Mohon tunggu...
Yan Baptista
Yan Baptista Mohon Tunggu... Ilustrator - pekerja dan penikmat seni, kartunis, ilustrator & desainer grafis, comedy story writer & teller, sepakbolamania, penyuka film semua genre. suka damai.

pekerja dan penikmat seni, kartunis, ilustrator & desainer grafis, comedy story writer & teller, sepakbolamania, penyuka film semua genre. suka damai.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Victoria

23 Maret 2018   14:07 Diperbarui: 23 Maret 2018   14:25 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul 21.00

Sedan hatchback putih itu memasuki parkiran apartemen. Diaz mengarahkannya ke tempat parkir yang lengang. Diaz turun lalu membukakan pintu mobil, Victoria keluar dari dalam mobil dan melangkah dengan lincah menuju bangunan apartemen. Tak lupa Victoria melempar senyum manis kearah Diaz.

Diaz menebar pandangan ke seluruh ruang apartemen milik Victoria. Ini kali pertama Diaz berkunjung kesini. Semuanya tertata rapi dan berkonsep. Beberapa foto terpajang dengan artistik di dinding dan beberapa tertata di credenza. Sofa merah modern yang berada di tengah ruangan seakan tegak menantang siapapun untuk mendudukinya. Diaz berjalan mendekat mengamati foto-foto tadi satu persatu. Kebanyakan foto-foto Victoria dalam berbagai pose nan cantik dan seksi. Beberapa ada foto-foto orang lain. Mungkin family atau sanak saudara.

"Hey, duduklah Diaz, aku mandi dan ganti baju dulu ya sebentar..." suara Victoria mengagetkan Diaz.

"Oke Vic,..." jawab Diaz singkat lalu duduk di sofa merah tadi.

Victoria pun berlalu. Tak lama terdengar suara air mengucur dari shower.

Diaz belum lama mengenal Victoria. Wanita lajang 29 tahun cantik nan atraktif itu baru lima bulan bergabung di agensi periklanan tempatnya bekerja sebagai Senior Creative Director. Posturnya tinggi semampai berleher jenjang, hidungnya mancung dan pandai berdandan. Sungguh tampilan wanita yang sempurna menawan. Konon Victoria jebolan sekolah desain terkenal di luar negeri. Victoria memang smart dan kreatif. Beberapa iklan pemenang award di Thailand adalah hasil kerja Victoria. Diaz senang bekerja sama dengannya membahas konsep kreatif iklan-iklan yang akan mereka garap. Bahkan saking asiknya brainstorming bersama, tak jarang Diaz dan Victoria berada di kantor sampai larut malam. Atau membahas pekerjaan kantor sambil nongkrong di coffee shop.

Sudah sebulan ini Diaz selalu pulang ke rumah di atas pukul sepuluh-sebelas malam. Diaz seakan tidak peduli dengan Amelia istrinya dan Angel sang buah hati yang baru berusia satu tahun yang selalu menunggunya di rumah. Diaz larut dalam keasikkan kerjanya bersama Victoria. Tak jarang hari Sabtu atau Minggu pun Diaz pergi keluar menemui Victoria untuk makan siang berdua sambil membahas pekerjaan. Rekan-rekan kantorpun mulai kasak kusuk soal kedekatan mereka.

Pukul 21.18

Victoria keluar dari kamar, wangi tubuhnya memenuhi atmosfer ruangan. Rambutnya yang panjang kecoklatan tergerai sedikit acak-acakan. Bibirnya bersaput tipis lipstick warna coklat nude. Victoria mengenakan tank top hijau tentara berbahan katun halus. Belahan dadanya indah mengintip dari sana. Diaz memperbaiki posisi duduknya menghadap wanita seksi itu.

"Well...kamu mau minum apa dulu nih?" Victoria membuka percakapan.

"Eh, Vic, mm...coca cola saja lah..." sahut Diaz sambil berusaha menutupi kekikukannya.

"Kok kamu jadi kayak orang bingung gitu sih?" Victoria tersenyum kecil lalu bergeser sedikit mendekati Diaz. Tangannya mengusap halus pundak Diaz yang makin kikuk.

"Eh, hahaha..." tawa Diaz mencoba menetralisir keadaan.

Tiba-tiba wajah Victoria berada dekat sekali dengan wajah Diaz. Diaz sedikit kaget. Tak sepatah katapun terucap dari mulutnya. Mereka saling pandang. Victoria menyentuh hidung Diaz dengan ujung telunjuknya. Diaz terkesiap. Wajah Victoria semakin tampak cantik dari jarak dekat.

"Mukamu lucu deh, kalau seperti ini" Victoria tertawa kecil.

"Vic...you're so beautiful..." kata Diaz pendek.

Detik berikut Diaz merasakan rasa hangat menyentuh bibirnya. Victoria menciumnya dengan anggun.

Sejurus Diaz melepaskan diri perlahan. Tangannya mengusap-usap bahu Victoria. Wanita itu tersenyum manja sambil merapikan rambutnya.

"Wow, Vic,...eh..." sahut Diaz.

Diaz seperti orang yang tersadar dari hipnotis. Ia berniat ingin mengendalikan keadaan. Sekelebat satu ide pertanyaan muncul di kepalanya.

"Vic...tadi aku sempat melihat lihat foto-foto di credenza sana" kata Diaz sudah lebih tenang.

"Ada dua atau tiga foto seorang cowok yang mirip sekali sama kamu, is he your brother..or?.." lanjutnya.

Victoria lagi-lagi tersenyum manis. Tangannya meraih tangan Diaz dengan lembut.

"Well Diaz,...aku pikir kamu harus tahu, aku yakin kamu berpikiran terbuka soal ini..." kata Victoria.

Diaz memandang heran Victoria.

"Cowok di foto itu,...itu aku..." ucap Victoria.

"... aku ini transgender Diaz, sejak kecil aku merasa ada yang salah pada diriku, aku selalu merasa aku adalah seorang wanita. Hingga ketika aku kuliah di luar negri, aku sampai pada keputusanku untuk memilih menjalani hidup sebagai wanita..."

Victoria membetulkan posisi duduknya. Lalu melanjutkan berbicara,

"...Tujuh tahun yang lalu aku menjalani beberapa operasi di Thailand demi penampilanku sebagai wanita...aku pun sudah mengurus semua dokumentasi untuk penggantian identitasku yang baru. Kamu pasti bukan orang yang konvensional or naif untuk hal-hal semacam ini bukan?" tandas Victoria sambil memegang erat tangan Diaz.

Deg! Diaz tercekat. Tenggorokannya seperti menelan bakso bulat-bulat tanpa dikunyah. Tak mampu berkata-kata. Dalam benaknya hanya satu hal terlintas.

"Aku harus pulang...memeluk Amelia dan Angel malaikat kecilku!"

Bekasi, 22 Maret 2018

ilustrasi:@yanbteguh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun