5. (Dynamic Temporal and Tactile Cueing - DTTC) adalah pendekatan terapi wicara yang dirancang khusus untuk membantu individu, terutama anak-anak, yang mengalami kesulitan dalam perencanaan motorik berbicara, seperti yang terjadi pada kondisi Apraxia (adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan untuk menggerakkan otot yang diperlukan untuk berbicara, Individu dengan apraxia mengetahui apa yang ingin mereka katakan tetapi mengalami kesulitan dalam menyusun gerakan yang diperlukan untuk memproduksi suara, suku kata, atau kata-kata dengan benar). Terapi ini melibatkan penggunaan berbagai jenis pengingat atau cue yang diberikan secara bertahap dalam bentuk auditori (suara) dan visual, sehingga membantu anak memahami kapan dan bagaimana menggerakkan otot-otot untuk berbicara. Contohnya terapis bisa memberikan aba-aba suara yang mengindikasikan kapan anak harus mulai menggerakkan lidah atau bibir untuk membentuk suara tertentu. Menggunakan sentuhan atau tekanan fisik untuk membantu anak merasakan gerakan yang diperlukan dalam menghasilkan bunyi ,contohnyaterapis dapat menggunakan jari mereka untuk memberikan arahan pada lidah atau bibir saat anak berusaha mengeluarkan suara, seperti menempatkan jari di bawah dagu anak untuk mendorong gerakan yang tepat saat berbicara,dengan pengulangan yang konsisten dan dukungan yang memadai untuk membangun kemampuan motorik berbicara, jika anak berhasil dengan suara tunggal, terapis dapat meningkatkan tantangan dengan meminta anak untuk membentuk suku kata atau kata-kata yang lebih kompleks.
Langkah-Langkah Umum Dalam Terapi DTTC:
Modeling :
Terapis pertama-tama menunjukkan cara mengucapkan bunyi yang tepat dengan memberikan model suara dan gerakan mulut.
6.(Lee Silverman Voice Treatment - LSVT LOUD adalah program terapi suara yang dirancang khusus untuk membantu individu dengan gangguan suara, terutama mereka yang menderita penyakit Parkinson dan kondisi neurologis lainnya yang memengaruhi kemampuan berbicara.
Untuk meningkatkan volume suara dan komunikasi fungsional. Pasien dilatih untuk berbicara dengan volume tinggi (LOUD), terapis memberikan umpan balik langsung tentang vokal mereka dan membantu mengatur volume dengan teknik vocal, selain latihan, pasien juga terlibat dalam aktivitas berbicara yang melibatkan kata-kata, kalimat, dan frasa yang dirancang untuk aplikasi sehari-hari.
7.Integrated Phonological Awareness -- IPA adalah pendekatan dalam terapi wicara yang menggabungkan kesadaran fonologis dengan praktik produksi wicara. Tujuan utama dari IPA adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca dan berbicara anak-anak dengan gangguan bunyi wicara. Aktivitas mengidentifikasi bunyi awal contoh aktivitasnya Terapis menunjukkan gambar berbagai objek (misalnya, kucing, bola, rumah) dan meminta anak untuk mengidentifikasi bunyi awal dari setiap kata. Tanya jawab : "Apa bunyi pertama dari kata 'kucing'?" untuk meningkatkan kesadaran fonologis dengan fokus pada bunyi awal, sambil melatih anak untuk memproduksi bunyi tersebut dengan benar. Permainan rima contoh aktivitasnya menggunakan permainan rima, terapis meminta anak untuk menemukan kata-kata yang berima, seperti "kat" dan "bat". Latihan Ucapan : "Sebutkan kata lain yang berima dengan 'kat'." Untuk meningkatkan kesadaran terhadap pola bunyi dan melatih produksi bunyi dalam konteks berbicara. Pengulangan suku kat contoh aktivitasnya Terapis mengucapkan suku kata tertentu (misalnya, "ma", "mi", "mu") dan meminta anak untuk mengulangnya.Variasinya terapis juga dapat menggabungkan suku kata untuk membentuk kata sederhana, seperti "mama" atau "mimi" untukembantu anak belajar bagaimana menyusun bunyi menjadi suku kata dan kata. Latihan menggunakan kata dalam kalimat contoh aktivitasnya Setelah anak dapat mengucapkan bunyi atau kata tertentu, minta mereka untuk menggunakannya dalam kalimat, misalnya, setelah latihan kata "mata", tanyakan: "Bisa kamu buat kalimat dengan kata 'mata'?" Contoh Kalimat : "Mata saya besar." Untuk mengintegrasikan kesadaran fonologis dengan kemampuan berbicara dalam kalimat. Bermain mengubah bunyi contoh aktivitasnya terapis memberikan sebuah kata dan meminta anak untuk mengubah satu bunyi menjadi bunyi lain. Misalnya, "Ubah bunyi pertama di kata 'sapi' menjadi 't' sehingga menjadi 'tapi', latihan ini meningkatkan kesadaran fonologis dan membantu anak memahami bagaimana perubahan bunyi dapat mengubah arti kata. Aktivitas menyanyi contoh aktivitasnya menggunakan lagu-lagu sederhana yang melibatkan rima dan pengulangan bunyi, terapis dapat meminta anak untuk menyanyi dengan menekankan bunyi tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H