Kompas.id melansir laporan Bank Dunia mengenai klasifikasi kelas ekonomi di Indonesia dengan perincian:
Kaya, pengeluaran di atas Rp6 juta per bulan.
Menengah, pengeluaran Rp1,2 juta-Rp6 juta per bulan.
Aspiring middle class (menuju kelas menengah), pengeluaran Rp532 ribu-Rp1,2 juta per bulan.
Rentan miskin, pengeluaran Rp354 ribu-Rp532 ribu per bulan
Miskin, pengeluarannya tidak lebih dari Rp354 ribu per bulan
Sementara itu Tribunnews merilis laporan BPS tentang kriteria kelas ekonomi dengan rincian pengeluaran:
Kaya, pengeluaran di atas Rp9,9 juta per bulan.
Menengah, pengeluaran Rp 2,04 juta-Rp 9,9 juta per bulan.
Aspiring middle class, pengeluaran Rp874 ribu-Rp2,04 juta.
Rentan miskin, pengeluaran Rp582 ribu-Rp874 ribu.
Miskin, pengeluaran dibawah RP582 ribu.
Beda World Bank dan BPS, beda lagi dengan Forbes. Forbes memberi kriteria kalau orang kaya itu adalah mereka yang punya aset minimal 1 juta dolar AS atau sekitar Rp15 miliar dengan kurs saat ini.
Daya Beli dan Daya Juang
Menurut klasifikasi kelas ekonomi BPS dan World Bank, pengeluaran memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kesejahteraan ekonomi seseorang. Ini karena pengeluaran mencerminkan kemampuan seseorang untuk mengelola dan merencanakan keuangan mereka dalam jangka panjang.
Seseorang dengan pendapatan tinggi, tapi pengeluarannya rendah mungkin tidak menikmati standar hidup yang sesuai pendapatannya. Ini cocok dengan pola hidup irit emak yang menyewakan kios-kiosnya tadi.
Kemudian, dua orang dengan pendapatan yang sama pengeluarannya bisa beda karena biaya hidup atau kebiasaan menabung dan berinvestasinya juga beda.
Meski begitu, saya yang awam dan sok tau berpendapat klasifikasi kelas ekonomi berdasarkan pengeluaran ini rapuh dan tricky. Logika kelas-ekonomi-berdasarkan-pengeluaran melihat seseorang yang pendapatannya rendah tapi pengeluarannya tinggi, bisa terjadi karena dia punya akses ke lebih banyak barang dan jasa.Â
Punya akses ke banyak barang dan jasa apa berarti dia boros, atau karena dia generasi sandwich yang harus bayar uang kuliah adik, membiayai kedua orang tua, atau memodali iparnya, misalnya?
Sebagai contoh ada orang yang pendapatannya Rp2 juta, tapi pengeluaran rutinnya Rp3 juta. Berdasarkan kategori kelas ekonomi BPS, dia masuk ke kelas menengah, padahal realita gajinya ada di aspiring middle class. Guna mencukupi pengeluarannya yang minus sejuta dia harus ngojek, jadi reseller, jualan makanan, atau melakukan pekerjaan lain yang menghasilkan rupiah.