.

"Untuk perbulan saya masih honorer, belum termasuk PNS, dapatnya sekitar Rp 1 jutaan," tutur Slamet, menjelaskan gaji yang ia dapat sebagai petugas kebersihan di Candi Kalasan.

Slamet mengungkapkan pembersihan atap candi mendapatkan jumlah penghasilan yang berbeda. Sebelum bergabung dengan Balai Pelestarian Jawa Tengah masing-masing pekerja mendapatkan sekitar Rp80.000. Setelah bergabung, penghasilan yang didapatkan naik sekitar Rp100.000 per orangnya.

Menurut Akbar Rizki Perwira Utama, seorang warga yang tinggal di sekitar Candi Kalasan mengungkapkan bahwa kegiatan bersih-bersih yang dilakukan oleh juru kebersihan itu tidak mengganggu warga lokal.

"Kalau menurut saya sih, pembersihan di area Candi Kalasan tidak mengganggu aktivitas penduduk sekitar karena tidak menimbulkan banyak kegaduhan," urai lelaki berusia 21 tahun itu saat diwawancara via direct message (DM) Instagram, Kamis (13/6/2024).

Akbar juga menilai kontribusi para petugas kebersihan cukup penting, karena merupakan salah satu cara untuk melestarikan dan merawat bangunan bersejarah tersebut.

"Pelestarian Candi juga tidak hanya dengan cara merawat dan menjaga bangunannya saja, tetapi juga harus melestarikan sejarahnya juga," ujarnya.

Di sisi lain, Try Mukti (20) salah satu mahasiswa program studi Ilmu Sejarah  Universitas Sebelas Maret mengungkapkan bahwa pekerjaan dengan risiko keselamatan yang rendah, perlu diperhatikan dan seharusnya mendapat pengawasan yang ketat dari pihak pengelola.

"Seharusnya lebih dihargai dengan gaji setimpal, bila pekerjaan tersebut memiliki risiko kesehatan yang tinggi, maka perlu diperhatikan oleh pengelolanya," ungkap pemuda berusia 20 tahun.

Terakhir, Try berharap seharusnya gaji yang diberikan juga harus sesuai dengan risiko yang dihadapi. Hal ini dapat menjadi salah satu bentuk penyemangat bagi para pekerja agar dapat bekerja dengan lebih giat.

"Gaji yang sesuai dengan risikonya bisa menjadi penyemangat para pekerja untuk bekerja lebih giat," pungkasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun