ABSTRAK
Artikel ini menyajikan profil demografi jemaah haji serta rekapitulasi layanan kesehatan yang diberikan selama pelaksanaan ibadah haji di Kloter BTH 01 Tahun 2024,jemaah haji BTH 01 tahun 2024 adalah kelompok terbang gabungan jemaah dari 4 Kabupaten Kota di Provinsi Kepulauaun Riau yaitu,Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan,dan Kabupaten Natuna, data yang dihimpun menunjukkan karakteristik jemaah, perilaku kesehatan, serta prevalensi penyakit yang terjadi di antara jemaah, melalui informasi yang diperoleh, dokumentasi ini bertujuan memberikan gambaran komprehensif mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan jemaah haji. Penelitian ini juga berfokus pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan dan kesehatan jemaah, terutama bagi mereka yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi.
PENDAHULUAN
Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat fisik dan finansial. Selama tahun-tahun terakhir, pelaksanaan ibadah haji menarik perhatian tidak hanya dari kalangan jamaah, tetapi juga dari pemerintah serta lembaga kesehatan. Setiap tahun, jutaan umat muslim dari seluruh dunia berkumpul di tanah suci untuk melaksanakan rukun islam ini, dengan demikian, pengelolaan kesehatan jemaah menjadi aspek yang sangat penting dalam menjamin keselamatan dan kenyamanan selama pelaksanaan ibadah.
Kesehatan jemaah haji menjadi faktor krusial karena banyak di antara mereka yang berasal dari kelompok rentan, seperti lansia dan individu dengan penyakit penyerta atau komorbid seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung, berdasarkan pengalaman di tahun-tahun sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa  kondisi kesehatan yang kurang baik berpotensi memperburuk kualitas pengalaman ibadah, oleh karena itu, perhatian yang cukup terhadap pelayanan kesehatan jemaah merupakan keharusan agar pelaksanaan ibadah dapat berjalan lancar.
Ketika berbicara tentang layanan kesehatan, dua aspek yang memegang peranan penting adalah ketersediaan layanan dan pemahaman kesehatan jemaah. Pemahaman tentang kondisi kesehatan dan persiapan yang baik dapat meningkatkan pengalaman ibadah, mencegah kejadian buruk, serta menjamin bahwa jemaah mampu menjalankan ibadah dengan baik. Artikel ini akan memberikan ringkasan tentang bagaimana jemaah dapat diperlakukan dan dikelola dalam konteks pelayanan kesehatan selama pelaksanaan ibadah haji.
METODOLOGI
Dalam artikel ini, data yang disajikan bersumber dari catatan administrasi kesehatan yang dilakukan selama pelaksanaan haji, mencakup profil jemaah, layanan kesehatan yang diberikan, serta jenis penyakit yang umum terjadi di kalangan jemaah. Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai metode, termasuk observasi langsung, pencatatan medis oleh tenaga kesehatan, serta wawancara dengan jemaah selama masa ibadah.
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik jemaah dan pola pelayanan kesehatan, data yang diperoleh akan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori yang relevan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai kondisi kesehatan jemaah sepanjang pelaksanaan ibadah haji.
HASIL
Tabel Demografi Jemaah Haji Kloter BTH01 Tahun  2024
Profil JemaahÂ
Â
Jumlah
Jemaah Laki-laki    Â
197
Jemaah Wanita
244
Total Jemaah BTH 01 Tahun 2024
441
Jemaah > 60 Tahun
156
Jemaah < 60 Tahun dengan Komorbid (HT, DM, Penyakit Jantung, PPOK
129
Total Jemaah Risiko Tinggi
285
Tenaga Kesehatan Kloter
3
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa jumlah jemaah wanita lebih tinggi dibandingkan dengan jemaah laki-laki, dengan rasio jemaah wanita mencapai hampir 55% hal ini menunjukkan adanya minat yang lebih besar dari perempuan untuk melaksanakan ibadah haji. Sebanyak 156 jemaah berusia di atas 60 tahun, dan 129 individu di bawah usia tersebut mempunyai komorbid seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis), hal ini mengindikasikan bahwa 285 jemaah, atau sekitar 64% , termasuk dalam kategori risiko tinggi. Populasi ini memberikan tantangan tambahan, karena mereka dapat mengalami komplikasi kesehatan yang lebih serius selama pelaksanaan haji, yang memerlukan perhatian medis lebih lanjut. Jemaah dengan kursi roda berjumlah 28 orang, yang menunjukkan perlunya aksesibilitas dan dukungan dalam melakukan rangkaian ibadah haji, dalam konteks ini, keberadaan tenaga kesehatan menjadi sangat krusial. Kloter BTH 01 memiliki tiga orang tenaga Kesehatan, 1 orang dokter dan 2 orang paramedis yang bertugas melakukan pengecekan kesehatan rutin, memberikan informasi, dan merespons keadaan darurat.
Tabel Pelayanan kesehatan BTH01 Tahun 2024
Layanan
Jumlah
Rawat Jalan di Kloter
940
Rawat inap di Kloter
27
Rujuk KKHI / RSAS
3
Tidak Bawa Obat Pribadi
62
Meninggal di RSAS
1
Data menunjukkan bahwa 940 dari total jemaah mendapat perawatan secara rawat jalan, yang mencerminkan frekuensi kunjungan yang tinggi terhadap layanan kesehatan yang disediakan. Tingginya angka ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, antara lain perubahan cuaca, kelelahan, serta stres emosional yang sering dialami oleh jemaah dalam menjalankan ibadah.
Sebanyak 27 jemaah memerlukan perawatan lebih lanjut di kloter, dan ada tiga jemaah yang perlu dirujuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) atau rumah sakit setempat (RSAS). Selain itu, terdapat 62 jemaah yang dilaporkan tidak membawa obat pribadi, kondisi ini merupakan masalah serius, karena jemaah dengan kondisi medis tertentu sangat bergantung pada obat pribadi yang dibawa sesuai perawatan yang di dapat selama di tanah air, dalam situasi ini, jemaah yang tidak membawa obat pribadi berisiko tinggi untuk mengalami kekambuhan penyakit yang di derita selama melaksanakan ibadah. 1jemaah  meninggal setelah 14 hari dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi dengan Penyakit Jantung Koroner.
Tabel Kunjungan Penyakit Terbanyak
Penyakit / Kode ICD X
Jumlah Kunjungan
ISPA (J00-J006)
513
Hipertensi (I10)
338
Diabetes Mellitus ( E11)
89
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menduduki peringkat teratas  sebanyak 513 kunjungan, ini menunjukkan bahwa ISPA menjadi masalah utama yang dihadapi oleh jemaah haji. Penyakit ini sering kali muncul akibat faktor lingkungan dan kepadatan jemaah saat ritual ibadah yang berpotensi menularkan virus dan bakteri,kondisi ini bisa dicegah dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat selama di kerumunan dan selama di pemondokan meliputi memakai masker, dan mencuci tangan.  Hipertensi dan diabetes mellitus menyusul sebagai penyakit yang paling sering dijumpai dengan masing-masing 338 dan 89 kunjungan. Hipertensi, yang merupakan penyakit yang sering dihadapi oleh individu berusia lanjut, sangat memerlukan minum obat secara terartur , menghindari kelelahan dan pemantauan  yang tepat, untuk mencegah kekambuhan. Diabetes mellitus juga perlu dikelola dengan seksama, terutama dalam hal kepatuhan minum obat, pengendalian diet dan pemantauan kadar gula darah rutin  1 minggu sekali selama pelaksanaan ibadah.
DISKUSI
Hasil dari pengamatan ini memberikan gambaran yang jelas akan tantangan kesehatan yang dihadapi oleh jemaah haji di Kloter BTH 01, populasi jemaah yang terdiri dari banyak orang dengan kondisi kesehatan yang bervariasi menuntut perhatian yang serius, tingginya persentase jemaah dengan komorbid serta kelompok usia lanjut juga menciptakan kebutuhan yang mendesak terhadap pelayanan kesehatan yang memadai dan responsif.
Komunikasi antara tenaga kesehatan dan jemaah merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan, secara khusus, tenaga kesehatan di setiap kloter harus dibekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menangani berbagai kondisi medis yang mungkin muncul, dengan membuat jejaring dengan ketua regu dan ketua rombongan yang membawahi jemaah haji sebagai kader kesehatan untuk memantau kondisi darurat, jamaah sakit, menyampaikan pesan perilaku hidup bersih dan sehat, dan edukasi kesehatan yang memadai untuk membantu jemaah memahami kondisi mereka sendiri dan mengetahui kapan mereka perlu mencari pertolongan medis, melalui grup whatsapp tiap regu dan tiap rombongan, dan mengatur  jadwal  kunjungan ke kamar kamar untuk memantau kondisi jemaah.
Tenaga kesehatan di BTH 01 bukan hanya memberikan pelayanan medis, mereka juga berperan dalam memberikan edukasi terkait gaya hidup dan tindakan pencegahan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko komplikasi kesehatan, misalnya, memberikan informasi tentang pentingnya enam langkah cuci tangan, menghindari tempat yang padat, serta mengenakan masker saat berkumpul di tempat umum, menyampaikan kondisi cuaca, menyampaikan informasi penting dari sektor dan daerah kerja selama di Arab Saudi, menentukan jamaah yang akan safari wukuf, merujuk jemaah yang memerlukan perawatan ke Klinik Kesehatan Haji atau ke Rumah Sakit Arab Saudi.
KESIMPULAN
Profil jemaah dan data layanan kesehatan yang disajikan di Kloter BTH 01 Tahun 2024 menunjukkan bahwa sebagian besar jemaah berada dalam kategori risiko tinggi. Tingginya jumlah jemaah dengan komorbiditas, ditambah dengan usia lanjut, memberikan tantangan tersendiri bagi pengelola haji dan tenaga Kesehatan, keberadaan data yang akurat dan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan jemaah dapat membantu dalam merancang strategi atau kebijakan kesehatan yang lebih efektif.
Melalui data statistik dan pengalaman di lapangan, dapat ditarik kesimpulan bahwa meningkatkan pengetahuan yang baik mengenai kesehatan jemaah merupakan langkah utama. Selain itu, penting pula untuk meningkatkan , program edukasi, dan pendekatan komunikasi untuk mendukung jemaah dalam mengenali tanda-tanda peringatan terkait kesehatan mereka.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa rekomendasi penting dapat diusulkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di masa mendatang:
Peningkatan kapasitas tenaga medis, melalui program pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi tenaga medis harus diadakan secara berkala, termasuk penanganan kondisi medis jemaah serta penyuluhan kesehatan pra-keberangkatan, ini penting untuk meningkatkan respons terhadap masalah kesehatan yang mungkin muncul serta untuk memastikan bahwa semua jemaah mendapat perhatian yang layak.
Edukasi kepada Jemaah mencakup  program edukasi yang intensif bagi jemaah tentang pentingnya membawa obat-obatan dan informasi medis yang relevan sebelum berangkat. Edukasi ini dapat mencakup cara mengenali gejala dari penyakit yang berpotensi muncul, pentingnya adherensi pada pengobatan, serta tindakan yang perlu diambil saat menghadapi masalah kesehatan.
Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengeksplorasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesehatan jemaah haji serta untuk meningkatkan sistem informasi dan pencegahan penyakit di masa yang akan datang, hal ini termasuk melakukan survei mendalam mengenai kebiasaan makan, pola tidur, aktivitas fisik, dan tingkat stres yang dialami jemaah selama masa haji.
Keterlibatan keluarga dengan meliibatkan keluarga jemaah dalam proses pengawasan kesehatan, melibatkan anggota keluarga dalam memberikan dukungan emosional dan fisik kepada jemaah yang memiliki risiko tinggi dapat mendukung keberhasilan kesehatan jemaah selama pelaksanaan ibadah haji.
Kampanye kesadaran untuk  kesadaran kesehatan bagi masyarakat umum yang tertarik untuk pergi haji dengan erja sama dengan lembaga pemerintah dan lembaga kesehatan lokal dalam memfasilitasi program-program pencegahan sebelum keberangkatan juga sangat penting.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan keselamatan dan kesehatan jemaah haji  dapat melaksanakan ibadah dengan tenang dan khusyuk,dan tumbuh  kesadaran akan pentingnya kesehatan, serta kesinambungan dalam pelayanan kesehatan merupakan kunci untuk menurunkan angka kejadian penyakit pada jemaah, dengan demikian, perjalanan haji yang suci ini dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya dan memberikan manfaat baik secara spiritual maupun kesehatan bagi semua jemaah.
PENUTUP
Melalui laporan ini, kami mengajak menciptakan lingkungan yang aman dan sehat selama pelaksanaan ibadah haji, Â kebersamaan dalam menjaga kesehatan selama periode ibadah haji tidak hanya menguntungkan individu jemaah, tetapi juga memperkuat komunitas muslim secara keseluruhan dalam menjalankan ibadah dengan baik dan khusyuk, mari kita manfaatkan pengalaman ini untuk melangkah lebih baik di masa mendatang, sehingga ibadah haji dapat menjadi pengalaman yang penuh berkah bagi semua umat muslim.Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H