Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Para Ibu yang Meninggalkan Bisnis Real Life untuk Jadi TikToker

15 Desember 2024   12:22 Diperbarui: 15 Desember 2024   12:24 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai Milenial jadul yang tidak menjadikan medsos sebagai bagian hidup, saya sering bingung kalau ada orang membicarakan selebgram, TikToker, dan YouTuber ternama. Bukan cuma sekali dua kali juga saya diledek kudet (kurang update) karena tidak tahu makanan-minuman yang sedang viral.

Sekarang saya tambah bingung karena para pembuat asinan dan salad, bolu dan moci, juga katering masakan rumahan yang secara rutin saya beli sudah tidak jualan lagi. Para ibu rumah tangga pemilik bisnis mikro itu telah meninggalkan usahanya dan memilih jadi TikToker.

Dibanding baking, cooking, dan selling, tampil Live di TikTok memang terasa lebih mudah dijalani. Sama-sama harus begadang, tapi tenaga yang dikeluarkan dan hasil didapat jauh berbeda. Selesai Live di TikTok, ibu bisa tidur dan menikmati teh pagi dengan nyaman. Kalau jualan, paginya masih harus mengantar ke rumah pelanggan. Kena panas, debu, sering kebasahan juga kalau musim hujan.

Uang dan Kepuasan

Peraturan Pemerintah (PP) No.7/2021 menyebut bahwa kriteria usaha mikro adalah usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp2 miliar.  Mereka juga harus punya izin dan sertifikat halal yang harus diperbarui tiap tujuh dan empat tahun sekali.

Sementara itu jadi TikToker tidak butuh izin. Tinggal beli tongsis (tongkat narsis) dan kuota data, kita bisa langsung Live. Potensi dapat uangnya juga lebih cepat dan banyak daripada harus menjajakan aneka dagangan.

Ini mirip seperti Gunawan Sadbor yang bersama warga kampungnya memilih jadi TikToker alih-alih tetap jadi penjahit dan petani. Selain dapat uang dari saweran gift, TikToker juga dapat insentif dari TikTok, dan komisi dari kerja sama penjualan produk dari jenama yang menyewa mereka.

Saya juga pernah hampir jadi TikToker karena sebulan setelah bikin akun, follower saya sudah 1000 lebih. Tiap video yang saya posting juga gampang dapat Like. Saya rutin posting video dan pernah juga Live meski cuma saat staycation.

Lalu tibalah saya bosan karena dibanding menulis, TikTok ternyata terlalu receh, gak butuh effort. Saya sempat posting lagi 1-2 video, tapi hati kecil saya makin bilang ini bukan jalanmu. Jalanmu tetaplah menulis. Jadi blogger kadang ghostwriter meski sering tekor karena lebih gede bayar domain dan pajak daripada Adsense-nya.

Di Kompasiana saya juga selalu langganan Premium untuk menyimpan draft tak terbatas, tapi berapa K-Rewards yang didapat? Muwehehehe. Jarang nulis gimana mau dapat banyak K-Rewards.

Real life atau kehidupan nyata adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang, peristiwa, dan aktivitas yang terjadi di luar dunia virtual (internet, buku, film, dan gim).

Karena pertimbangannya kepuasan batin, saya mengurungkan niat jadi TikToker. Sementara para ibu rumah tangga yang lelah berjibaku jualan makanan di real life akhirnya menyerah. Hidup lebih butuh uang daripada kepuasan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun