Terapi Wicara
Terapi wicara adalah suatu bentuk terapi yang ditujukan untuk membantu individu yang mengalami kesulitan dalam komunikasi, baik dalam berbicara, memahami, maupun menggunakan Bahasa Terapi wicara adalah layanan profesional yang dilakukan oleh ahli terapi wicara (speech therapist) untuk membantu individu mengatasi berbagai masalah dalam komunikasi, masalah ini bisa mencakup kesulitan berbicara, pengucapan kata, pemahaman bahasa, serta keterampilan berbahasa secara keseluruhan. Terapi wicaradigunakan untuk mengatasi berbagai masalah, antara lain.
- Disabilitas komunikasi yaitu embantu individu yang memiliki keterbatasan dalam berbicara atau memahami bahasa, seperti pada anak-anak dengan keterlambatan berbicara atau dewasa yang mengalami afasia setelah stroke.
- Gangguan pengucapan, mengatasi  masalah dalam pengucapan suara atau kata, seperti gagap atau kesulitan mengucapkan konsonan tertentu.
- Kesulitan dalam memahami Bahasa, membantu individu yang kesulitan memahami instruksi atau percakapan.
Manfaat Terapi Wicara
- Meningkatkan kemampuan komunikasi, membantu individu untuk lebih efektif dalam berbicara dan memahami orang lain.
- Membangun kepercayaan diri dengan perbaikan dalam keterampilan berbicara, individu cenderung merasa lebih percaya diri dalam berkomunikasi.
- Meningkatkan kualitas hidup, emampuan berkomunikasi yang baik dapat meningkatkan interaksi sosial, hubungan pribadi, dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Situasi yang memerlukan terapi wicara, kapan harus mencari terapi wicara?
- Jika anak tidak berbicara pada usia yang diharapkan.
- Jika ada kesulitan dalam memahami instruksi sederhana.
- Jika seseorang menunjukkan ketidaknyamanan atau kecemasan yang berlebihan saat berbicara.
Keberhasilan terapi wicara tergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis gangguan individu, metode terapi, keahlian terapis, motivasi anak, dan keterlibatan orang tua.
Pendekatan dan teknik terapi
Metode tradisional melibatkan interaksi tatap muka menggunakan kertas dan objek, tetapi teknologi semakin banyak digunakan untuk meningkatkan terapi melalui bantuan jarak jauh dan gamifikasi
Efektivitas terapi ,penelitian menunjukkan bahwa terapi wicara jauh lebih efektif daripada tidak ada pengobatan, dengan perbaikan yang terlihat dalam pemahaman, ekspresi, dan wicara. Sesi terapi yang intensif dan sering dapat menghasilkan perbaikan substansial dalam gangguan bunyi wicara (SSDs). Berbagai metode terapi, seperti pelatihan kesadaran fonologis, dapat memfasilitasi pengembangan keterampilan fonologis dan meningkatkan produksi suara. Integrasi Teknologi, E-SpeechT dan aplikasi web lainnya mendukung dan memantau anak-anak sepanjang terapi mereka, mengintegrasikan pembelajaran berbasis permainan untuk membuat terapi lebih menarik. Konseling dan pelatihan untuk orang tua merupakan komponen penting dari terapi wicara-bahasa yang efektif.
Jenis-jenis Terapi Wicara
1.Terapi Fonologis (Phonological Therapy - PT) untuk mengatasi  kesulitan dalam mengenali, memproduksi, atau menggunakan bunyi secara tepat dalam Bahasa dan menggunakan ekspresif dalam berbicara. Terapi ini efektif untuk anak-anak dengan gangguan bunyi wicara berbasis fonologis (Speech Sound Disorders).Tekniknya sebagai berikut
a.Kesadaran fonologis dengan latihan Identifikasi bunyi, mengajak anak untuk mendengarkan dan mengidentifikasi bunyi dalam kata-kata, misalnya, menunjuk pada gambar dan meminta anak untuk menyebutkan bunyi awal atau akhir dari kata tersebut. Mengelompokkan  kata-kata berdasarkan bunyi yang sama; misalnya, kata yang diawali dengan bunyi s (seperti "sapi," "sepeda," "sandal").
b.Penerapan permainan bunyi, dengan permainan interaktif yang berfokus pada bunyi, di mana anak akan menandai kata sesuai dengan bunyi yang didengar. Menggunakan kartu gambar untuk memperkenalkan bunyi dalam konteks, anak-anak  diminta untuk membedakan dan mengelompokkan kartu berdasarkan bunyi yang mereka dengar dan lihat.
c.Teknik produksi bunyi dengan menerapkan teknik pengulangan, di mana anak diinstruksikan untuk mengulang bunyi atau kata dalam konteks yang berbeda. Misalnya, setelah mengidentifikasi bunyi, anak diminta untuk mengulangnya dalam kalimat. Menggunakan penekanan suara untuk mengajarkan anak bagaimana menekankan bunyi tertentu dalam kata, ini membantu mereka memahami bagaimana bunyi tersebut berfungsi dalam membuat perbedaan makna.
d.Generalization adalah latihan di berbagai kontek yaitu setelah anak dapat mengenali dan memproduksi bunyi secara tepat dalam satu konteks, terapis akan membawa mereka untuk menggunakan bunyi tersebut dalam konteks yang lebih luas, seperti dalam kalimat atau percakapan sehari-hari, menggunaan kata-kata baru untuk endorong anak untuk menerapkan bunyi yang telah dipelajari ke kata-kata yang belum pernah mereka gunakan sebelumnya.
e.Pendekatan berbasis cerita dengan bercerita bersama  menggunakan buku cerita atau narasi, di mana terapis dan anak berkolaborasi dalam menceritakan kisah, ini tidak hanya membantu dalam pengenalan bunyi tetapi juga meningkatkan keterampilan bahasa secara keseluruhan, menyusun cerita dengan meminta anak membuat cerita menggunakan kata-kata dengan bunyi tertentu, membantu mereka berlatih secara aktif.
f.Penggunaan teknologi menggunakan aplikasi dan permainan berbasis teknologi yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran fonologis dan memfasilitasi praktik bunyi, misalnya menggunakan video yang memperagakan bunyi dengan cara yang menarik, yang dapat membantu anak-anak memahami koneksi bunyi dengan gambar dan konsep.
2.Terapi Artikulasi (Articulation Therapy - AT) untuk mengoreksi bunyi wicara tertentu, yang digunakan untuk anak-anak dengan gangguan artikulasi (adalah gangguan kesulitan dalam memproduksi bunyi-bunyi tertentu secara jelas dan tepat saat berbicara). Tekniknya, diawali dengan membangun kepercayaan anak  untuk mengurangi kecemasan anak dengan menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan selama sesi terapi, dilanjutkan dengan demonstrasi bunyi dengan  menunjukkan cara mengucapkan bunyi yang bermasalah dengan jelas, termasuk posisi lidah, bibir, dan rahang, dengan menggunakan cermin sehingga anak dapat melihat gerakan mulut mereka sendiri. Pendekatan langsung dengan menggunakan model pengucapan yang benar dan membiarkan anak meniru bunyi setelah melihat dan mendengar cara yang benar. Latihan produksi bunyi tunggal dimulai dengan bunyi per-bunyi, mengajarkan anak untuk memproduksi bunyi tertentu tanpa kata atau kalimat(misalnya suara binatang). Setelah anak dapat mengucapkan bunyi dengan benar, lanjutkan dengan pengenalan kata-kata sederhana yang mengandung bunyi tersebut. Misalnya, jika fokusnya pada bunyi "s", gunakan kata-kata seperti "sun" atau "sip.". Setelah anak terbiasa dengan kata-kata, ajarkan anak untuk mengucapkan bunyi dalam kalimat yang lebih panjang. Misalnya, "Singa sedang tidur." Lakukan latihan yang sama secara berulang untuk memperkuat keterampilan yang dipelajari. Pengulangan adalah kunci untuk menciptakan kebiasaan baru dalam produksi bunyi. Berikan pujian atau penghargaan ketika anak berhasil mengucapkan bunyi dengan benar untuk menguatkan kepercayaan diri anak.
Ajak anak untuk menggunakan bunyi yang telah dipelajari dalam konteks yang berbeda, seperti bermain, berbicara dengan teman, atau dalam aktivitas sehari-hari. Ini membantu anak belajar untuk menggunakan bunyi di luar sesi terapi.
3.Terapi Suara (Voice Therapy) untuk mengobati gangguan suara seperti disfonia fungsional
(adalah gangguan suara akibat penggunaan suara yang tidak tepat atau berlebihan, tanpa adanya kelainan fisik yang terdeteksi pada  pita suara, Suara terdengar serak, lemah, tegang, atau kehilangan intonasi alami, penyebabnya bicara keras atau berteriak dalam waktu lama,stres dan kecemasan). Terapi ini efektif untuk gangguan suara dan terkait nada.Tekniknya dengan Latihan pernapasan yang tepat untuk mendukung kemampuan berbicara (misalnya, pernapasan diafragma), relaksasi untuk mengurangi ketegangan pada otot pita suara modifikasi perilaku cara berbicara, lebih santai.
4.Oral Placement Therapy -- OPT  adalah konsep teori pembelajaran motorik dengan latihan spesifik yang bertujuan untuk membantu individu (terutama anak-anak) memahami dan melakukan gerakan yang diperlukan untuk memproduksi bunyi secara efektif untuk menghadapi kesulitan berbicara akibat gangguan perkembangan, seperti Apraxia (adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan untuk menggerakkan otot yang diperlukan untuk berbicara, Individu dengan apraxia mengetahui apa yang ingin mereka katakan tetapi mengalami kesulitan dalam menyusun gerakan yang diperlukan untuk memproduksi suara, suku kata, atau kata-kata dengan benar)., cerebral palsy(adalah sekelompok gangguan yang mempengaruhi kemampuan bergerak dan mempertahankan postur tubuh, yang disebabkan oleh kerusakan pada otak yang terjadi selama perkembangan otak janin, saat lahir, atau segera setelahnya), atau gangguan motorik oral(adalah suatu kondisi yang dapat memengaruhi kemampuan berbicara, menelan, dan mengunyah). Tekniknya dengan latihan sistematis untuk meningkatkan penempatan oral pada bunyi wicara. Menunjukkan cara menggerakkan otot mulut dengan benar untuk menghasilkan bunyi. Contohnya terapis menunjukkan kepada anak bagaimana lidah harus diletakkan di belakang gigi depan saat mengucapkan bunyi "t". Terapis  menggunakan cermin agar anak dapat melihat pergerakan lidah mereka sendiri, mengajarkan anak bagaimana memposisikan lidah, bibir, dan rahang untuk bunyi tertentu, contohnya menggunakan stik atau jari untuk membantu anak memahami di mana lidah harus diletakkan untuk bunyi "s". Terapis dapat memberikan latihan manual dengan menggunakan jari untuk menggeser lidah ke tempat yang tepat, melatih anak agar dapat mengulangi gerakan dengan benar secara konsisten. Contohnya setelah anak mempelajari posisi yang benar, terapis meminta anak melakukan latihan pengucapan beberapa kali, seperti mengucapkan "sssss" sambil memastikan lidah berada di posisi yang tepat.Terapis memberikan latihan di rumah, meminta anak untuk menemukan kata-kata yang mengandung bunyi "s" dan berlatih mengucapkannya dalam kalimat.
5. (Dynamic Temporal and Tactile Cueing - DTTC) adalah pendekatan terapi wicara yang dirancang khusus untuk membantu individu, terutama anak-anak, yang mengalami kesulitan dalam perencanaan motorik berbicara, seperti yang terjadi pada kondisi Apraxia (adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan untuk menggerakkan otot yang diperlukan untuk berbicara, Individu dengan apraxia mengetahui apa yang ingin mereka katakan tetapi mengalami kesulitan dalam menyusun gerakan yang diperlukan untuk memproduksi suara, suku kata, atau kata-kata dengan benar). Terapi ini melibatkan penggunaan berbagai jenis pengingat atau cue yang diberikan secara bertahap dalam bentuk auditori (suara) dan visual, sehingga membantu anak memahami kapan dan bagaimana menggerakkan otot-otot untuk berbicara. Contohnya terapis bisa memberikan aba-aba suara yang mengindikasikan kapan anak harus mulai menggerakkan lidah atau bibir untuk membentuk suara tertentu. Menggunakan sentuhan atau tekanan fisik untuk membantu anak merasakan gerakan yang diperlukan dalam menghasilkan bunyi ,contohnyaterapis dapat menggunakan jari mereka untuk memberikan arahan pada lidah atau bibir saat anak berusaha mengeluarkan suara, seperti menempatkan jari di bawah dagu anak untuk mendorong gerakan yang tepat saat berbicara,dengan pengulangan yang konsisten dan dukungan yang memadai untuk membangun kemampuan motorik berbicara, jika anak berhasil dengan suara tunggal, terapis dapat meningkatkan tantangan dengan meminta anak untuk membentuk suku kata atau kata-kata yang lebih kompleks.
Langkah-Langkah Umum Dalam Terapi DTTC:
Modeling :
Terapis pertama-tama menunjukkan cara mengucapkan bunyi yang tepat dengan memberikan model suara dan gerakan mulut.
6.(Lee Silverman Voice Treatment - LSVT LOUD adalah program terapi suara yang dirancang khusus untuk membantu individu dengan gangguan suara, terutama mereka yang menderita penyakit Parkinson dan kondisi neurologis lainnya yang memengaruhi kemampuan berbicara.
Untuk meningkatkan volume suara dan komunikasi fungsional. Pasien dilatih untuk berbicara dengan volume tinggi (LOUD), terapis memberikan umpan balik langsung tentang vokal mereka dan membantu mengatur volume dengan teknik vocal, selain latihan, pasien juga terlibat dalam aktivitas berbicara yang melibatkan kata-kata, kalimat, dan frasa yang dirancang untuk aplikasi sehari-hari.
7.Integrated Phonological Awareness -- IPA adalah pendekatan dalam terapi wicara yang menggabungkan kesadaran fonologis dengan praktik produksi wicara. Tujuan utama dari IPA adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca dan berbicara anak-anak dengan gangguan bunyi wicara. Aktivitas mengidentifikasi bunyi awal contoh aktivitasnya Terapis menunjukkan gambar berbagai objek (misalnya, kucing, bola, rumah) dan meminta anak untuk mengidentifikasi bunyi awal dari setiap kata. Tanya jawab : "Apa bunyi pertama dari kata 'kucing'?" untuk meningkatkan kesadaran fonologis dengan fokus pada bunyi awal, sambil melatih anak untuk memproduksi bunyi tersebut dengan benar. Permainan rima contoh aktivitasnya menggunakan permainan rima, terapis meminta anak untuk menemukan kata-kata yang berima, seperti "kat" dan "bat". Latihan Ucapan : "Sebutkan kata lain yang berima dengan 'kat'." Untuk meningkatkan kesadaran terhadap pola bunyi dan melatih produksi bunyi dalam konteks berbicara. Pengulangan suku kat contoh aktivitasnya Terapis mengucapkan suku kata tertentu (misalnya, "ma", "mi", "mu") dan meminta anak untuk mengulangnya.Variasinya terapis juga dapat menggabungkan suku kata untuk membentuk kata sederhana, seperti "mama" atau "mimi" untukembantu anak belajar bagaimana menyusun bunyi menjadi suku kata dan kata. Latihan menggunakan kata dalam kalimat contoh aktivitasnya Setelah anak dapat mengucapkan bunyi atau kata tertentu, minta mereka untuk menggunakannya dalam kalimat, misalnya, setelah latihan kata "mata", tanyakan: "Bisa kamu buat kalimat dengan kata 'mata'?" Contoh Kalimat : "Mata saya besar." Untuk mengintegrasikan kesadaran fonologis dengan kemampuan berbicara dalam kalimat. Bermain mengubah bunyi contoh aktivitasnya terapis memberikan sebuah kata dan meminta anak untuk mengubah satu bunyi menjadi bunyi lain. Misalnya, "Ubah bunyi pertama di kata 'sapi' menjadi 't' sehingga menjadi 'tapi', latihan ini meningkatkan kesadaran fonologis dan membantu anak memahami bagaimana perubahan bunyi dapat mengubah arti kata. Aktivitas menyanyi contoh aktivitasnya menggunakan lagu-lagu sederhana yang melibatkan rima dan pengulangan bunyi, terapis dapat meminta anak untuk menyanyi dengan menekankan bunyi tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H