Mohon tunggu...
Yan Baptista
Yan Baptista Mohon Tunggu... Ilustrator - pekerja dan penikmat seni, kartunis, ilustrator & desainer grafis, comedy story writer & teller, sepakbolamania, penyuka film semua genre. suka damai.

pekerja dan penikmat seni, kartunis, ilustrator & desainer grafis, comedy story writer & teller, sepakbolamania, penyuka film semua genre. suka damai.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki di Commuter Line

28 Maret 2018   17:05 Diperbarui: 29 Maret 2018   08:35 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba seorang petugas security stasiun menghampiri Astrid.

"Maaf mbak,...ini untuk mbak..." kata si petugas sambil memberikan sebuah kertas terlipat empat.

"...seorang laki-laki menitipkan ini untuk mbak" lanjut si petugas.

Astrid kaget. Diterimanya kertas terlipat itu tapi tak segera ia buka.

"Dimana laki-laki itu mas?" tanya Astrid penuh selidik.

"Wah,mana ya?... rasanya dia sudah pergi mbak.." jawab si petugas tampak bodoh.

"O ya sudah mas. Terima kasih ya!"

Astrid bergegas menuju mobilnya di parkiran. Kertas terlipat yang baru saja ia terima, ia masukkan ke dalam tas. Honda Brio silver milik Astrid tak lama kemudian pergi meninggalkan stasiun.

Sampai di rumah, Astrid masuk ke kamar dan duduk di ujung ranjang tidurnya. Dikeluarkannya kertas terlipat tadi. Tak ada kecurigaan apa-apa. Hanya rasa penasaran yang menghinggap di pikirannya. Astrid yakin pasti kertas ini berasal dari lelaki di commuter line tadi. Hm, siapa sih, sebenarnya lelaki ini?

Astridpun membuka kertas terlipat itu. Cukup banyak tulisan yang tertera disana. Tulisannya terlihat kurang rapi tapi tetap bisa terbaca. Mungkin ditulis saat berada dalam kereta. Tetapi isinya sungguh membuat Astrid terhenyak.

Maaf jika saya keliru. Tapi saya yakin kamu adalah adik kandung saya. Waktu kamu berumur satu tahun, bapak sama ibu terpaksa memberikan kamu pada keluarga bapak dan ibu Krisna pengusaha kaya itu. Waktu itu kamu sakit-sakitan dan bapak sama ibu tidak ingin kamu hidup susah. Sekarang bapak sama ibu sudah tiada. Saya sekarang sudah berkeluarga dan punya dua anak. Nama saya Ahmad Handoyo. Dan dulu nama kamu adalah Etri Handayani. Maaf, kamu juga punya tahi lalat besar di bagian bawah paha kanan. Maaf saya tidak ingin mengganggu hidup kamu. Tapi saya bersyukur kamu sudah dewasa dan hidup bahagia. Tetaplah kamu hormati bapak dan ibu Krisna yang telah membesarkan kamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun