Mohon tunggu...
Yan Cahyadi Anas
Yan Cahyadi Anas Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Nama saya Yan Cahyadi Anas seorang penggemar fun run yang selalu mencari tantangan baru untuk menjaga kebugaran dan kesehatan. Saya dikenal sebagai pribadi yang optimis dan mudah bergaul, sehingga membuat saya memiliki banyak teman. Hobi saya yang lain adalah traveling; saya sangat menikmati menjelajahi tempat-tempat baru, mengeksplor budaya, dan mencicipi kuliner lokal saat berpergian. Selain itu, saya juga penggemar sepak bola yang mengikuti liga dan tim favorit dengan penuh semangat. Aktivitas-aktivitas ini membuat hidup saya lebih berwarna dan menyenangkan, dan saya selalu berusaha membagikan pengalaman tersebut melalui konten-konten favorit saya di media sosial

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Terapi Wicara "Suatu Bentuk Terapi untuk Membantu Individu yang Mengalami Kesulitan Komunikasi"

16 Januari 2025   19:30 Diperbarui: 16 Januari 2025   19:22 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dikutip dari Kemenkes Direktorat Jendral Kesehatan Lanjutan

a.Kesadaran fonologis dengan latihan Identifikasi bunyi, mengajak anak untuk mendengarkan dan mengidentifikasi bunyi dalam kata-kata, misalnya, menunjuk pada gambar dan meminta anak untuk menyebutkan bunyi awal atau akhir dari kata tersebut. Mengelompokkan  kata-kata berdasarkan bunyi yang sama; misalnya, kata yang diawali dengan bunyi s (seperti "sapi," "sepeda," "sandal").

b.Penerapan permainan bunyi, dengan permainan interaktif yang berfokus pada bunyi, di mana anak akan menandai kata sesuai dengan bunyi yang didengar. Menggunakan kartu gambar untuk memperkenalkan bunyi dalam konteks, anak-anak  diminta untuk membedakan dan mengelompokkan kartu berdasarkan bunyi yang mereka dengar dan lihat.

c.Teknik produksi bunyi dengan menerapkan teknik pengulangan, di mana anak diinstruksikan untuk mengulang bunyi atau kata dalam konteks yang berbeda. Misalnya, setelah mengidentifikasi bunyi, anak diminta untuk mengulangnya dalam kalimat. Menggunakan penekanan suara untuk mengajarkan anak bagaimana menekankan bunyi tertentu dalam kata, ini membantu mereka memahami bagaimana bunyi tersebut berfungsi dalam membuat perbedaan makna.

d.Generalization adalah latihan di berbagai kontek yaitu setelah anak dapat mengenali dan memproduksi bunyi secara tepat dalam satu konteks, terapis akan membawa mereka untuk menggunakan bunyi tersebut dalam konteks yang lebih luas, seperti dalam kalimat atau percakapan sehari-hari, menggunaan kata-kata baru untuk endorong anak untuk menerapkan bunyi yang telah dipelajari ke kata-kata yang belum pernah mereka gunakan sebelumnya.

e.Pendekatan berbasis cerita dengan bercerita bersama  menggunakan buku cerita atau narasi, di mana terapis dan anak berkolaborasi dalam menceritakan kisah, ini tidak hanya membantu dalam pengenalan bunyi tetapi juga meningkatkan keterampilan bahasa secara keseluruhan, menyusun cerita dengan meminta anak membuat cerita menggunakan kata-kata dengan bunyi tertentu, membantu mereka berlatih secara aktif.

f.Penggunaan teknologi menggunakan aplikasi dan permainan berbasis teknologi yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran fonologis dan memfasilitasi praktik bunyi, misalnya menggunakan video yang memperagakan bunyi dengan cara yang menarik, yang dapat membantu anak-anak memahami koneksi bunyi dengan gambar dan konsep.

2.Terapi Artikulasi (Articulation Therapy - AT) untuk mengoreksi bunyi wicara tertentu, yang digunakan untuk anak-anak dengan gangguan artikulasi (adalah gangguan kesulitan dalam memproduksi bunyi-bunyi tertentu secara jelas dan tepat saat berbicara). Tekniknya, diawali dengan membangun kepercayaan anak  untuk mengurangi kecemasan anak dengan menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan selama sesi terapi, dilanjutkan dengan demonstrasi bunyi dengan  menunjukkan cara mengucapkan bunyi yang bermasalah dengan jelas, termasuk posisi lidah, bibir, dan rahang, dengan menggunakan cermin sehingga anak dapat melihat gerakan mulut mereka sendiri. Pendekatan langsung dengan menggunakan model pengucapan yang benar dan membiarkan anak meniru bunyi setelah melihat dan mendengar cara yang benar. Latihan produksi bunyi tunggal dimulai dengan bunyi per-bunyi, mengajarkan anak untuk memproduksi bunyi tertentu tanpa kata atau kalimat(misalnya suara binatang). Setelah anak dapat mengucapkan bunyi dengan benar, lanjutkan dengan pengenalan kata-kata sederhana yang mengandung bunyi tersebut. Misalnya, jika fokusnya pada bunyi "s", gunakan kata-kata seperti "sun" atau "sip.". Setelah anak terbiasa dengan kata-kata, ajarkan anak untuk mengucapkan bunyi dalam kalimat yang lebih panjang. Misalnya, "Singa sedang tidur." Lakukan latihan yang sama secara berulang untuk memperkuat keterampilan yang dipelajari. Pengulangan adalah kunci untuk menciptakan kebiasaan baru dalam produksi bunyi. Berikan pujian atau penghargaan ketika anak berhasil mengucapkan bunyi dengan benar untuk menguatkan kepercayaan diri anak.

Ajak anak untuk menggunakan bunyi yang telah dipelajari dalam konteks yang berbeda, seperti bermain, berbicara dengan teman, atau dalam aktivitas sehari-hari. Ini membantu anak belajar untuk menggunakan bunyi di luar sesi terapi.

3.Terapi Suara (Voice Therapy) untuk mengobati gangguan suara seperti disfonia fungsional

(adalah gangguan suara akibat penggunaan suara yang tidak tepat atau berlebihan, tanpa adanya kelainan fisik yang terdeteksi pada  pita suara, Suara terdengar serak, lemah, tegang, atau kehilangan intonasi alami, penyebabnya bicara keras atau berteriak dalam waktu lama,stres dan kecemasan). Terapi ini efektif untuk gangguan suara dan terkait nada.Tekniknya dengan Latihan pernapasan yang tepat untuk mendukung kemampuan berbicara (misalnya, pernapasan diafragma), relaksasi untuk mengurangi ketegangan pada otot pita suara modifikasi perilaku cara berbicara, lebih santai.

4.Oral Placement Therapy -- OPT  adalah konsep teori pembelajaran motorik dengan latihan spesifik yang bertujuan untuk membantu individu (terutama anak-anak) memahami dan melakukan gerakan yang diperlukan untuk memproduksi bunyi secara efektif untuk menghadapi kesulitan berbicara akibat gangguan perkembangan, seperti Apraxia (adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan untuk menggerakkan otot yang diperlukan untuk berbicara, Individu dengan apraxia mengetahui apa yang ingin mereka katakan tetapi mengalami kesulitan dalam menyusun gerakan yang diperlukan untuk memproduksi suara, suku kata, atau kata-kata dengan benar)., cerebral palsy(adalah sekelompok gangguan yang mempengaruhi kemampuan bergerak dan mempertahankan postur tubuh, yang disebabkan oleh kerusakan pada otak yang terjadi selama perkembangan otak janin, saat lahir, atau segera setelahnya), atau gangguan motorik oral(adalah suatu kondisi yang dapat memengaruhi kemampuan berbicara, menelan, dan mengunyah). Tekniknya dengan latihan sistematis untuk meningkatkan penempatan oral pada bunyi wicara. Menunjukkan cara menggerakkan otot mulut dengan benar untuk menghasilkan bunyi. Contohnya terapis menunjukkan kepada anak bagaimana lidah harus diletakkan di belakang gigi depan saat mengucapkan bunyi "t". Terapis  menggunakan cermin agar anak dapat melihat pergerakan lidah mereka sendiri, mengajarkan anak bagaimana memposisikan lidah, bibir, dan rahang untuk bunyi tertentu, contohnya menggunakan stik atau jari untuk membantu anak memahami di mana lidah harus diletakkan untuk bunyi "s". Terapis dapat memberikan latihan manual dengan menggunakan jari untuk menggeser lidah ke tempat yang tepat, melatih anak agar dapat mengulangi gerakan dengan benar secara konsisten. Contohnya setelah anak mempelajari posisi yang benar, terapis meminta anak melakukan latihan pengucapan beberapa kali, seperti mengucapkan "sssss" sambil memastikan lidah berada di posisi yang tepat.Terapis memberikan latihan di rumah, meminta anak untuk menemukan kata-kata yang mengandung bunyi "s" dan berlatih mengucapkannya dalam kalimat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun